Sri Mulyani Buka Suara soal Ekonom Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi BPS

Andi M. Arief
6 Agustus 2025, 21:19
Sri mulyani, pertumbuhan ekonomi
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/agr
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan BPS memiliki integritas dalam mengelola data, termasuk pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang mencapai 5,12%.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait keraguan sejumlah ekonom terhadap data Badan Pusat Statistik terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara tahunan. Ia menegaskan, BPS memiliki integritas dalam mengelola data. 

Ia mengatakan, BPS telah menjelaskan secara detail terkait metodologi, sumber data, dan data yang diproduksinya. "Jadi, saya rasa BPS tetap berpegang pada integritas datanya," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Rabu (6/8).

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menekankan pihaknya telah menggunakan standar internasional dalam mengolah data. "Kami sudah memiliki semua data pendukung. Jadi, data pendukungnya sudah mantap lah itu," ujarnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal sebelumnya mempertanyakan pertumbuhan investasi pada kuartal kedua 2025  yang tiba-tiba mencapai 6,99%. Angka ini dianggap terlalu jauh dari capaian kuartal sebelumnya yang  hanya 2,12%.

Menurut Faisal, nilai investasi itu setara dengan kondisi prapandemi Covid-19 sehingga catatan BPS tersebut dinilainya di luar dugaan. “Karena pada saat yang sama muncul dari beberapa indikator yang berkaitan dengan investasi, ada banyak keraguan dari para investor terkait dengan kebijakan-kebijakan dan efektivitas daripada kebijakan pemerintah,” ujar Faisal.

Ekonom senior Indef Tauhid Ahmad turut mempertanyakan perhitungan komponen PMTB yang dinilai terlalu tinggi. “PMTB itu naik drastis menjadi 7%. PMTB ini kan pembelian belanja barang, mesin-mesin peralatan dan sebagainya begitu,” kata Tauhid.  

Menurut Tauhid, kredit investasi dalam negeri saat ini tengah mengalami perlambatan. Kondisi tersebut terlihat dari investasi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta kredit investasi yang sedang bermasalah.

Ia menambahkan, PMTB biasanya meningkat pada kuartal III atau IV seiring maraknya pembangunan gedung dan konstruksi. “Nah, kenapa di triwulan II bisa naik tinggi? Itu yang menjadi pertanyaan,” ujar Tauhid.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...