Wall Street Kembali Melemah Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed


Indek saham Wall Street di Amerika Serikat ditutup melemah pada Selasa (6/5), jelang pengumuman suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang akan diumumkan hari ini Rabu (7/5). Pelemahan ini terjadi selama dua hari berturut-turut disebabkan pernyataan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Scott Bessent yang tidak memberikan kejelasan mengenai tenggat waktu kesepakatan dagang.
Indeks S&P 500 turun 44,86 poin atau 0,78% menjadi 5.605,52 poin, sementara Nasdaq Composite tergelincir 158,42 poin atau 0,89% ke 17.685,82. Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 397,69 poin atau 0,96% menjadi 40.821,14.
Sektor kesehatan menjadi yang turun paling drastis dari 11 sektor utama dalam indeks S&P. Saham Eli Lilly dan Moderna menjadi kontributor penurunan terbesar.
Perusahaan pembuat vaksin seperti Vertex Pharmaceuticals juga mengalami tekanan ekstra setelah sebuah email internal menunjukkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menunjuk seorang ahli onkologi yang dikenal sebagai pengkritik keras terhadap FDA serta kebijakan vaksin dan masker covid-19 bernama Vinay Prasad sebagai Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi.
"Semua ini tentang negosiasi tarif dan Trump berbicara seolah-olah akan mencetak kemenangan besar. Dia akan sangat senang jika kita setidaknya mendapatkan kondisi perdagangan yang lebih setara," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder, New York seperti yang dikutip dari Reuters, Rabu (7/5).
Sementara saham Constellation Energy melonjak dan menjadi saham dengan penguatan paling baik di indeks S&P 500 setelah laporan keuangan kuartalan. Ini membuat indeks sektor utilitas ikut terangkat.
Sebaliknya, saham perusahaan analisis data Palantir, salah satu saham dengan kinerja terbaik di S&P 500 tahun ini, anjlok karena investor tidak terkesan dengan pendapatan yang hanya sedikit melampaui ekspektasi serta laba yang sesuai perkiraan.
Saham-saham telah mengalami volatilitas sejak Trump pertama kali mengumumkan tarif pada 2 April. Indeks S&P 500 sempat turun hampir 15% sebelum akhirnya stabil dan pulih sementara ke level sebelum tarif diumumkan.
Pekan lalu, Trump menyatakan bahwa dirinya bersama pejabat tinggi pemerintahan AS akan meninjau potensi kesepakatan dagang dalam dua minggu ke depan untuk menentukan mana yang akan diterima. Selain itu, Trump bertemu untuk pertama kalinya dengan Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, namun pertemuan tersebut belum menghasilkan hasil konkret.
Pernyataan Trump ini agak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya dari Bessent, yang menyatakan bahwa pemerintahan bisa saja mengumumkan beberapa kesepakatan dagang secepatnya minggu ini.
"Kartu liar yang besar adalah Cina. Saya rasa Uni Eropa tidak akan mudah dan Kanada juga tidak akan mudah. Tapi Cina adalah yang paling besar dan mereka jelas akan menjadi negosiator yang sangat tangguh. Mungkin kita harus berjalan sendiri tanpa Cina untuk sementara waktu," kata Tim Ghriskey.
Data dari Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa para pelaku usaha meningkatkan impor barang pada Maret menjelang pengumuman tarif. Defisit perdagangan negara bahkan mencapai rekor tertinggi sebesar $140,5 miliar.
Pada Senin malam (5/5), Trump menyatakan akan mengumumkan tarif farmasi dalam dua minggu ke depan. Ini adalah pengumuman tarif terbarunya yang kembali mengguncang pasar keuangan global dalam beberapa bulan terakhir.
Ketidakpastian terkait tarif juga mempengaruhi sentimen konsumen. Banyak perusahaan menarik proyeksi laba mereka. Pernyataan dari pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, mengindikasikan bahwa bank sentral akan bersikap hati-hati dan menunggu hingga dampak tarif tercermin dalam data ekonomi sebelum mengubah kebijakan moneter.
The Fed memulai pertemuan dua harinya pada hari Selasa (6/5) dan memperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap. Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan hampir 80% bahwa pemangkasan suku bunga setidaknya 25 basis poin akan terjadi pada pertemuan Juli, menurut data dari LSEG.