Wall Street Naik Disokong Data Inflasi AS dan Gencatan Perang Dagang


Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street ditutup naik pada Selasa (13/5). Kenaikan ini dipicu oleh data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan dan gencatan perang dagang antara kedua ekonomi terbesar dunia.
S&P 500 naik 42,36 poin atau 0,72% ke level 5.886,55. Ini merupakan kali pertama indeks mencetak keuntungan tahunan sejak akhir Februari. Nasdaq Composite juga melonjak 301,74 poin atau 1,61% ke 19.010,09.
Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average melemah 269,67 poin atau 0,64% ke 42.140,43, terseret oleh anjloknya saham UnitedHealth hingga 17,8% usai perusahaan mencabut proyeksi tahunannya dan CEO mengundurkan diri.
Menghijaunya dua bursa saham AS dipicu oleh data indeks harga konsumen atau CPI AS mencatatkan inflasi sebesar 0,2% pada April, lebih rendah dari estimasi ekonom 0,3%. Inflasi AS bulan lalu tercatat 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, melambat dibandingkan 2,3% pada Maret.
Data inflasi ini menambah optimisme investor bahwa inflasi mulai terkendali dan membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.
"Keberlanjutan dari pergerakan kemarin adalah positif. Tidak ada yang berubah dalam CPI," kata Carol Schleif, kepala strategi pasar di BMO Private Wealth di Minneapolis dikutip Reuters, Rabu (14/5).
Schleif mengatakan, perubahan hubungan dagang AS dan Cina pada hari Senin (12/5) merupakan perubahan suhu ekonomi yang signifikan. Jeda tarif selama 90 hari ini datang tepat waktu bagi para pengecer untuk mengimpor barang-barang guna membangun stok untuk belanja kembali ke sekolah dan belanja liburan akhir tahun.
Gencatan perdagangan antara dua negara adidaya ekonomi tersebut mencakup penangguhan tarif selama 90 hari. AS akan menurunkan tarif tambahan terhadap produk Cina dari 145% menjadi 30%, sedangkan Cina juga memangkas tarif impor terhadap produk AS dari 125% menjadi 10%.
Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, enam sektorn mencatat kenaikan. Sektor teknologi menjadi yang paling menonjol dan naik 2,25%. Sektor layanan kesehatan mencatatkan penurunan terbesar yakni 2,97%.
Saham operator bursa kripto Coinbase Global melonjak hampir 24% setelah diumumkan bahwa perusahaan akan masuk ke dalam indeks S&P 500 pada 19 Mei mendatang.
Manajer Portofolio di NFJ Investment Group R. Burns McKinney mengatakan, kondisi ini memberi The Fed lebih banyak ruang untuk fokus pada sisi ketenagakerjaan dalam mandat kebijakan moneter mereka. "Jika inflasi tetap jinak dan kebijakan perdagangan stabil, Fed bisa mulai menurunkan suku bunga, bukan karena ekonomi melemah, tapi karena inflasi yang melambat," ujarnya.
Dengan lebih dari 90% perusahaan dalam S&P 500 telah merilis laporan keuangannya, perhatian investor pekan ini akan tertuju pada laporan dari raksasa ritel Walmart. Selain itu, sejumlah pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell dijadwalkan memberikan pidato.
Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang naik lebih banyak ketimbang saham yang turun dengan rasio 1,86 banding 1. Tercatat 189 saham menyentuh harga tertinggi baru dan 77 saham mencetak harga terendah. Di Nasdaq, 2.590 saham naik sementara 1.904 saham turun, dengan rasio 1,36 banding 1. Nasdaq mencatat 75 harga tertinggi dan 74 harga terendah dalam 52 minggu terakhir.
Volume perdagangan mencapai 17,81 miliar saham, lebih tinggi dibanding rata-rata 16,51 miliar dalam 20 sesi terakhir.