Menilik Jejak Prima Multi (PMUI): Resmi IPO Usai Isu Batal, Siapa Pengendalinya?

Ira Guslina Sufa
10 Juli 2025, 08:47
IPO PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI)
Katadata/karunia Putri
IPO PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), distributor  produk telekomunikasi merek XL Axiata, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (10/7). Saham perusahaan diperdagangkan dengan kode PMUI dan masuk ke Papan Pengembangan.

PMUI menawarkan sebanyak 1,16 miliar saham baru atau setara 20% dari modal disetor dengan harga penawaran sebesar Rp180 per saham. Lewat IPO Prima Multi akan menghimpun dana hingga Rp 208,8 miliar. Dengan pencatatan ini, total saham PMUI yang beredar di publik mencapai 5,8 miliar lembar.

Sesuai ketentuan BEI, jumlah saham free float per 9 Juli 2025 adalah sebesar 20%, memenuhi syarat minimum kepemilikan publik. Saham-saham hasil IPO ini langsung dapat diperdagangkan di pasar reguler mulai hari ini.

Sehari sebelum IPO, sempat tersebar kabar bahwa perusahaan akan membatalkan rencana IPO. Hal itu berkaitan dengan kabar penyerapan saham IPO oleh underwriter. Pada IPO ini PMUi menggunakan Korea Investment and Sekuritas Indonesia dengan kode broker BQ. 

Namun, BEI telah membantah kabar tersebut. Otoritas pun memastikan, perdagangan saham perdana PMUI tetap akan berlangsung besok, Kamis (10/7). 

"Dapat kami informasikan, berdasarkan koordinasi dengan penjamin emisi dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), perseroan telah memenuhi ketentuan pencatatan di bursa sehingga dapat tercatat besok," ujar Sekretaris BEl Kautsar Primadi Nurahmad pada Rabu (9/7). 

Siapa pengendali IPO PMUI dan bagaimana komitmen mereka? 

Pembatasan Saham dan Komitmen Pengendali

Mengacu pada ketentuan OJK dan BEI, dua pemegang saham utama PMUI yakni Rudy Susanto Wijaya Kaswan dan Agus Susanto. Mereka mendapatkan saham dalam periode enam bulan sebelum pernyataan pendaftaran. 

Dalam prospektus IPO baik Rudy dan Agus menyatakan tidak akan mengalihkan sahamnya hingga 8 bulan setelah pernyataan pendaftaran menjadi efektif. Rudy menguasai 3,25 miliar saham, sementara Agus menggenggam 1,39 miliar saham.

Keduanya juga menyatakan tidak akan mengalihkan pengendalian atas perusahaan setidaknya selama 12 bulan pasca IPO. Pernyataan itu tercantum dalam surat pernyataan tertanggal 19 Maret 2025. 

PMUI merupakan distributor XL Axiata dengan penguasaan sekitar 35% jaringan distribusi nasional. Perusahaan juga mengendalikan PT Graha Prima Mentari dan memiliki lini usaha distribusi produk FMCG serta aksesori ponsel. IPO ini menjadi langkah strategis perusahaan dalam memperkuat struktur modal dan mendukung ekspansi usaha.

Bisnis dan Prospek PMUI

PMUI adalah perusahaan distributor untuk produk dari XL yang dikeluarkan PT XL Smart Tbk (EXCL). Prima Multi berawal dari sebuah toko kecil yang bergerak di bidang usaha telepon seluler dengan melakukan penjualan telepon seluler bekas, simcard dan aksesoris telepon ke ritel dengan skala kecil pada 1998.  

Emiten yang bergerak di industri telekomunikasi ini akan melepas 1,16 miliar saham atau setara 20% saham melalui IPO. Adapun harga IPO yang ditetapkan Rp 180 sehingga dana segar yang diraup akan mencapai Rp 208 miliar. 

Adapun sekitar 26,76% dana hasil IPO setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk membeli tanah dan bangunan milik pihak afiliasi, yakni Direktur Utama Agus Susanto, yang berlokasi di Jl. Tuparev No. 87 A, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Selanjutnya, sekitar 29,73% dana akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak usaha, PT Graha Prima Mentari Tbk, dengan suku bunga 9% dan tenor lima tahun. Pinjaman tersebut akan digunakan anak usaha untuk pembelian tanah yang memiliki sumber mata air sebesar 33,33%, pelunasan utang pokok kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar 33,33%, pembelian mesin produksi air minum dalam kemasan sebesar 30%, serta kebutuhan modal kerja lainnya.

Perseroan mencatatkan penurunan penjualan neto pada tahun buku 2024 sebesar 7,60% dari Rp 3,49% pada 2023 menjadi Rp 3,22 triliun. Koreksi ini terutama disebabkan oleh turunnya penjualan barang sebesar 8,01% dari Rp 3,28 triliun menjadi Rp3,02 triliun. Pendapatan dari jasa dan komisi juga ikut terkoreksi tipis sebesar 0,92% menjadi Rp 202,78 miliar.

Manajemen menjelaskan, penurunan pendapatan jasa dipengaruhi oleh penyesuaian struktur Key Performance Indicator (KPI) yang diterapkan oleh principal. Meski KPI pada 2024 lebih terbuka dibanding 2023, secara keseluruhan pendapatan masih menunjukkan ketahanan di tengah penurunan penjualan barang.

Di tengah penurunan pendapatan, laba bersih tahun berjalan justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,06% menjadi Rp 49,63 miliar dari Rp47,69 miliar pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh efisiensi pada beban pokok penjualan serta biaya umum dan administrasi sepanjang tahun berjalan. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...