Bos Unilever (UNVR) Respons Fenomena Rojali dan Rohana
Bos emiten raksasa konsumer PT Unilver Indonesia Tbk (UNVR) menanggapi fenomena rojali alias rombongan jarang beli dan rohana atau rombongan hanya nanya yang ramai dibahas di media sosial.
Direktur Keuangan Unilever Indonesia Neeraj Lal menjelaskan, sebagian besar portofolio perusahaan tidak terdampak oleh tren window shopping di pusat perbelanjaan atau mal. Menurutnya, fenomena rojali dan rohana tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja produk Unilever.
“Menurut saya ada beberapa hal penting dan saya rasa sebagian besar dari portofolio kami tidak terlalu terpengaruh oleh hal itu,” ujar Neeraj dalam konferensi pers Unilever Indonesia secara virtual, Kamis (31/7).
Neeraj Lal mengatakan, sebagai konsumen UNVR untuk produk kategori kecantikan dan perawatan pribadi mungkin hanya melihat-lihat produk di pusat perbelanjaan tanpa membeli. Meski demikian, menurut dia, para konsumen tersebut tetap membeli melalui saluran belanja Unilever lainnya, seperti e-commerce.
Fokus utama perusahaan saat ini, menurut dia, adalah memastikan ketersediaan produk di toko-toko yang ramai pengunjung. Selain itu, Unilever juga menekankan pentingnya kehadiran produk di semua kanal, baik offline maupun online.
“Kuncinya adalah memastikan keberadaan di kedua tersebut dan membantu perjalanan belanja konsumen,” katanya.
Hal lain yang juga penting, menurut dia, adalah merek harus cukup menarik sehingga konsumen mau mengambil barang dan membawanya ke kasir.
Menciptakan Pasar
Unilever Indonesia terus memperkuat penetrasi di segmen atas yang menunjukkan pertumbuhan pesat. Strategi ini dinilai penting untuk menangkap potensi permintaan yang lebih besar sekaligus mencerminkan kelincahan perusahaan dalam merespons dinamika preferensi konsumen.
Sepanjang semester I 2025, kategori Beauty & Wellbeing, yang meliputi produk sun care, serum, treatment, dan formula ringan melonjak tumbuh hingga 36%. Portofolio produk premium juga melanjutkan momentum positifnya dengan pertumbuhan di Kuartal II, sejalan dengan tren dari kuartal sebelumnya.
Unilever juga terus memperluas aksesibilitas produknya dengan menyasar segmen konsumen bawah melalui penawaran produk terjangkau. Beberapa inisiatif yang telah diluncurkan antara lain Sabun Batang Lifebuoy, Bango Magic seharga Rp 1.000, dan Rinso dalam kemasan baru seharga Rp 500. Strategi ini tak hanya menjawab kebutuhan konsumen berdaya beli rendah, tetapi juga memperkuat penetrasi Unilever di kanal general trade.
Transformasi Go-to-Market
Di sisi operasional, Unilever mencatat kemajuan signifikan sepanjang Semester I 2025 lewat transformasi strategi go-to-market. Perusahaan menjaga stok di tingkat pelanggan tetap optimal, meningkatkan tingkat layanan pengiriman produk, serta memperluas cakupan distribusi langsung ke lebih banyak gerai.
Selain itu, kapasitas tim penjualan ditingkatkan, eksekusi di toko diperbaiki, dan keterlibatan pelanggan terus diperkuat. Unilever juga menyesuaikan ragam SKU untuk mencerminkan kebutuhan lokal, mendorong penjualan harian yang lebih solid serta memperkuat model Distributive Trade agar semakin efisien dan menguntungkan.
