5 Fakta di Balik IPO Chandra Daya (CDIA), Intip Gurita Bisnis dan Kinerja Usaha

Nur Hana Putri Nabila
18 Juni 2025, 16:53
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) bersiap IPO
Manajemen CDIA
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) bersiap IPO
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Chandra Daya Investasi (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu, tengah bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan menargetkan penawaran saham perdana atau (initial public offering/IPO) dapat berlangsung pada akhir Juni 2025.

Berdasarkan kabar yang dihimpun rencana IPO ini masih sesuai dengan jadwal. Saat ini, CDIA tinggal menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Mengacu pada dokumen yang diterima Katadata.co.id, CDIA bakal melepas 12,48 miliar saham bernominal Rp 10 per lembar. Dari aksi korporasi ini, perusahaan diperkirakan akan menghimpun dana sebesar Rp 2,37 triliun. 

Harga penawaran awal saham diperkirakan berada di kisaran Rp 190 per lembar, meskipun angka ini masih bersifat indikatif. “Perkiraan harga IPO masih dalam tahap kalkulasi kasar dan belum bersifat final,” bunyi dokumen yang dikutip Rabu (18/6).

5 Fakta Chandra Daya Investasi (CDIA) Jelang IPO

Prospek IPO Chandra Daya

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan IPO Chandra Daya merupakan salah satu yang berpotensi menjadi incaran investor. Hal itu lantaran berpeluang memberikan keuntungan. 

Menurut Miftahul respons bagus muncul salah satunya karena sektor infrastruktur diproyeksikan menyumbang hingga 20%-25% dari pendapatan Chandra Asri pada 2030. Mifta mengatakan Chandra Daya yang 70% sahamnya dimiliki TPIA, berperan strategis dalam mengembangkan bisnis di sektor energi, air, kepelabuhanan, hingga logistik.

“Kolaborasi dengan EGCO Group dari Thailand juga memperkuat fundamental bisnisnya,” kata Mifta dalam wawancara dengan Katadata.co.id beberapa waktu lalu. 

Hal senada juga disampaikan analis reknikal BRI Danareksa Sekuritas, Reyhan Pratama. Ia menilai valuasi Chandra Daya Investasi berpotensi menarik bagi investor, terutama karena bisnis infrastrukturnya mendukung pertumbuhan berkelanjutan. 

Reyhan mengatakan, meskipun estimasi belum dapat dipastikan IPO Chandra Daya Investasi diperkirakan akan memberikan nilai tambah bagi Chandra Asri Group. “Serta membuka peluang investasi di sektor infrastruktur,” ucapnya. 

Profil Chandra Daya Investasi (CDIA)

CDIA merupakan entitas khusus yang fokus pada investasi infrastruktur di sektor energi, air, dan pelabuhan. Melalui anak usaha PT Krakatau Chandra Energi (KCE) yang diakuisisi dari PT Krakatau Sarana Infrastruktur anak usaha PT Krakatau Steel Tbk pada 2023, CDIA mengelola berbagai operasional energi milik Chandra Asri Group.

Selain itu, CDIA juga memperkuat bisnis lewat entitas lainnya, seperti PT Chandra Shipping International (CSI) menandatangani nota kesepahaman dengan PT Pertamina International Shipping (PIS) pada Oktober 2024 untuk memperluas jaringan transportasi laut.

Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menilai kerja sama ini akan mendukung pengembangan industri logistik laut Indonesia, sekaligus memperkuat daya saing sektor transportasi berbasis keberlanjutan.

Gurita Bisnis CDIA: Dari Logistik Hingga Penyimpanan Energi

Sebagai kendaraan investasi khusus (special purpose vehicle), CDIA memiliki portofolio strategis untuk mendukung ekosistem industri Chandra Asri. Dua entitas utama yang menopang bisnisnya adalah Chandra Shipping International (CSI) dan PT Redeco Petrolin Utama (RPU).

Katadata.co.id  berkesempatan mengunjungi kompleks Redeco Petrolin Utama (RPU) di Desa Mangunjaya, Merak, Banten, pada Senin (28/4). RPU beroperasi di sektor kepelabuhanan dan penyimpanan, sedangkan Chandra Shipping International (CSI) fokus di bidang logistik. Keduanya menjadi tulang punggung dalam menjaga keandalan rantai pasok, terutama untuk industri energi, petrokimia, dan manufaktur.

RPU, yang beroperasi sejak 1986 di Merak, Banten, mengelola terminal tangki penyimpanan curah cair. Perusahaan ini menjadi bagian dari Chandra Asri Group sejak 2021 melalui penggabungan usaha dengan PT Styrindo Mono Indonesia, dan kepemilikan mayoritasnya dialihkan ke CDIA pada 2023.

Hingga saat ini, RPU mengoperasikan 72 tangki penyimpanan berkapasitas total 129.700 kiloliter. Fasilitas itu dilengkapi dua jetty milik sendiri dan fasilitas pengisian terpusat (CFS) untuk menjaga mutu dan keamanan produk.

Sementara CSI mengoperasikan delapan kapal khusus untuk pengangkutan kimia dan gas, dan tengah bersiap memperluas armadanya. CDIA juga sedang mengkaji ekspansi ke bisnis manajemen dan pemeliharaan kapal.

Presiden Direktur RPU, Lingga Widiastri mengatakan RPU dan CSI memiliki peran penting dalam mendukung jaringan logistik energi, petrokimia, dan manufaktur. “Dengan sistem transportasi bahan baku yang aman dan efisien, kami berkontribusi pada kelancaran industri di Cilegon dan Merak,” ujarnya.

Bisnis Chandra Daya mencakup 

  • Pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berkapasitas 120 MW
  • Pabrik pengolahan air berkapasitas 4.045 lpd (liter per detik)
  • 125 tangki berkapasitas 648 ribu m3
  • 5 kapal dengan potensi akuisisi tambahan hingga mencapai 15 kapal pada 2025

Kinerja Keuangan CDIA Kuartal I 2025

CDIA membukukan pendapatan sebesar US$ 34,64 juta atau sekitar Rp 569,61 miliar pada kuartal pertama 2025, turun 66% dibandingkan akhir 2024 yang mencapai US$ 102,25 juta.

Laba bersih sepanjang Januari–Maret 2025 tercatat sebesar US$ 30,23 juta, turun 7,5% dari US$ 32,69 juta pada tahun buku 2024. Namun dari sisi aset, perusahaan mencatat pertumbuhan. Aset lancar naik menjadi US$ 282,5 juta, sedangkan aset tidak lancar meningkat menjadi US$ 889,71 juta.

Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang masing-masing meningkat menjadi US$ 37,51 juta dan US$ 351,83 juta. Adapun penghasilan komprehensif hingga Maret 2025 tercatat sebesar US$ 30,71 juta.

Kinerja 2024: Lonjakan Laba dan Pertumbuhan Aset

Sepanjang 2024, CDIA mencatat lonjakan laba signifikan sebesar 2.167% secara tahunan (yoy), dari US$ 1,44 juta pada 2023 menjadi US$ 32,69 juta atau sekitar Rp 537,28 miliar. Pendapatan tumbuh 35% menjadi US$ 102,25 juta.

Pertumbuhan juga terjadi pada aset tidak lancar yang melonjak hampir tiga kali lipat menjadi US$ 812,75 juta, meskipun aset lancar turun dari US$ 626,07 juta menjadi US$ 263,03 juta.

Sementara itu, liabilitas jangka pendek dan panjang masing-masing naik menjadi US$ 29,16 juta dan US$ 299,15 juta. Total penghasilan komprehensif melonjak dari US$ 1,29 juta menjadi US$ 32,51 juta.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Video Pilihan