BEI: Jumlah Investor Saham di RI Tembus 7 Juta Meski Ada Gejolak Global

Karunia Putri
3 Juni 2025, 07:40
BEI, investor saham, gejolak global
Katadata/Fauza Syahputra
Pengunjung berjalan di dekat layar yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah investor saham di Tanah Air telah menembus angka 7 juta hingga Senin (2/6). BEI menyebut minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal tetap tinggi meski kondisi ekonomi global tengah bergejolak.

“Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan OJK, Self-Regulatory Organization (SRO) dan anak usahanya, serta sinergi berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan program edukasi pasar modal yang inovatif,” kata Sekretaris BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangan resmi dikutip Selasa (3/6). 

Berdasarkan data BEI, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 7.001.268, bertambah 619 ribu dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebanyak 6.381.444 SID. Pertumbuhan ini terjadi di tengah fluktuasi IHSG. 

IHSG sempat turun ke level 5.967,988 pada 9 April 2025, sebelum kembali menguat ke 7.175,819 pada 28 Mei 2025.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, kenaikan jumlah investor terjadi di tengah ketidakpastian global, termasuk kebijakan tarif impor Amerika Serikat di awal tahun ini.

“Menariknya, meskipun ada tekanan dari kebijakan tarif impor, minat masyarakat untuk berinvestasi tetap tinggi,” kata Jeffrey.

Ia mencontohkan, terjadi penambahan lebih dari 38 ribu investor saham  selama periode libur panjang Idul Fitri, dari 6.705.452 SID pada 27 Maret menjadi 6.744.128 SID pada 8 April 2025.

Investor Baru Perlu Kenali Risiko 

Jeffrey sebelumnya mengatakan, lonjakan jumlah investor ini meski diimbangi dengan kebutuhan literasi keuangan juga semakin mendesak. 

“Jutaan investor baru ini berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Karena itu, kami merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi pasar modal yang tepat,” ujar Jeffrey dalam kegiatan Edukasi Wartawan yang digelar secara virtual pada Selasa (27/5).

Hal senada disampaikan Yusuf Adi Pradana dari Divisi Pengembangan Pasar BEI. Ia mengatakan dalam berinvestasi masyarakat perlu memahami profil risiko masing-masing investasi.

Pemahaman ini akan membantu investor memilih instrumen yang sesuai dengan karakter, kebutuhan dan jangka waktu investasi yang diinginkan.

Menurut dia, ada empat profil risiko investor. Pertama, investor sangat konservatif. Profil risiko ini cenderung menghindari risiko tinggi dan lebih cocok berinvestasi pada instrumen pasar uang atau obligasi jangka pendek.

Kedua, investor dengan profil risiko konservatif yang mengedepankan risiko dan fluktuasi nilai yang relatif rendah. Investor yang cocok dengan profil risiko ini bisa berinvestasi menggunakan reksadana pendapatan tetap, yaitu obligasi selama kurang dari dua tahun. 

Ketiga, investor dengan risiko moderat yang cocok bagi investor yang berani mengambil risiko lebih besar. Investor dengan profil risiko moderat cocok menggunakan investasi reksadana campuran dengan obligasi minimal 2 tahun.  

Keempat, investor dengan profil risiko agresif. profil risiko ini cocok untuk para investor yang tidak keberatan menerima risiko serta fluktuasi tinggi. investasi yang cocok dengan profil risiko ini adalah reksadana saham.

“Perlu memahami produk investasi yang tepat sesuai dengan jangka waktu dan profil risiko sesuai kebutuhan investor,” ujar Yusuf.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan