Mengintip Kinerja Amman Mineral (AMMN), Catat Rugi Rp 2,4 T Semester I Ada Apa?
Rugi emiten tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencapai US$ 148,72 juta atau setara Rp 2,44 triliun hingga semester pertama 2025. Padahal periode yang sama tahun lalu Amman Mineral masih untung US$ 475,24 juta atau setara Rp 7,82 triliun.
Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan bersih AMMN rontok hingga 88,2% dari periode yang sama tahun lalu. Merujuk laporan keuangan yang dipublikasikan, AMMN mencatat pendapatan US$ 1,54 miliar atau Rp 25,50 triliun, menjadi US$ 182,59 juta atau Rp 300,67 miliar pada semester pertama 2025 ini.
Presiden Direktur Amman, Arief Sidarto mengatakan mulai tahun 2025, perusahaan hanya diizinkan menjual produk logam jadi, seperti katoda tembaga dan emas murni, tidak dalam bentuk konsentrat seperti pada tahun 2024. Perubahan ini menyebabkan penurunan penjualan bersih menjadi sebesar US$ 183 juta pada H1 2025 yang sebagian besar berasal dari penjualan katoda tembaga sebesar US$ 182 juta.
Selanjutnya sisanya sebesar US$ 1 juta berasal dari penyesuaian akhir harga dan volume atas penjualan konsentrat tahun 2024. Seluruh penjualan dicatat pada kuartal kedua 2025. Hal itu lantaran tidak ada penjualan pada kuartal pertama seiring dengan dimulainya produksi pada akhir Maret dan pengapalan yang baru dimulai pada bulan April.
“Seiring dengan berlanjutnya proses rømp-up smelter dan tetap diterapkannya langkah-langkah pengendalian biaya, kinerja keuangan diperkirakan akan terus membaik secara bertahap dalam periode-periode mendatang,” kata Arief dalam keterangan resminya, Kamis (31/7).
Dari sisi produksi, volume material yang ditambang AMMN pada paruh pertama 2025 turun 4% secara tahunan (YoY), sejalan dengan rencana penambangan yang telah ditetapkan. Sebagai perbandingan, 2024 mencatat rekor tertinggi volume penambangan tahunan dalam sejarah Batu Hijau, tingkat yang diperkirakan akan tetap menjadi salah satu yang tertinggi hingga akhir umur tambang berdasarkan rencana jangka panjang.
Pada kuartal pertama 2025, kegiatan tambang pada semester I difokuskan pada pengupasan lapisan batuan penutup dan penambangan bijih berkadar rendah dari area luar Fase 8. Hal ini menyebabkan volume bijih segar yang ditambang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, volume tersebut meningkat signifikan secara kuartalan (QoQ), dari 1 juta ton di Q1 menjadi 5 juta ton di Q2, seiring kemajuan tambang.
Biaya penambangan per ton naik 4% YoY menjadi US$ 2,44, didorong oleh jarak angkut yang lebih jauh, kenaikan harga bahan bakar, serta penurunan volume material. Meski naik, biaya ini masih sesuai anggaran AMMN.
Kemudian produksi konsentrat mencapai 191.657 ton kering, turun 57% YoY, sementara produksi tembaga turun 62% menjadi 89 juta pon, dan produksi emas anjlok 88% menjadi 59.578 ons. Penurunan ini telah diperkirakan Amman karena pabrik mengolah material dari stockpile dan bijih kadar rendah. Aktivitas tambang tetap mengikuti rencana untuk mencapai target produksi tahunan.
Sementara itu, produksi katoda tembaga yang dimulai akhir Maret 2025 menunjukkan peningkatan bertahap sepanjang Q2. Total produksi katoda selama semester I mencapai 19.805 ton, atau setara dengan 44 juta pon.
