Bedah Kinerja 4 Emiten Grup Djarum, BBCA dan TOWR Untung, Mengapa BELI Rugi?

Karunia Putri
5 Agustus 2025, 13:01
BCA Grup Djarom
BCA
Wisma BCA Foresta memenangi penghargaan sebagai gedung hemat energi terbaik di ASEAN dalam ASEAN Energy Award 2023.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Empat emiten yang berada di bawah konglomerasi Grup Djarum telah melaporkan kinerja keuangan selama semester pertama 2025 yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).  Beberapa emiten mencatatkan kenaikan laba, ada pula yang masih merugi.

Dari keempat emiten tersebut, BCA masih menjadi penyumbang laba paling gemuk dengan pertumbuhan kinerja yang stabil. Capaian ini sejalan dengan ekspansi kredit yang selektif namun agresif di sektor korporasi dan berkelanjutan. 

TOWR juga mencatat pertumbuhan laba, meskipun lebih moderat, seiring fokus efisiensi dan pengurangan utang. Sebaliknya, BELI dan RANC masih bergelut dengan kerugian, menunjukkan tantangan yang belum sepenuhnya mereda di sektor e-commerce dan ritel pasca pandemi.

Lantas bagaimana kinerja keuangan empat emiten milik Hartono bersaudara?

BBCA Raup Laba Rp 29 Triliun

Bank Raksasa, Bank Central Asia (BBCA) meraup laba bersih mencapai Rp 29 triliun pada semester pertama 2025, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 26,9 triliun. Kinerja laba BCA ditopang oleh penyaluran kredit  yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025. 

“Pertumbuhan kredit BCA positif di berbagai segmen, mulai dari korporasi, UMKM, serta konsumer. Penyelenggaraan BCA Expoversary 2025 turut menopang kinerja pembiayaan pada paruh pertama 2025,” kata Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam paparan publik BCA secara virtual, Rabu (30/7).  

Pertumbuhan kredit BCA, terutama ditopang oleh segmen korporasi yang tumbuh 16,1% mencapai Rp 451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial naik 12,6% menjadi Rp 143,6 triliun dan kredit UKM meningkat 11,1% YoY hingga Rp127 triliun. 

Sementara itu, kredit konsumer tumbuh lebih lambat dibandingkan segmen lainnya, sebesar 7,6% menjadi Rp 226,4 triliun. Kredit Pemilikan Rumah atau KPR yang mendominasi kredit konsumer masih tumbuh 8,4% menjadi Rp 137,6 triliun, sedangkan kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 5,2% Rp 65,4 triliun. 

Selain itu, outstanding pinjaman segmen konsumer lainnya (sebagian besar kartu kredit) juga tumbuh 9,4% mencapai Rp23,4 triliun. Adapun kualitas pinjaman BCA terjaga solid, tercermin dari rasio loan at risk (LAR) 5,7% pada semester I 2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya. Rasio nonperforming loan (NPL) berada di level 2,2%. 

Pencadangan NPL dan LAR  juga memadai, masing-masing 167,2% dan 68,7%. BCA juga mencatat penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 21,1% menyentuh Rp 239,7 triliun per Juni 2025, setara 24,9% dari total portofolio pembiayaan.  

Perusahaan berkomitmen menerapkan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance), antara lain melalui penyaluran kredit kendaraan bermotor listrik sekitar Rp 3,2 triliun per Juni 2025.

Laba TOWR Naik 3,12%

Selanjutnya ada emiten jaringan telekomunikasi Sarana Menara (TOWR) yang juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 3,12% menjadi Rp 1.65 triliun dari Rp 1,60 triliun pada periode yang sama tahun 2025.

Laba tersebut diperoleh dari pendapatan perseroan yang juga meningkat menjadi Rp 6,39 triliun. Angka tersebut naik 3,90% dibandingkan pendapatan perseroan pada periode Januari hingga Juli 2024 sebesar Rp 6,15 triliun.

Pendapatan tersebut diperoleh dari pendapatan sewa sebesar Rp 5,66 triliun dan pendapatan jasa dan lainnya sebesar Rp 645,46 miliar.

Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan perseroan juga meningkat menjadi Rp 2,02 triliun dari Rp 1,85 triliun secara tahunan.

CEO TOWR Aming Santoso mengatakan, tahun ini TOWR akan fokus pada skala operasional perusahaan. Misalnya, ketika perseroan akan menambah aset, kata Aming, perseroan juga akan berupaya untuk memaksimalkan nilai dari aset tersebut. 

“Misalnya, pada kuartal ini kami berhasil mengurangi utang sebesar Rp 1,6 triliun sehingga total utang bruto kami turun menjadi Rp 50 triliun," ujar Aming dalam keterangan resmi dikutip Selasa (5/8).

Ia menambahkan, efisiensi operasional yang dilakukan juga berdampak positif pada arus kas masuk perusahaan, sekaligus tetap mendorong pertumbuhan bisnis.

Pendapatan BELI Naik 22%, Rugi Membengkak 4,2%

Lebih dikenal dengan merek dagang Blibli, BELI mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 22,16% menjadi Rp 9,59 triliun dari Rp 7,85 triliun secara yoy. Beban pokok pendapatan BELI juga meningkat menjadi 7,82 triliun dari Rp 6,30 triliun.

Kendati demikian, BELI menorehkan kenaikan rugi pada semester ini. Rugi BELI sebesar Rp 1,24 triliun, naik 4,20% dari rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 1,19 triliun.

CEO BELI Kusumo Martanto mengatakan, sepanjang semester pertama tahun 2025, BELI melakukan navigasi situasi konsumen dengan hati-hati karena faktor ketidakstabilan ekonomi. 

“Meskipun belanja diskresioner menurun, kami tetap teguh berkomitmen terhadap disiplin operasional dan eksekusi strategis,” kata dia dalam keterangan resmi. 

Kusumo melanjutkan, saat ini BELI berpedoman pada rencana strategis jangka panjang, dengan menyempurnakan portofolio produk untuk menekankan penawaran bernilai tinggi dan premium serta meningkatkan nilai umur pelanggan. 

Ia juga mengatakan, BELI akan fokus pada peningkatan berkelanjutan, memperdalam kemitraan, menyempurnakan pengalaman layanan dan memanfaatkan wawasan berbasis data. 

“Kami yakin akan kemampuan kami untuk memberikan imbal hasil yang berkelanjutan dan memperkuat kepemimpinan pasar kami,” ujarnya.

RANC Catatkan Rugi Rp 35,89 Miliar

Emiten pengelola Farmers Market, Supra Boga Lestari (RANC) juga mencatatkan rugi selama Januari hingga Juli 2025. Rugi perseroan sebesar Rp 35,89 miliar, berbalik dari kondisi keuangan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan laba sebesar Rp 60,06 miliar.

Padahal, berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, RANC menorehkan kenaikan pendapatan menjadi Rp 1,45 triliun dari Rp 1,43 triliun pada periode yang sama secara yoy. Beban pokok pendapatan perseroan juga menebal menjadi Rp 1,09 triliun dari Rp 1,08 triliun yoy. 




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...