Wall Street Tertekan Data Inflasi, Nasdaq Cetak Rekor karena Saham Nvidia
Indeks saham Wall Street di Amerika Serikat ditutup turun pada perdagangan Selasa (15/7) waktu setempat. Dua indeks melemah akibat laporan inflasi serta hasil kinerja keuangan sejumlah bank besar yang belum mampu menarik minat investor.
Namun, Nasdaq Composite menguat hingga mencetak rekor penutupan baru berkat lonjakan saham Nvidia, Nasdaq Composite naik 37,47 poin atau 0,18% ke level 20.677,80. Ini menjadi rekor penutupan keempat dalam lima hari terakhir dan yang kedelapan sejak 27 Juni.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 436,36 poin atau 0,98% menjadi 44.023,29. Indeks S&P 500 kehilangan 24,80 poin atau 0,40% ke posisi 6.243,76.
“Saya kira ini lebih merupakan lonjakan satu hari,” ujar Rob Swanke, analis riset investasi senior di Commonwealth Financial Network, dikutip dari Reuters, Rabu (16/7).
Menurutnya, lonjakan saham Nvidia menunjukkan sebagian investor mulai kembali ke saham teknologi, setelah sebelumnya menghindar karena valuasi yang tinggi. Kini, pasar menantikan apakah kenaikan penjualan juga tercermin dalam laporan laba perusahaan.
Kabar positif dari Nvidia turut mendorong reli saham produsen chip lainnya seperti Advanced Micro Devices dan Super Micro Computer yang masing-masing naik lebih dari 6,4%. Indeks semikonduktor pun melonjak 1,3% ke level tertingginya dalam setahun, sementara indeks teknologi S&P naik dengan persentase serupa dan mencetak rekor baru.
Secara umum, pasar saham AS telah menunjukkan penguatan dalam beberapa pekan terakhir. Kekhawatiran investor tentang perekonomian akan terdampak kebijakan Presiden Donald Trump termasuk ancaman tarif besar mulai mereda. Hal ini memberikan ruang bagi Wall Street untuk bergerak naik.
Namun, pekan merupakan musim laporan keuangan kuartal kedua dimulai, bersamaan dengan data inflasi yang diperkirakan akan mencerminkan bagaimana perusahaan mulai meneruskan beban tarif kepada konsumen.
Laporan terbaru menunjukkan inflasi konsumen AS pada Juni mencatat kenaikan terbesar dalam lima bulan terakhir, mengisyaratkan mulai munculnya dampak tarif terhadap harga-harga. Meski demikian, inflasi inti tetap moderat, yang sedikit meredakan kekhawatiran pasar.
“Data inflasi pagi ini memang sedikit di atas perkiraan, namun tetap dalam batas wajar. Ini menunjukkan bahwa tarif mulai berdampak ke perekonomian,” kata Swanke.
Ia mengatakan, pelaku pasar akan mendapat gambaran lebih jelas saat laporan pendapatan keluar, terutama bagaimana perusahaan menanggung beban tarif yang lebih tinggi.
Di hari pertama musim laporan keuangan kuartal kedua, saham-saham perbankan bergerak fluktuatif. JPMorgan Chase turun 0,7% meski menaikkan proyeksi pendapatan bunga bersih tahun 2025. Sementara Wells Fargo merosot 5,5% meskipun laba meningkat, seiring berkurangnya cadangan kerugian pinjaman.
BlackRock mencatat rekor baru untuk aset kelolaan, tetapi sahamnya justru anjlok 5,9%. Di sisi lain, Citigroup menjadi pengecualian. Sahamnya naik 3,7% ke level penutupan tertinggi sejak krisis keuangan global, setelah kinerja unit perdagangan menghasilkan keuntungan tak terduga dan mendorong laba kuartalan.
Jumlah saham yang berpindah tangan di bursa AS pada hari Selasa tercatat sebanyak 16,82 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir sebesar 17,55 miliar saham.
