Geliat Konglomerasi Astra (ASII): UNTR, AALI hingga AUTO Seperti Apa Prospeknya?

Karunia Putri
5 Mei 2025, 14:24
Astra International
Dok. Astra International
Astra International
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kinerja emiten-emiten yang tergabung dalam konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) bergerak landai di sepanjang kuartal pertama 2025. Secara konsolidasi, ASII mencatatkan laba turun sebesar 7%, menjadi Rp 6,9 triliun dari sebelumnya Rp 7,4 triliun dihitung secara year on year (yoy) per 31 Maret. 

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan bahwa pelemahan ini terjadi imbas dari harga batu bara yang mengalami penurunan dari level tertinggi sebelumnya. Sementara itu, pendapatan konsolidasian grup tumbuh tipis 3% menjadi Rp 83,4 triliun dari sebelumnya Rp 81,2 triliun pada 31 Maret 2024. 

Merujuk laporan keuangan perusahaan, kas bersih grup di luar anak usaha di bidang jasa keuangan melonjak signifikan menjadi Rp 16,1 triliun. Kenaikan ini dua kali lipat lebih tinggi dari posisi Rp 8 triliun pada akhir Desember 2024.

“Didukung oleh neraca keuangan yang kuat, portofolio Grup yang terdiversifikasi berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang,” kata Djony dengan optimis seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (5/5). 

Di tengah melemahnya keuangan Astra, Djony tetap percaya diri bahwa perusahaan yang didirikan oleh William Soerjadjaja ini akan terus tumbuh. Ia mengatakan, dengan modal kinerja yang solid dari anak usahanya, Astra akan unjuk kebolehan dalam resiliensi portofolio yang terdiversifikasi.

Lantas unit bisnis manakah yang memberi kontribusi paling mantap untuk Astra? Berikut ulasan lengkap kinerja keuangan entitas dalam konglomerasi Astra

United Tractors (UNTR) Tersandung Harga Batu Bara

Anak usaha ASII di sektor pertambangan, PT United Tractors Tbk (UNTR) mencatatkan laba bersih anjlok hingga 30% pada kuartal 1 2025 menjadi Rp 3,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 4,5 triliun. 

Ini terjadi akibat penurunan performa dari anak usaha tambang batu bara dan jasa penambangan. Meski begitu manajemen optimistis kenaikan kinerja masih bisa ditopang sebagian oleh peningkatan kontribusi dari penjualan alat berat dan bisnis emas. 

Penjualan alat berat Komatsu naik 23% menjadi 1.400 unit, tetapi aktivitas pengupasan tanah oleh PT Pamapersada Nusantara turun 12% karena curah hujan tinggi. Astra mencatat, bisnis tambang emas UNTR mencatat kenaikan penjualan 16% menjadi 57.000 ons di tengah peningkatan harga emas global. 

“Namun, divisi nikel milik UNTR masih terbebani penurunan nilai proyek lama dari Nickel Industries Ltd (NIC),” ujar Djony. 

Sementara itu, Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis menyampaikan bahwa penjualan alat berat diproyeksikan akan meningkat secara bertahap. Kenaikan ini sejalan dengan rencana perluasan kapasitas produksi batu bara yang sedang diupayakan UNTR.

“Target produksi batu bara oleh UNTR tahun ini meningkat menjadi 13,7 juta ton. Jumlah ini naik dari 13 juta ton dari tahun lalu. Pertumbuhan ini bukan disebabkan karena perubahan royalty melainkan rencana perluasan kapasitas oleh perusahaan,” kata Sara usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada Jumat (25/4).

UNTR mengumumkan akan memperluas pengembangan bisnisnya ke sektor mineral seperti nikel, perak, emas, tembaga, hingga bauksit. Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro, menuturkan saat ini perusahaan mulai melakukan ekstraksi bahan baku mineral yang ke depannya akan diolah melalui metode smelter berbasis teknologi Rotary Kiln Electric Furnace atau RKEF.

Merujuk data Bursa Efek Indonesia, saham UNTR bergerak fluktuatif secara tahunan dan mengalami penurunan 6,28% ke level 22.775 pada penutupan perdagangan Jumat (5/5). Sementara itu, berdasarkan perhitungan yoy pada 2 Mei 2024, saham UNTR berada pada level 24.300. 

Data ini menunjukkan harga yang rendah jika ditinjau dari pergerakan saham selama setahun ke belakang. Begitupun, seminggu terakhir gerak saham UNTR berada dalam zona merah di mana turun 1,41% ketika dilihat penutupan perdagangan pekan lalu.

Laba Emiten Sawit AALI Tumbuh 20%

Berbeda dengan sektor pertambangan, sektor agribisnis yang diwakili oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menunjukkan performa gemilang. Laba bersih AALI tumbuh 20% menjadi Rp 221 miliar dari sebelumnya Rp 184 miliar dihitung secara yoy. 

“Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat 14% menjadi 430.000 ton,” seperti yang dikutip dalam keterangan tertulis. Prestasi lainnya adalah lonjakan harga minyak kelapa sawit sebesar 22% menjadi Rp 14.534 per kilogram.

Selain itu, penjualan net  emiten agribisnis ini juga melesat 46,5% menjadi Rp 7,02 miliar pada kuartal pertama 2025 dari Rp 4,79 miliar pada kuartal pertama tahun 2024. Kemudian laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan juga naik 20% menjadi Rp 277 miliar. 

Sementara jika diulas gerak sahamnya, AALI bergerak fluktuatif selama satu tahun ke belakang dimana sahamnya turun 3,97% atau 250 poin ke level 6.050 secara yoy. Namun jika ditinjau gerak saham selama satu bulan ke belakang, gerak AALI naik tajam 15,79% atau 825 poin. 

Astra Graphia (ASGR) Catatkan Laba Tertinggi 

Dari lini teknologi informasi, PT Astra Graphia Tbk (ASGR) mencatatkan kenaikan laba bersih tertinggi secara persentase. Yakni melonjak 64% menjadi Rp 36 miliar pada 31 Maret 2025 dari Rp 22 miliar pada 31 Maret 2024. Ini terjadi berkat pertumbuhan bisnis solusi teknologi informasi dan margin usaha yang lebih lebar.

“Pengelolaan arus kas yang lebih baik juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan lain-lain sehingga mendukung pertumbuhan laba bersih Astra Graphia pada awal tahun ini.,” tulis Satryo Dewandono selaku Chief of Business Strategy & Development and Corporate Communications seperti dikutip dalam keterangan dalam situs resmi ASGR.

Baru-baru ini perseroan telah mengetok palu untuk membagi dividen dengan total Rp 67 miliar kepada para pemegang saham. Dividen yang akan dibagikan senilai Rp 50 per lembar saham yang akan dibayarkan pada 27 Mei 2025 mendatang.

Sementara itu, meneropong gerak sahamnya, ASGR terpantau berada dalam zona hijau dalam periode yoy. Saham naik 16,99% atau 130 poin ke level 895. Begitu pula dengan pergerakan mingguan hingga bulanan yang masih awet di garis hijau. Pada penutupan pekan lalu, ASGR tumbuh 1,72% atau 15 poin ke level 885 Jumat (2/5).

Divisi Otomotif AUTO Bertahan 

Divisi otomotif yang menjadi wajah utama Astra selama puluhan tahun mengalami penurunan laba 4% menjadi Rp 2,7 triliun. Ini terjadi seiring pelemahan penjualan mobil nasional sebesar 5% dan sepeda motor sebesar 3%. 

Di sisi lain, meski volume menurun, pangsa pasar Astra tetap solid 54% di mobil dan 77% di sepeda motor. Sementara itu, bisnis mobil bekas OLXmobbi justru tumbuh pesat.

“OLXmobbi, bisnis mobil bekas Grup, membukukan penjualan mobil bekas yang meningkat 24% menjadi 7.500 unit dibandingkan kuartal pertama tahun 2024,” tulis manajemen AUTO seperti dikutip dari keterbukaan informasi. .

Gerak saham terpantau berada di zona hijau dalam periode satu tahun sejak 6 Mei 2024 hingga hari ini. Saham tumbuh 6,8% atau 140 poin ke level 2.200. Begitu pula dalam skala mingguan. Pekan lalu, saham AUTO terpantau tumbuh 22,10% atau 400 poin.

Dari sisi keuangan, segmen jasa keuangan mencatat kenaikan laba bersih 3% menjadi R p2,1 triliun. Pertumbuhan pembiayaan konsumen dan peningkatan premi asuransi menjadi penopang utama. Portofolio pembiayaan alat berat bahkan mencatat kenaikan signifikan sebesar 25%.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan