Emas Terus Diburu, MIND ID Produksi Hingga 130 Ton Emas per Tahun


Mining Industry Indonesia (MIND ID) mengatakan saat ini holding pertambangan BUMN itu mampu memproduksi sekitar 130 ton emas per tahun.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, mengatakan seiring dengan lonjakan permintaan emas di Tanah Air, holding MIND ID saat ini mampu memproduksi sekitar 130 ton emas per tahun.
“Sekarang kira-kira produksinya kami itu 130 ton per tahun, tetapi pasar permintaan kami ini bertumbuh dari 70 ton ke 100 ton,” kata Dilo saat ditemui wartawan, Kamis (17/4).
Dilo menjelaskan kenaikan permintaan ikut mendorong harga emas dunia naik. Harga emas di dalam negeri juga dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS.
Menurut Dilo, saat ini banyak negara, seperti Polandia dan Cina, mulai mengalihkan cadangan devisanya ke emas. Alasannya, emas dianggap lebih tahan terhadap gejolak pasar global, misalnya saat terjadi konflik di Ukraina, Timur Tengah, dan lainnya.
Pada hari ini harga emas di pasar global melonjak lebih dari 3,5% pada Rabu (16/4). Harga emas terbaru menembus angka US$ 3.350 per troy ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Seiring dengan kenaikan harga di global, harga emas Pegadaian, Kamis (17/4) juga mengalami kenaikan. Emas Antam mengalami lonjakan ke angka Rp 2.004.000 per gram, emas Galeri24 melonjak Rp 48.000 menjadi Rp 1.942.000 per gram.
Tren Harga Emas Potensi Melesat Tembus Rp 2 Juta
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan harga emas berpotensi menembus Rp 2,3 juta per gram tahun ini, apabila ketidakpastian global terus meningkat.
Ia menilai pergerakan harga emas ke depan akan sangat ditentukan oleh dinamika isu ekonomi, kebijakan moneter, serta tensi geopolitik global.
Ariston menyebut pasar juga tengah menanti langkah Presiden AS Donald Trump terkait rencana kenaikan tarif impor jika terpilih kembali sebagai Presiden AS.
Apabila kebijakan tersebut hanya digunakan sebagai strategi negosiasi agar negara lain mengikuti keinginan AS tanpa benar-benar menaikkan tarif, maka kekhawatiran pasar bisa mereda dan harga emas pun berpotensi turun.
Namun, ia memperkirakan proses negosiasi ini bisa memakan waktu sekitar dua hingga enam bulan ke depan. “Bila isu tarif ini membaik, harga emas bisa koreksi lagi. Mungkin ke Rp 1,8 juta atau Rp 1,7 juta per gram,” ujar Ariston ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (15/4).
Ariston mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, berbagai isu negatif terus membayangi perekonomian global, mulai dari perang, pandemi Covid-19, kebijakan pengetatan moneter AS, hingga rencana kenaikan tarif impor.
Kondisi ini turut mendorong banyak negara, terutama di luar AS, untuk mendiversifikasi cadangan devisanya ke emas demi mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Alhasil, bank sentral di berbagai negara pun mulai memborong emas dalam jumlah besar.
"Meskipun laju kenaikan harga emas tertahan, harga emas cepat atau lambat arahnya tetap akan naik ke depannya,” kata dia.
Selain itu ia menilai situasi global hingga akhir tahun masih sangat dinamis dan bisa berubah dengan cepat. Harga emas pun bisa melonjak atau anjlok dalam waktu singkat.
"Apabila ketidakpastian global terus meningkat, harga emas bisa menembus Rp 2,3 juta per gram tahun ini," kata dia.