Harga Saham Antam Anjlok 5% di Tengah Polemik Tambang Nikel Raja Ampat


Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) anjlok 5,22% ke level Rp 3.270 pada sesi pertama perdagangan Selasa (10/6). Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menjelaskan saham perseroan sedang berada dalam kondisi extremely volatile di tengah pemberitaan terkait izin anak usahanya di Raja Ampat yang sempat terancam.
Volatile adalah perubahan naik turun harga saham secara cepat dalam periode waktu yang singkat.Akibat kondisi tersebut, menurut Nafan tidak heran jika harga saham Antam hari ini berada dalam zona merah.
“Jadi wajar saja hari ini mengalami koreksi,” kata Nafan ketika dihubungi Katadata pada Selasa (10/6).
Menurut Nafan, turunnya harga saham Antam disebabkan ramai kritik dari masyarakat soal operasi tambang nikel anak usahanya, PT Gag Nikel di Raja Ampat, Papua Barat.
“Jika mengacu pada sentimen, memang saat ini kan dinamika terkait dengan Save Raja Ampat memang begitu strong (kuat). Jadi tentunya sentimen ini mempengaruhi daripada kondisi perakan harga sama Antam,” kata Nafan.
Nafan memperkirakan selama gejolak pertentangan operasi PT Gag masih ada, maka hal tersebut akan menekan harga Antam.
“Kecuali kalau sentimen negatif tersebut merendah, berarti nanti harga sama Antamnya bisa kembali ke apresiasi dan baik,” lanjut Nafan.
Di lain sisi, Analis BinaArtha Ivan Rosanova mematok target harga Antam dalam rentang 3.740, 3.940 dan 4.209.
“Selama harga masih di atas support 3260. Indikator MACD menunjukkan momentum bullish.
Ia juga menyarankan trading buy pada rentang harga 3260 – 3420 dengan target harga terdekat di 3740,” kata Ivan dalam risetnya dikutip Selasa (10/6).
PT Gag Nikel Masih Boleh Beroperasi di Raja Ampat
Pemerintah pada hari ini memutuskan untuk mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya. Namun, anak usaha Antam, PT Gag Nikel (PT GN) masih diizinkan untuk terus beroperasi menambang nikel di Raja Ampat.
Jaringan kampanye global, Greenpeace sebelumnya menemukan aktivitas pertambangan di sejumlah pulau Raja Ampat, seperti Gag, Kawe, dan Manuran. Ketiga pulau ini berkategori kecil dan seharusnya tidak boleh ditambang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil.
Menurut Greenpeace, eksploitasi nikel di ketiga pulau itu telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas setempat.
Sejumlah dokumentasi pun menunjukkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir, yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat, Papua Barat. Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Rio Rompas mengatakan, penambangan nikel di sana dapat memberikan dampak buruk, baik untuk lingkungan maupun pariwisata.
Jumlah kunjungan wisatawan berpotensi turun karena keindahan laut dan lokasi menyelam (diving) akan terganggu. Dari segi lingkungan, dampak yang sudah terjadi adalah deforestasi, sedimentasi pesisir pantai, kerusakan terumbu karang, dan kekeruhan air laut di sekitarnya.
Selain Pulau Gag, Kawe, dan Manuran, pulau kecil lain di Raja Ampat yang terancam tambang nikel adalah Pulau Batang Pele dan Manyaifun. Kedua pulau yang bersebelahan ini berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Pianemo, gugusan bukit karst yang gambarnya terpacak di uang pecahan Rp 100 ribu.
Koordinator Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam Melky Nahar mengatakan, Pulau Gag merupakan contoh nyata kerusakan sistemik akibat kebijakan pertambangan yang dijalankan dalam ruang tertutup, elitis, dan berpihak pada kepentingan segelintir. “Sejumlah perubahan tata ruang, pelepasan kawasan konservasi hingga penerbitan izin tambang dilakukan tanpa keterlibatan masyarakat adat dan publik luas,” kata Melky.
Profil PT Gag Nikel
Berdasarkan laman resminya, PT Gag Nikel merupakan anak perusahaan PT Antam Tbk yang bergerak di bidang usaha pertambangan nikel di Pulau Gag, Papua Barat. Antam saat ini tidak hanya memproduksi emas, tetapi juga komoditas nikel dan bauksit. PT Gag merupakan pemegang Kontrak Karya Generasi VII No. B53 / Pres / I / 1998 tahun 1998 yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada 19 Januari 1998.
Kepemilikan saham mayoritas PT Gag Nikel awalnya dimiliki oleh Asia Pacific Nickel Pty. Ltd. (APN Pty. Ltd) sebesar 75% dan PT Antam Tbk. sebesar 25%. Namun sejak 2008 PT Antam Tbk. mengakuisisi semua saham PT Asia Pacific Nickel Pty. Ltd.
Dilansir dari laman mineral one data Indonesia, PT Gag Nikel memiliki kode perusahaan 2772. Perusahaan ini mengantongi perizinan Kontrak Karya dengan nomor 430.K/30/DJB/2017. Izin tersebut mulai berlaku sejak 30 November 2017 sampai 30 November 2047 atau 30 tahun.
PT Gag memiliki kode WIUP 1500002122014138 dengan luas konsesi mencapai 13.136 hektare. Menurut data perusahaan, total cadangan nikel PT Gag Nikel tercatat sebesar 47,76 juta metrik ton basah (wmt) per 31 Desember 2018. Cadangan itu terdiri dari 39,54 juta wmt bijih nikel saprolit dan 8,22 juta wmt bijih nikel limonit.
Sementara itu, tercatat total sumber daya nikel PT Gag Nikel mencapai 314,44 juta wmt yang terdiri dari 160,08 juta wmt bijih nikel saprolit dan 154,36 juta wmt limonit.
Pada laman resmi mereka, hanya menampilkan dua jajaran direksi PT Gag Nikel, tidak secara lengkap. Dua direksi tersebut yakni Plt. Presiden Direktur (Direktur Operasi) Arya Arditya Kurnia, serta Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Sumber Daya Manusia, Aji Priyo Anggoro. Adapun untuk susunan dewan komisaris, terdiri atas Presiden Komisaris Hermansyah, Komisaris Lana Saria, Komisaris Ahmad Fahrur Rozi, dan Komisaris Saptono Adji.