Semen Indonesia (SMGR) Disebut Divestasi SMBR ke UltraTech India, Apa Dampaknya?

Nur Hana Putri Nabila
7 Mei 2025, 14:29
Semen Indonesia (SMGR)
Semen Indonesia (SMGR)
Semen Indonesia (SMGR)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) disebut-sebut bakal melepas sebagian aset atau divestasi anak perusahaannya PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Divestasi disebut-sebut akan dilakukan pada investor asal India, UltraTech Cement. 

UltraTech Cement merupakan produsen semen terbesar di India dan salah satu dari sepuluh terbesar di dunia (di luar Tiongkok). Perusahaan ini merupakan bagian dari Aditya Birla Group, sebuah konglomerat ternama asal India. 

Dengan kapasitas produksi yang melebihi 130 juta ton per tahun, UltraTech menjalankan operasinya di India, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sri Lanka. Perusahaan ini juga dikenal akan efisiensi biaya, penggunaan teknologi ramah lingkungan, serta strategi ekspansi agresif di pasar negara berkembang.

Katadata.co.id sudah meminta penjelasan resmi kepada manajemen Semen Indonesia mengenai rencana divestasi ini. Namun, hingga berita ini ditayangkan jawaban resmi masih disiapkan. 

Untung Rugi Divestasi SMBR 

Rencana divestasi pabrik semen pelat merah ini bakal berdampak pada kinerja perseroan secara menyeluruh. Riset terbaru yang dirilis Kiwoon Sekuritas menjelaskan bila aksi divestasi jadi dilakukan akan memberi sejumlah dampak. 

Berdasarkan riset Kiwoon, apabila Semen Indonesia (SMGR) berencana melepas kepemilikan atas anak usahanya, perseroan bakal diuntungkan dengan adanya tambahan modal segar. Dana yang diperoleh dari hasil divestasi bisa digunakan untuk memperkuat posisi keuangan SMGR terutama untuk pengembangan bisnis atau pengurangan utang.

Kiwoon juga menilai Semen Indonesia akan diuntungkan dari segi manajemen. Dengan divestasi SMGR dinilai bisa lebih fokus pada bisnis inti yakni bisnis semen. Manajemen SMGR diyakini bisa mendapatkan keuntungan strategis terutama di pasar yang lebih besar dan berkembang.

Di sisi lain, aksi korporasi ini juga berpotensi merugikan bagi SMGR. Kiwoon menilai dengan menjual kepemilikan mayoritas di SMBR, SMGR akan kehilangan kendali atas keputusan operasional anak usahanya tersebut. Keputusan untuk mendivestasikan aset bisa memunculkan persepsi negatif di mata publik maupun pemangku kepentingan, seolah-olah SMGR tengah melakukan restrukturisasi atau pengurangan kapasitas produksi.

“Kerugiannya dapat mempengaruhi persepsi pasar terkait keberlanjutan bisnis jangka panjang,” tulis tim riset Kiwoom Sekuritas, dikutip Rabu (7/5). 

Tantangan dan Manfaat Diverstasi Bagi Semen Baturaja (SMBR)?

Tak hanya bagi Semen Indonesia, aksi divestasi juga akan berdampak bagi Semen Baturaja. Tim analis Kiwoom Sekuritas menilai SMBR akan menerima sejumlah manfaat lantaran UltraTech Cement dapat membawa stabilitas finansial. Perusahaan yang sudah lama beroperasi di India itu juga bisa membagikan teknologi yang lebih canggih. 

Lebih jauh Kiwoon menilai,  dengan dukungan modal jumbo dan pengalaman internasional, SMBR berpotensi memperluas pangsa pasar. Divestasi juga bisa meningkatkan efisiensi operasional, hingga memperoleh akses ke inovasi dalam produksi semen.

Sementara itu, tantangan bagi SMBR mencakup perubahan budaya organisasi serta penyesuaian terhadap strategi baru dari investor asing, yang mungkin tidak sejalan dengan visi manajemen saat ini. Hal ini bisa mencakup restrukturisasi manajemen bahkan bisa terjadi efisiensi.

Potensi Akuisisi SMBR oleh Investor Asing

Akuisisi Semen Baturaja oleh UltraTech Cement juga berpotensi mengubah peta industri semen di Indonesia yang saat ini didominasi oleh beberapa pemain besar domestik, termasuk Semen Indonesia (SMGR). Kiwoom Sekuritas menilai prospek masa depan SMGR dan SMBR akan sangat bergantung pada kinerja kedua perusahaan untuk beradaptasi dengan investor asing. 

Dengan dukungan dari UltraTech, SMBR berpeluang untuk mendapatkan suntikan modal dan keahlian internasional. Kiwoom Sekuritas mengklaim hal ini berpeluang membuat Semen Batu Raja bisa melakukan ekspansi pasar yang lebih luas dan meningkatkan efisiensi produksi. 

Selain itu, SMBR juga dapat mengakses teknologi yang lebih maju serta memperluas jaringan distribusinya, berkat jaringan yang dimiliki oleh UltraTech. Namun, di sisi lain, ada pula potensi dampak negatif. 

Kiwoon mengatakan akuisisi ini berpotensi memperburuk persaingan di pasar semen Indonesia. Para pemain lokal, termasuk SMGR, kemungkinan akan menghadapi tantangan lebih besar dalam persaingan sebab UltraTech dapat mendominasi pasar.

“Perubahan kepemilikan dapat mempengaruhi arah strategis jangka panjang SMBR dan mungkin juga SMGR jika memiliki pengaruh yang signifikan,” ucap tim analis Kiwoom Sekuritas.

Kiwoom Sekuritas mencatat daftar pemain utama di industri semen Indonesia berdasarkan estimasi pangsa pasar nasional terbaru untuk 2024-2025: 

  • PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) - sekitar 50% pangsa pasar: Melalui anak perusahaan seperti Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, dan SMBR, SMGR mendominasi pasar nasional dalam kapasitas produksi dan distribusi semen.
  • PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) - sekitar 25% pangsa pasar: Sebagai anak perusahaan Heidelberg Materials (Jerman), INTP menjadi pesaing utama SMGR, terutama di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, dan Kalimantan.
  • PT Holcim Indonesia / Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) - sekitar 15% pangsa pasar: Diakuisisi oleh SMGR dan kini menjadi bagian dari Grup SMGR, meskipun sebelumnya SMCB merupakan pemain independen yang signifikan di pasar 
  • PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) - sekitar 6-7% pangsa pasar: Produsen semen dengan merek Merah Putih, fokus di pasar Banten, Jakarta, dan beberapa daerah di Sumatra.
  • PT Siam Cement Group Indonesia (SCG Cement) - di bawah 5% pangsa pasar: Meskipun masih merupakan pemain kecil, SCG Cement memiliki potensi agresif, terutama di segmen premium dan wilayah barat Jawa-Sumatera.

 Menurut Kiwoom, apabila UltraTech Cement berhasil mengakuisisi Semen Baturaja (SMBR) dan melanjutkan ekspansi secara agresif, perusahaan ini berpotensi segera masuk dalam posisi 4 besar pemain di pasar semen Indonesia.  Lebih jauh, UltraTech diperkirakan dapat menyalip posisi PT Cemindo Gemilang (CMNT), yang saat ini menguasai sekitar 6-7% pangsa pasar. 

Keuntungan dan ekspansi pasar dinilai bakal lebih cepat bila UltraTech meningkatkan kapasitas produksi atau efisiensi distribusi, khususnya di wilayah Sumatra dan sekitarnya.

“Hal ini dapat memberikan tekanan pada posisi SMGR, karena pemain asing dengan teknologi canggih dan efisiensi biaya yang tinggi memasuki pasar,” ucapnya. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan