Permintaan Batu Bara Lesu, Cek Prospek dan Rekomendasi Saham BUMI, ITMG, AADI


Tren pelemahan ekonomi global menunjukkan dampaknya terhadap sektor energi, khususnya batu bara. Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menyoroti bahwa permintaan global terhadap batu bara cenderung melemah akibat revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara besar oleh International Monetary Fund, termasuk Cina dan India sebagai dua konsumen terbesar batu bara dunia.
“Permintaan batu bara yang melandai ini secara langsung menekan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) emiten-emiten batu bara. ASP masih berada di level yang relatif rendah dan belum menunjukkan pemulihan berarti,” kata Nafan kepada Katadata pada Senin (5/5).
Menurutnya, walaupun harga batu bara global telah bergerak di kisaran level bawah (lower base), namun belum ada sinyal kuat untuk pemulihan yang signifikan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, strategi untuk menjaga daya tahan emiten batu bara harus difokuskan pada penguatan pasar domestik dan perluasan ekspor ke negara-negara yang masih mengandalkan energi fosil murah.
Nafan mengatakan bahwa pemerintah perlu mengoptimalkan konsumsi dalam negeri dan memanfaatkan peluang ekspor ke negara sahabat. “Negara-negara ini masih membutuhkan pasokan energi murah untuk menopang industrialisasi mereka, sementara Indonesia tidak terlibat dalam kebijakan tarif tinggi seperti yang diterapkan Amerika Serikat terhadap beberapa mitranya,” ujar Nafan.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dapat menjadi katalis positif. Penurunan suku bunga yang akan mengurangi beban biaya pinjaman (borrowing cost), mendorong konsumsi domestik, dan memberi kesempatan bagi emiten-emiten yang bergantung pada permintaan lokal.
Prospek Emiten Batu Bara
Dalam analisis teknikalnya, Nafan juga merekomendasikan beberapa saham emiten batu bara yang menunjukkan potensi teknikal penguatan, berikut di antaranya:
- PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Rekomendasi: Accumulative buy di kisaran Rp 93–99
Saham BUMI dinilai memiliki peluang menguat karena berhasil menembus garis tren turun (downtrend line), didukung oleh sinyal positif dari indikator Stochastic K-D dan RSI. - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Rekomendasi: Accumulative buy di kisaran Rp 22.025–22.325
Saham ITMG dinilai sedang menuju pola teknikal “wave C”. Volume perdagangan yang meningkat serta sinyal RSI yang positif menjadi penopang tren naik saham ini. - PT Astra Otoparts Tbk (AADI)
Rekomendasi: Accumulative buy di kisaran Rp6.900–7.100
Saham AADI telah keluar dari pola falling wedge yang biasanya menjadi sinyal pembalikan arah ke atas. Indikator teknikal Stochastic dan RSI menunjukkan arah yang menguat.
Accumulative buy adalah cara membeli saham secara bertahap atau akumulatif dengan tujuan untuk meningkatkan kepemilikan saham dalam jangka waktu tertentu.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Keputusan Menteri Nomor 169.K/MB.01/MEM.B/2025 menetapkan harga batu bara acuan (HBA) untuk periode pertama Mei 2025 yang naik tipis.
Berikut rincian HBA terbaru:
- HBA (6.322 kcal/kg GAR): Naik 0,8% dari US$120,20 menjadi USD121,15 per ton
- HBA I (5.300 kcal/kg GAR): Naik dari US$78,46 menjadi USD80,80 per ton
- HBA II (4.100 kcal/kg GAR): Naik dari US$50,07 menjadi USD50,43 per ton
- HBA III (3.400 kcal/kg GAR): Naik dari US$32,32 menjadi USD34,73 per ton
Batubara dengan nilai kalor tertinggi digunakan sebagai acuan untuk kebutuhan listrik dan bahan bakar industri, kecuali industri pengolahan mineral logam.
Pemerintah juga memperkuat regulasi penetapan harga lewat Keputusan Menteri ESDM Nomor 72.K/MB.01/MEM.B/2025 yang mulai berlaku sejak 1 Maret 2025. Kini, harga patokan mineral dan batu bara ditetapkan dua kali dalam sebulan, yaitu setiap tanggal 1 dan 15, sebagai upaya menjaga stabilitas harga di tengah dinamika pasar global.