Laba BRI Turun 11,7% Jadi Rp 26,3 T pada Semester I, Tertekan Beban Pencadangan
Membuat ringkasan dengan AI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih secara konsolidasi pada semester I 2025 mencatat Rp 26,3 triliun, turun 11,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba BRI turun seiring beban pencadangan atau impairment yang meningkat dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 23,3 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan BRI pada Kamis (31/7), penyaluran kredit tercatat tumbuh 5,97% mencapai Rp 1.415,6 triliun. Pendapatan bunga naik dari Rp 99,79 triliun menjadi Rp 102,3 triliun, sedangkan beban bunga naik dari Rp 28,51 triliun menjadi Rp 29,1 triliun.
BBRI pun mencatatkan pendapatan bunga, premi, dan jasa asuransi bersih naik tipis dari Rp 72,74 triliun menjadi Rp 73,71 triliun.
Namun, beban operasional lainnya perseroan membengkak dari Rp 34,2 triliun menjadi Rp 38,7 triliun. Ini terutama karena beban biaya pencadangan yang naik Rp 4,77 triliun.
Adapun rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan/NPL gross BRI naik tipis dari 3,21% menjadi 3,23%, sedangkan NPL Nett naik dari 0,86% menjadi 0,99%. Namun, rasio cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN aset keuangan terhadap aset produktif turun dari 4,83% menjadi 4,32%.
Di sisi lain, BRI mencatatkan kondisi likuiditas yang relatif longgar, dengan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau LDR turun dari 87,19% menjadi 85,52%. Penghimpunan DPK perseroan secara konsolidasi mencapai Rp 1.482,11 triliun, naik 9,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BRI juga mencatatkan permodalan yang kuat dengan rasio kecukupan modal atau capital to adequacy ratio/CAR sebesar 22,68% meski turun dibandingkan semester I 2024 sebesar 23,23%.
Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.
