Dua Katalis Positif Saham Telkom di Tengah Lesunya Kinerja Keuangan Semester I
Emiten pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menurunkan target pertumbuhan pendapatannya untuk tahun 2025 dari sebelumnya naik tipis (low–single digit) menjadi tidak tumbuh alias datar (flat). Hal ini seiring dengan kinerja Telkom yang lemah pada semester I 2025 dengan laba bersih turun 6,68% menjadi Rp 11,76 triliun.
Penurunan proyeksi pendapatan TLKM memengaruhi target margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA), yang direvisi dari kisaran 50–52% menjadi 50% saja.
Pendapatan Telkom pada tahun lalu tercatat mencapai Rp 150 triliun, naik hanya 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Analis dari Stockbit Sekuritas mencatat, Telkom perlu mencatatkan pendapatan sekitar Rp 77 triliun di paruh kedua 2025 demi bisa capai target baru itu. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada semester I 2025 sebesar Rp 73 triliun dan semester II 2024 yang sebesar Rp 74,7 triliun.
“Kami menilai target ini dapat tercapai (achievable), mengingat terdapat beberapa katalis positif untuk kinerja TLKM ke depannya,” kata tim analis Stockbit Sekuritas dalam keterangannya, dikutip Kamis (7/8).
Tren Penurunan ARPU Mulai Mereda
Menurut Stocbit Sekuritas, manajemen Telkom memperkirakan penurunan rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU) di layanan mobile, yang kini turun ke Rp 41.200, sudah mencapai titik terendah. Prediksi ini didukung oleh beberapa hal, antara lain:
- Telkomsel telah meluncurkan starter pack baru seharga Rp 35.000 untuk kuota 3 GB, menggantikan paket lama Rp 24.000 untuk 6 GB, serta menghentikan program Telkomsel Lite dan layanan prabayar tertentu.
- Produk Telkomsel disederhanakan dari sekitar 6.000 jenis (SKU) menjadi hanya 400 SKU agar lebih efisien.
- Sisa stok starter pack murah yang sempat membanjiri pasar selama masa persaingan sengit pada kuartal III 2024 hingga kuartal I 2025 diperkirakan akan habis pada akhir Agustus 2025.
“Ke depannya, manajemen TLKM mengekspektasikan tingkat daya beli masyarakat akan meningkat, sehingga jumlah konsumsi, yang diindikasikan oleh data payload, akan meningkat meski harga jual mengalami kenaikan,” katanya.
Persiapan Strategi Bisnis FiberCo
Manajemen TLKM berencana melakukan spin off tahap pertama pada kuartal keempat 2025 dengan target lebih 50% dari total aset dan bisnis fiber terpilih milik TLKM dialihkan ke PT Telkom Infrastruktur Indonesia. Ini dilakukan menyusul pembentukan Infranexia yakni PT Telkom Infrastruktur Indonesia sebagai entitas infrastruktur fiber.
Manajemen selanjutnya tengah mengkaji beberapa aset fiber yang saat ini hanya digunakan oleh internal untuk dapat dibuka aksesnya kepada pihak eksternal, sehingga meningkatkan utilisasi fiber. Meski begitu, manajemen TLKM masih mengkaji dampak setiap pembukaan akses fiber kepada pihak eksternal terhadap bisnis IndiHome.
“Kami menilai langkah ini dapat meningkatkan persaingan pada bisnis segmen fixed broadband, baik dari sisi service provider maupun penyedia infrastruktur,” kata tim analis Stockbit.
Menyusul penurunan kinerja pada semester pertama 2025, harga saham TLKM telah menguat 3,8% dari Rp 2.880 rupiah per lembar pada penutupan bursa hari Kamis (31/7) menjadi Rp 2.990 rupiah per lembar pada Rabu (6/8).
Analis Stockbit Sekuritas menilai, kinerja terburuk telah terlewati pada kuartal kedua 2025 dan memproyeksi kinerja BUMN ini ke depan akan membaik. Hal ini merupakan faktor yang direspons positif oleh market.
“Progres dari pemulihan ini, yang diindikasikan oleh peningkatan ARPU dan stabilisasi jumlah pelanggan, menjadi hal yang perlu dicermati dan dipantau oleh investor, sebab akan menjadi faktor kunci yang menentukan pemulihan harga saham TLKM,” kata tim analis Stockbit.
