TBS Energi (TOBA) Rugi Rp 1,89 Triliun, Efek Harga Batu Bara Anjlok?

Nur Hana Putri Nabila
31 Juli 2025, 07:07
TBS energi, TOBA, Laba
Katadata
PT TBS Energi Utama Tbk melakukan divestasi dua PLTU sebagai bagian dari komitmen netralitas karbon pada 2030, menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 1,3 juta ton CO2 per tahun.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) membukukan rugi sebesar US$ 115,61 juta atau setara Rp 1,89 triliun pada semester pertama 2025, berbalik dibandingkan laba US$ 26,49 juta pada semester I 2024. Ini terutama disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap, yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Divestasi PLTU MCL rampung pada Maret, sedangkan PLTU GLP pada Mei 2025.  Rugi non-kas dari divestasi ini tercatat sebesar US$ 96,9 juta. Namun, kerugian tersebut tidak berdampak pada arus kas TOBA dan justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TBS sebesar US$ 123,6 juta. 

Penjualan dua unit PLTU ini juga berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon Perseroan, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO2 (tCO2e) Ini setara dengan penurunan emisi sebesar 86% dalam setahun. 

Adapun berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, pendapatan perusahaan turun 31% secara tahunan menjadi US$ 172,21 juta atau sekitar Rp 2,82 triliun (asumsi kurs Rp 16.410) dibandingkan US$ 248,67 juta di periode yang sama di tahun sebelumnya. Sedangkan beban produksi TOBA menyusut sebesar 18% dari US$ 193,97 juta  menjadi US$ 158,30 juta.

“Laporan keuangan performance TBS per semester 2025 ini sangat dipengaruhi dengan adanya penurunan harga batu bara,” kata Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina dalam acara diskusi terbatas di Kantor TBS Energi Utama, Jakarta, Rabu (30/7).

Juli menjelaskan, penurunan pendapatan perseroan disebabkan oleh fluktuasi harga batu bara, yang juga berdampak pada melemahnya permintaan global. Selama enam bulan terakhir, perusahaan sulit menjual batu bara dengan harga yang menguntungkan. 

Selain itu, menurut dia, investasi pada proyek PLTU memang menyebabkan kerugian investasi sebesar US$ 96 juta dankerugian tersebut bersifat non-cash. Meski begitu, Juli optimistis kinerja bisnis perusahaan bisa tumbuh hingga sebesar 440% ke depan.

“Jadi selain itu revenue kami ini saat ini per 6 bulan ini masih dipengaruhi dengan adanya pendapatan dari PLTU,” kata Juli.

TOBA mencatat penurunan volume penjualan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, disertai penurunan harga jual rata-rata dari US$ 83 per ton ke US$ 52,9 per ton. Tren turunnya harga ini sejalan dengan penurunan indeks harga batu bara global sejak tahun lalu. 

Pada paruh pertama tahun ini, segmen pertambangan dan perdagangan batu bara menghasilkan pendapatan US$ 91,6 juta atau 53% dari total pendapatan, turun dari kontribusi 82% pada periode yang sama tahun lalu

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...