Menakar Merger Grup Saratoga TBIG dan Mitratel (MTEL), Seperti Apa Peluangnya?

Nur Hana Putri Nabila
18 Juli 2025, 13:28
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
mitratel.co.id
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten menara Grup Saratoga PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) disebut tengah menjajaki penggabungan usaha atau merger. Aksi potensi terjadi dengan valuasi hingga Rp 93 triliun atau sekitar US$ 5,7 miliar. 

Menanggapi kabar potensi merger, analis PT Indo Premier Sekuritas, Aurelia Barus dan Belva Monica, menilai aksi itu berdampak positif bagi sektor menara telekomunikasi. Menurutnya, konsolidasi ini dapat memperkuat fundamental bisnis infrastruktur aktif sekaligus membuka peluang pertumbuhan yang lebih menjanjikan bagi para pemain di industri telko.

Lebih lanjut, Indo Premier Sekuritas mengatakan prospek sektor menara bakal kian menarik jika salah satu katalis jangka panjang berhasil terealisasi sebab berpotensi mendorong pertumbuhan yang lebih kuat ke depannya.

“MTEL tetap menjadi pilihan utama kami,” tulis analis Indo Premier Sekuritas, dikutip Jumat (18/7). 

Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold untuk saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dengan target harga Rp 1.300, menyusul kabar potensi merger antara MTEL dan TBIG. Apabila merger terealisasi, Indo Premier memperkirakan MTEL akan menjadi pihak yang bertahan sebab statusnya perusahaan BUMN.

Secara operasional, merger ini dinilai berpotensi memberikan dampak positif karena portofolio kedua perusahaan saling melengkapi. MTEL memiliki sebaran menara yang dominan di luar Jawa, sedangkan TBIG fokus di wilayah Jawa. Dengan wilayah operasi utama perusahaan yang berbeda, potensi tumpang tindih aset bakal minim.

Berdasarkan data per kuartal pertama 2025, total menara gabungan dari MTEL dan TBIG diperkirakan bisa mencapai 63.400 menara, jauh di atas pesaing terdekatnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), yang memiliki sekitar 35.500 menara. 

“Transaksi ini dapat meningkatkan laba dan pengembalian untuk MTEL,” tambah tim analis  Indo Premier Sekuritas.

Valuasi dan Proyeksi Kinerja MTEL Pasca Merger

Berdasarkan simulasi merger dan kapitalisasi pasar per 15 Juli 2025, dengan asumsi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tetap menguasai minimal 51% saham entitas gabungan, kapitalisasi pasar MTEL diperkirakan melonjak hingga 137%. 

Indo Premier Sekuritas menyebut ini mencerminkan valuasi sekitar 18 kali adjusted EV/EBITDA tahun 2026. Namun, bila MTEL mampu meningkatkan EBITDA minimal Rp 2 triliun—kemungkinan melalui akuisisi anorganik—valuasinya bisa setara atau bahkan lebih murah dibandingkan TBIG, yaitu sekitar 15 kali EV/EBITDA full year 2026..

Peluang di Infrastruktur Aktif untuk 5G

Lebih jauh, Indo Premier menyebut industri menara tengah memasuki fase perubahan, terutama berkat peluang di sektor infrastruktur aktif seperti BTS dan antena untuk 5G, yang kini diperbolehkan melalui UU Cipta Kerja. 

Meski petunjuk pelaksanaan (juklak) resminya belum dirilis pemerintah, pelaku industri menilai integrasi infrastruktur aktif dan pasif dapat meningkatkan profitabilitas hingga 50% dibandingkan infrastruktur pasif. BTS bersama pun dinilai lebih efisien karena hanya 30% lebih mahal dari BTS tunggal, tetapi bisa digunakan oleh hingga tiga operator. Hal ini membuka peluang bagi operator telekomunikasi untuk mengurangi beban aset dan menekan capex.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...