RUPS Antam (ANTM) Setuju Bagi Dividen Rp 3,6 T, Investor Dapat Rp 152 per Saham

Nur Hana Putri Nabila
12 Juni 2025, 14:34
Dividen ANTM
ANTARA FOTO/Jojon/hp.
Tumpukan nikel dia tas kapal tongkang di kawasan industri smelter nikel di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/2/2023).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memutuskan untuk membagikan dividen tahun buku 2024 sebesar sekitar Rp 3,6 triliun. Dengan nilai masing-masing investor bakal mendapat Rp 151,77 per saham. 

Jumlah dividen yang dibagikan setara dengan dividend payout ratio sebesar 100%, sama seperti pada tahun sebelumnya. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan hari ini, Kamis (12/6) di Jakarta. 

Berdasarkan harga saham ANTM pada perdagangan intraday Kamis (12/6) di level Rp 3.300, dividen ini setara dengan dividend yield sekitar 4,6%. Adapun jadwal cum date dan pembayaran dividen belum diumumkan.

Apabila menilik riwayat dividennya, ANTM konsisten membagikan dividen setiap tahun dalam lima tahun terakhir.  Berdasarkan riset Mirae Asset Sekuritas, Ssebelumnya Antam membagikan dividen sebesar Rp 3,07 triliun atau 100% pada 2024 dari hasil laba tahun buku 2023. 

Pada 2023, perseroan membagikan dividen Rp79,50 per saham dengan yield 3,96%, sementara pada 2022 sebesar Rp 38,74 dengan yield 1,55%. Sebelumnya, ANTM juga mencatat pembagian dividen sebesar Rp16,74 per saham pada 2021 dan Rp2,82 per saham pada 2020, masing-masing dengan imbal hasil 0,72% dan 0,46%. 

Kinerja Aneka Tambang 

PT Aneka Tambang mencatatkan capaian kinerja keuangan tertinggi sepanjang sejarah di tahun buku 2024, dengan pendapatan Rp 69,19 triliun. Adapun laba Rp 3,85 triliun atau melonjak 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year) sebesar Rp 3,08 triliun.

Direktur Utama Antam Nicolas D Kanter menyampaikan, capaian ini merupakan buah dari ketangguhan dan strategi manajemen perusahaan dalam merespon tantangan pasar serta optimalisasi kinerja operasional secara berkelanjutan.

"Antam berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan," kata dia di Jakarta, Rabu (9/4).

Seiring dengan peningkatan laba, Antam juga mencatatkan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar 3 persen menjadi Rp 6,73 triliun dari sebelumnya Rp 6,55 triliun. Laba kotor naik 3 persen menjadi Rp 6,50 triliun, dan laba usaha meningkat 15 persen menjadi Rp 3 triliun dari Rp 2,62 triliun di tahun 2023.

Lebih lanjut, Nico mengatakan beban usaha perusahaan turun 5 persen menjadi Rp 3,50 triliun, terutama karena penurunan biaya logistik dan asuransi akibat kendala perizinan yang sempat memengaruhi penjualan nikel dan bauksit. Dari sisi neraca, total aset Antam meningkat empat persen menjadi Rp 44,52 triliun, dan ekuitas tumbuh menjadi Rp 32,20 triliun. 

Perusahaan juga melakukan pelunasan investasi sebesar Rp 1,68 triliun pada akhir 2024. Disampaikannya, komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan pelat merah tersebut dengan kontribusi signifikan sebesar Rp 57,56 triliun atau melonjak 120 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,12 triliun.

Adapun volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi mencapai 43.776 kilogram, tumbuh 68 persen dari 26.129 kilogram di tahun sebelumnya. Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi sebesar Rp 9,50 triliun atau 14 persen dari total pendapatan, meskipun dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan. 

Volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan 19.452 TNi ke pasar ekspor, seperti China, India, dan Korea Selatan. Sementara itu, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt, seluruhnya untuk pasar domestik, baik ke smelter Antam maupun pihak ketiga.

Nico mengungkapkan, penjualan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 1,80 triliun, naik 7 persen dari Rp 1,69 triliun pada tahun lalu. Antam memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dengan penjualan 736 ribu wmt. Tantangan perizinan dan belum masifnya hilirisasi di sektor ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan.

Untuk alumina, melalui entitas anak PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton atau naik 24 persen dari tahun sebelumnya.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Video Pilihan