Manuver Fore Coffee dan Racikan East Ventures di Balik Sukses IPO FORE


Kinerja saham PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) atau Fore Coffee moncer setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Di hari kedua setelah pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO), harga saham FORE kembali menyentuh batas atas atau Auto Rejection Atas (ARA) 24,6%.
Kesuksesan IPO FORE tergolong istimewa karena di tengah kondisi pasar saham yang sedang melemah akibat perang tarif dagang global.
Merujuk data perdagangan BEI, pada Selasa (15/4) harga saham FORE yang tercatat sebagai emiten ke-12 yang di BEI tahun ini melesat 24,6% menjadi Rp 314. Pada saat IPO, harga saham Fore Coffee dilepas di harga Rp 188 per saham dan langsung melesat 34% menjadi Rp 252 per lembar.
Lewat IPO, Fore Coffee menawarkan sebanyak 1,88 miliar lembar saham ke publik atau setara 21,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan skema ini, Fore Coffee meraup dana segar sekitar Rp 353,44 miliar.
Sambutan Investor di Tengah Gejolak Pasar
Kehadiran Fore Coffee di bursa efek mendapat sambutan bahkan sebelum resmi IPO. Sejak didirikan pada 2018 Fore Coffee bertumbuh menjadi startup kopi yang bercita-cita membuat kopi spesial terbaik untuk pelanggan sehingga mendapatkan tempat di pasar minuman kopi Tanah Air.
Keputusan membawa Fore Coffee listing di Bursa Efek yang dimulai dengan proses inkubasi 7 tahun berbuah dengan baik. Ketika gong IPO mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan, FORE kelebihan permintaan atau oversubscribe 200,63 kali.
Sebanyak 114.873 investor mengantre untuk bisa mendapatkan saham emiten minuman kopi itu. Oversubscribe dalam pasar saham merujuk pada situasi ketika jumlah permintaan saham lebih banyak (over) daripada jumlah saham yang ditawarkan saat IPO.
Komisaris Utama Fore Coffee, Willson Cuaca, menyampaikan perusahaan tidak terdampak langsung meski IPO digelar di tengah gejolak perang dagang yang tengah berlangsung secara global. Alhasil, saham FORE tetap menjadi rebutan calon investor.
Willson berharap FORE bisa menjadi emiten yang terus bertumbuh sehingga menjadi inspirasi bagi pasar saham Tanah Air. Selain itu, ia mengatakan Fore Coffee memiliki keunikan tersendiri karena mengusung konsep dan budaya kopi lokal yang dijalankan oleh tim manajemen lokal sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
“Visi Fore Kopi Indonesia adalah membuat Indonesia bangga,” kata Willson di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (14/4).
Lebih jauh, Willson mengatakan penawaran IPO Fore Coffee yang menarik minat banyak investor menunjukkan bagaimana produk asli dari startup lokal tetap diminati. Menurut Willson sambutan dari investor merupakan cerminan optimisme investor terhadap pasar saham Tanah Air.
“Keputusan yang berlawanan dengan intuisi untuk melanjutkan IPO ketika pasar IHSG berada pada titik terendah sejak pandemi membuahkan hasil,” kata Willson dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa (15/4).
Pada debut perdananya, saham FORE menyentuh batas tertinggi atau auto reject atas (ARA) dengan naik 34,04% ke level Rp 252 per lembar. Lima menit setelah resmi listing, volume saham yang diperdagangkan tercatat 13,25 juta dengan nilai transaksinya Rp 73,34 miliar.
Kemudian frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.851 kali. Adapun kapitalisasi pasar Fore Coffee di hari pertama IPO senilai Rp 2,25 triliun.
Pada penutupan perdagangan hari kedua, saham FORE masih kebanjiran pesanan. Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 2,6 juta dengan frekuensi transaksi mencapai 17.448 kali.
Racikan East Ventures
Salah satu faktor yang tak kalah penting di balik IPO Fore Coffee adalah keberadaan perusahaan modal ventura yang berbasis di Indonesia dan aktif berinvestasi di Asia Tenggara yaitu East Ventures. Tak hanya mendukung Fore Coffee, East Ventures telah mendukung ratusan perusahaan teknologi sejak pendiriannya pada tahun 2009.
Manajemen Fore Coffee mengakui, kehadiran East Ventures menjadi salah satu mesin penyokong Fore Coffee untuk melantai di Bursa. Merujuk prospektus perusahaan, East Ventures merupakan pemegang 7,53% saham Fore Holdings.
Willson Cuaca yang kini menjadi Komisaris Utama FORE merupakan pendiri sekaligus Direktur dan Managing Partner di East Ventures Advisory Pte. Ltd. Ia merupakan pionir di investasi startup digital sejak 2009, saat Indonesia masih awam konsep startup digital, belum memiliki komunitas ventures, dan tidak ada referensi atas potensi startup maupun referensi kesuksesan dari startup.
Tak hanya Willson, Roderick Purwana yang kini menjabat Wakil Komisaris Utama FORE juga merupakan tokoh penting di East Ventures yang menjabat sebagai Managing Partner. Nama lain dari East Ventures yang masuk di jajaran komisari adalah Melisa Irene, Daniel Octavianus dan David Fernando Audy.
Dalam prospektus IPO, manajemen Fore Coffee menyatakan kehadiran East Ventures membawa bersinergi bagi Perseroan. Manajemen FORE menyatakan, kinerja di tengah pandemi tak lepas dari peran pemegang saham pengendali Perseroan, EVLab Fore Pte. Ltd., yang merupakan bagian dari East Ventures.
“Sejak investasinya dalam Perseroan, East Ventures telah banyak membantu dari segi pendanaan dan telah berperan signifikan dalam proses-proses penggalangan dana yang dilakukan,” ujar Manajemen Fore Coffee.
Menurut manajemen FORE, sebagai perusahaan venture capital yang memiliki presence yang kuat di Asia Tenggara, East Ventures telah membangun hubungan dan jaringan bisnis yang kuat di wilayah tersebut. Fore Coffee mengakui memperoleh dukungan yang signifikan dari East Ventures.
“Sehubungan dengan model bisnis yang dimiliki East Ventures, Perseroan memiliki akses terhadap portofolio dari East Ventures, di mana dengan dukungan dari East Ventures, Perseroan dapat menjalin kerja sama bisnis dengan perusahaan-perusahaan yang berada di dalam ekosistem portofolio East Ventures.”
Prospek Bisnis Fore Coffee
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, FORE fokus pada industri makanan dan minuman, khususnya roast coffee yang menyasar kelas menengah. Dengan strategi produk premium affordable, Fore mampu menghadirkan kopi berkualitas tinggi dengan harga terjangkau, sekaligus menawarkan pengalaman belanja yang unik bagi konsumennya. Ekspansi ke pasar internasional juga telah dilakukan melalui anak usaha yang beroperasi di Singapura.
Di industri kopi Indonesia, Fore mencatat kinerja impresif dengan Same Store Sales Growth (SSSG) sebesar 42% dalam sembilan bulan hingga 30 September 2024. Nilai ini jauh di atas rata-rata global sebesar 5%.
Kinerja impresif yang dicapai FORE didorong oleh kekuatan merek, strategi pemasaran yang efektif, dan inovasi produk yang menarik minat konsumen. Perseroan juga berada di posisi strategis untuk memanfaatkan pertumbuhan segmen Foodservice Roast Coffee, yang diperkirakan akan mencapai 66% dari total pasar kopi pada 2030.
Menurut survei Redseer, perubahan budaya konsumsi kopi di Indonesia semakin menguntungkan, dengan lebih banyak konsumen memilih untuk membeli kopi di luar rumah untuk bersosialisasi (37%) dan menikmati atmosfer outlet (22%).
Rencana Penggunaan Dana IPO
Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Perdana Saham (IPO), setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan operasional. Sekitar 76% dana akan dialokasikan untuk membuka 140 outlet baru di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
Ekspansi ini akan dilakukan secara bertahap pada 2025-2026, mencakup biaya renovasi serta pengadaan peralatan dan perlengkapan outlet. Selanjutnya sebanyak 18% dana IPO akan digunakan untuk setoran modal kepada CFI, yang selanjutnya akan membuka 30 outlet tambahan hingga 2027.
Sedangkan sisa dana akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk pembelian bahan baku seperti biji kopi, susu, dan sirup. Dana IPO juga akan digunakan untuk biaya operasional seperti sewa outlet, listrik, dan internet.
Fore Coffee merinci rencana penggunaan dana hasil IPO untuk tiga kebutuhan utama. Sekitar Rp 275 miliar akan dialokasikan guna memperluas jaringan gerai kopi, dengan target pembangunan 140 outlet baru di seluruh Indonesia dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, sekitar Rp 60 miliar akan digunakan untuk ekspansi bisnis melalui pembukaan outlet donat oleh anak usahanya. Sementara sisanya, sebesar Rp 18,44 miliar, akan dimanfaatkan sebagai modal kerja guna mendukung operasional perusahaan.
Kinerja Keuangan dan Komitmen Pengendali
Berdasarkan laporan keuangannya, FORE membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 42,3 miliar dalam sembilan bulan hingga 30 September 2024. Angka itu berbalik untung setelah sebelumnya merugi Rp 16,4 miliar pada periode yang sama di 2023.
Adapun untuk tahun penuh 2023, perseroan membukukan laba sebesar Rp 1,1 miliar, berbalik dari kerugian Rp 59,9 miliar di tahun 2022. Setelah melantai di bursa, manajemen FORE berkomitmen untuk membagikan dividen minimal 40% dari laba bersih setelah pajak kepada pemegang saham.
Pada tanggal diterbitkannya Prospektus IPO, pemegang saham pengendali Perseroan adalah EVLab Fore Pte. Ltd. Penentuan EVLab Fore Pte. Ltd sebagai pemegang saham pengendali FORE telah diputuskan oleh para pemegang saham sebagaimana tertuang dalam Akta Nomor 105/2024.
Adapun pengendalian tersebut merupakan pengendalian secara tidak langsung, melalui kepemilikan sahamnya di Fore Holdings Pte. Ltd. sebesar 16,11%. Fore Holdinngs merupakan merupakan perusahaan yang berbadan hukum di Singapura dan menjadi pemegang saham pengendali FORE yang secara secara langsung memiliki sebesar 99,997% dari seluruh saham yang diterbitkan oleh Perseroan sebelum IPO.
Kepemilikan Fore Holdings berubah menjadi menjadi 78,9% setelah IPO. Sementara masyarakat menggenggam sebanyak 21% saham FORE. Lebih lanjut, EVLab Fore Pte. Ltd. melalui Fore Holdings sebagai pemegang saham pengendali menyatakan tidak akan mengalihkan pengendaliannya dan kepemilikan sahamnya dalam baik langsung maupun tidak langsung, dalam jangka waktu 12 bulan setelah IPO.