Manuver Chandra Asri (TPIA): Dorong Industri Kimia Lewat Proyek Rp 15 Triliun
Emiten orang terkaya nomor empat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), membangun proyek industri kimia berskala dunia dengan total nilai investasi mencapai Rp 15 triliun. Proyek tersebut ditargetkan rampung pada 2027 mendatang.
Berdasarkan rencana investasi pada 2025, TPIA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 350–400 juta, atau sekitar Rp 5,5–6,3 triliun.
Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan Pabrik Chlor Alkali dan Ethylene Dichloride (Pabrik CA-EDC) yang dikelola oleh anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali (CAA). Hal itu sebagai bagian dari langkah strategis demi memperkuat rantai pasok industri petrokimia nasional.
Direktur HR & Corporate Affairs Chandra Asri Group, Suryandi, mengatakan pembangunan Pabrik CA-EDC akan memperkuat rantai pasok industri hilir dalam negeri. Pabrik ini akan memproduksi bahan kimia dasar dengan keterkaitan yang lebih luas, sehingga dapat mendukung beragam sektor industri seperti tekstil, pulp & paper, hingga pengolahan air (water treatment).
“Dengan multiplier effect yang dimiliki, proyek ini juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja dan memperkuat kemandirian industri nasional,” ujar Suryandi dalam keterangannya, dikutip Selasa (6/5).
Selain itu, investasi ini menjadi salah satu langkah strategis Chandra Asri Group untuk memperkuat struktur industri kimia nasional, sekaligus mempercepat pengurangan ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Adapun pabrik CA-EDC akan memiliki kapasitas produksi sebesar 400.000 ton soda kaustik padat per tahun atau setara 827.000 ton dalam bentuk cair dan 500.000 ton Ethylene Dichloride (EDC) per tahun. Suryandi mengatakan keberadaan pabrik ini diharapkan mampu menekan nilai impor soda kaustik hingga Rp 4,9 triliun per tahun.
Sementara seluruh produksi EDC akan diekspor yang berpotensi akan menambah devisa negara hingga Rp 5 triliun per tahun.
“Hal ini tidak hanya memperkuat neraca perdagangan, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap perekonomian nasional,” ujar Suryandi.
Berdasarkan laporan keuangannya, TPIA meraup pendapatan bersih sebesar US$ 622,1 juta atau tumbuh 31,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan segmen kimia sebesar 32,5% menjadi US$ 592,6 juta dan tumbuhnya segmen infrastruktur sebesar 19,4% menjadi US$ 29,5 juta, seiring dengan pulihnya pasokan dan permintaan pasca gangguan sebelumnya.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi US$ 616,3 juta dari sebelumnya US$ 471,3 juta, didorong naiknya biaya bahan baku dan utilitas seiring meningkatnya aktivitas produksi dan volume penjualan. Kemudian EBITDA perusahaan melonjak sebesar 1.870,2% secara tahunan, dari US$ 1,1 juta menjadi US$ 21,7 juta.
