Bukit Asam (PTBA) Siapkan Capex Jumbo Rp 7,2 T di 2025, Seperti Apa Proyeksinya?

Karunia Putri
13 Juni 2025, 10:04
PTBA
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/YU
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten pertambangan milik negara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal atau capex jumbo sebesar Rp 7,2 triliun untuk tahun 2025. Angka tersebut naik tajam dibandingkan realisasi capex 2024 yang hanya sekitar Rp 2,3 triliun. 

Hingga kuartal pertama tahun ini, Bukit Asam telah menyerap sekitar Rp 1 triliun dari total anggaran belanja modal.  “Kalau kita lihat realisasi terhadap kuartal pertama juga sudah cukup baik,” ujar Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra ketika konferensi pers setelah RUPST PTBA di Jakarta, Kamis (12/6).

Niko mengatakan peningkatan nilai capex tahun ini terjadi karena Bukit Asam sedang memotori proyek pengembangan unlocking logistic, yaitu peningkatan jalur angkutan Kereta Api Kramasan.

Proyeksi Bisnis PTBA di 2025

Di tengah harga batubara global yang masih berfluktuatif, Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail mengatakan Bukit Asam tetap menargetkan produksi batubara sebesar 50 juta metrik ton pada 2025. Tidak berubah dari rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB).

“Sampai dengan bulan Juni ini, kami belum ada rencana untuk mengembangkan produksi,dan target penjualan, semua masih berjalan,” kata Arsal.

Volume penjualan pun ditargetkan senada, sekitar 50 juta ton. Strategi ini diambil sembari menjaga efisiensi biaya dan memperluas pasar ekspor. Arsal juga mengatakan Bukit Asam belum melakukan revisi produksi dan penjualan untuk tahun 2025.

“Kami tentunya berkomitmen dengan apa yang sudah kami rencanakan,” kata Arsal.

Lebih lanjut, Arsal menjelaskan saat ini kondisi harga batu bara tengah mengalami penurunan yang cukup jauh dari tahun lalu, yaitu di bawah US$100 per ton berdasarkan indeks ICI. Hal ini disebabkan gejolak perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang saat ini belum selesai. 

Menurut Arsal, jika perang dagang mempengaruhi Cina, maka pertumbuhan ekonomi bakal mengalami penurunan dan berdampak ke sektor batu bara. “Kalau perang dagang ini belum menjadi selesai, ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan industri, baik di Cina maupun di dunia,” ujarnya. 

Arsal juga mengatakan pasar Bukit Asam tidak hanya berasal dari Cina dan India, Pihaknya juga sudah mulai memperluas pasar ke Vietnam, Thailand, Korea dan Jepang. “Jadi kami diversifikasi agar produk yang kami hasilkan bisa terjual,” kata Arsal.  

Dalam menghadapi tekanan harga, perusahaan juga menyesuaikan strategi internal, termasuk penghematan biaya. “Kami akan fokus bagaimana gejolak harga ini berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Fungsinya dengan ada penurunan kami harus melakukan cost efficiency, dan kami juga membuat cost diversi,” katanya.

Meskipun harga batu bara saat ini masih di bawah ekspektasi awal tahun, Arsal berharap kondisi bisa pulih apabila perang dagang mereda dan pertumbuhan ekonomi global membaik.

“Ketika perang dagang ini selesai, pertumbuhan ekonominya ini meningkat, harga yang kami harapkan bisa kembali lagi, minimum sama dengan tahun kemarin,” tutupnya.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...