Jejak Keluarga Mantan Wapres di IPO Cipta Sarana (DKHH), Dirut Berusia 27 Tahun


Emiten sektor kesehatan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (8/5). Nilai pemesanan selama masa penjatahan terpusat atau pooling allotment mencapai Rp 3,8 triliun. Permintaan yang masuk bahkan tercatat mengalami kelebihan pesanan atau oversubscribed hingga 190 kali.
Dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) kali ini, DKHH menerbitkan 530 juta saham baru, setara dengan 20,78% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp 132 per saham sehingga total nilai emisi mencapai Rp 69,90 miliar.
Direktur Investment Banking PT MNC Sekuritas Wilson Sofan menyampaikan apresiasinya terhadap minat tinggi dari para investor ketika IPO. “Respon masyarakat yang luar biasa ini mencerminkan tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek bisnis jangka panjang perseroan,” ujar Wilson seperti dikutip Kamis (7/5).
Direktur Utama DKHH, Satria Muhammad Wilis, juga optimistis bahwa ekspansi yang tengah direncanakan akan membawa dampak positif bagi kinerja perusahaan. “Dengan gedung baru dan penambahan fasilitas rumah sakit, kami yakin pendapatan dan keuntungan perusahaan akan meningkat,” kata Satria.
Tak hanya saham, DKHH juga menerbitkan maksimal 265 juta Waran Seri I, setara dengan 13,12% dari total saham disetor penuh. Waran ini diberikan dengan rasio satu waran untuk setiap dua saham baru.
Harga pelaksanaan waran ditetapkan Rp 155 per saham, yang dapat ditebus enam bulan setelah penerbitan dan berlaku selama enam bulan. Jika seluruh waran dilaksanakan, DKHH berpotensi meraih dana tambahan hingga Rp 41,07 miliar. PT MNC Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals (PT SDH) tercatat sebagai pengendali utama PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH). Siliwangi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan, mencakup pengelolaan rumah sakit swasta serta perdagangan eceran alat laboratorium, alat farmasi, dan alat kesehatan umum manusia.
Selain itu, Siliwangi Djajakusumah juga menjalankan usaha ritel khusus barang dan obat farmasi, alat kedokteran, parfum dan kosmetik, hingga aktivitas konsultasi manajemen. Perusahaan ini dimiliki oleh dua pemegang saham.
Mayoritas saham dipegang oleh PT Siliwangi Djajakusumah Bersatu sebanyak 99.999 saham dengan nilai nominal Rp 99,9 miliar atau setara dengan 100% kepemilikan. Sementara satu saham lainnya dimiliki oleh Iqbal Rahim Wilis dengan nilai nominal Rp 1 juta.
Pemegang saham DKHH sebelum IPO adalah PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals. Perusahaan holding ini dimiliki oleh PT Siliwangi Djajakusumah Bersatu dan sang menantu Iqbal Rahim Wilis.
Iqbal Rahim Willis yang merupakan menantu keluarga Umar Wirahadikusumah dan saudaranya Andri Kurniawan Wilis memiliki saham di perusahaan induk ini. Adapun susunan pengurus perusahaan mencakup Iqbal Rahim Wilis sebagai Komisaris, Satria Muhammad Wilis sebagai Direktur Utama dan Octen Suhadi sebagai Direktur.
Struktur Kepemilikan Saham DKHH Sebelum dan Sesudah IPO
Sebelum IPO, seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 2,02 miliar lembar, dengan 2.019.998.000 saham dimiliki oleh PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals. Sisanya, sebanyak 2.000 saham, dimiliki oleh Iqbal Rahim Wilis. Dengan demikian, seluruh saham dikuasai oleh pengendali internal.
Namun, setelah proses IPO, jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh meningkat menjadi 2,55 miliar lembar. Dalam struktur kepemilikan terbaru, PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi 79,22%.
Sementara itu, masyarakat sebagai investor publik kini memiliki 530 juta saham atau setara 20,78%. Kepemilikan Iqbal Rahim Wilis tetap pada angka 2.000 saham atau hampir 0%. Lalu seperti apa sosok dirut baru pasca IPO DKHH?
Profil Satria Muhammad Wilis, Dirut Cipta Sarana Medika (DKHH)
Satria Muhammad Wilis adalah cicit dari Wakil Presiden keempat RI, Umar Wirahadikusumah. Dalam data yang diambil dari prospektus, posisi dirut akan dipegang oleh Satria. Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id, pria yang berusia 27 tahun ini memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman di bidang ekonomi dan manajemen bisnis.
Satria menyelesaikan studi sarjana di University of Warwick, Coventry, Inggris dan meraih gelar Bachelor of Science dalam Philosophy, Politics and Economics (With Honours) pada tahun 2019. Ia kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Imperial College Business School, London dan memperoleh gelar Master of Science dalam Economics and Strategy for Business pada tahun 2021.
Menjabat sebagai Direktur Utama DKHH, Satria memiliki masa jabatan selama lima tahun sesuai dengan anggaran dasar perusahaan. Di luar perannya di DKHH, Satria juga memiliki pengalaman luas di sektor manajemen, investasi dan teknologi.
Ia pernah menjabat sebagai investment analyst, RHL Ventures Sdn Bhd pada 2019 – 2020. RHL sendiri adalah perusahaan Modal Ventura Multi-Tahap yang berbasis di Malaysia dan berinvestasi di seluruh Asia Tenggara. Perusahaan ini memiliki misi untuk mendukung para pengusaha visioner dalam membangun perusahaan-perusahaan disruptif generasi berikutnya.
Kemudian, pada 2021 ia menjadi investment analyst di PT Intudo Ventures. Perusahaan ini bergerak di bidang digital. Fokus utama perusahaan ini adalah investasi tahap awal (early-stage) di perusahaan rintisan (startup) teknologi yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi. Intudo Ventures berinvestasi di berbagai sektor, termasuk teknologi finansial, pendidikan, kesehatan digital, logistik dan pertanian digital.
Setelah itu, Satria bekerja di PT Brankas Teknologi Indonesia sebagai product manager dari tahun 2022 hingga 2023. Kemudian pada 2023 ia mulai menjabat sebagai Chief Executive Officer, PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals.