Bos Bukit Asam (PTBA) Ungkap Kisi-Kisi Dividen, Potensi Bagi Porsi Jumbo?

Karunia Putri
8 Agustus 2025, 13:10
PTBA
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/YU
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten pelat merah Badan Usaha Milik Negara yang tergabung dalam holding tambang MIND ID, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memberi sinyal pembagian dividen untuk tahun buku 2025. Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan terdapat sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi pembagian dividen perusahaan pada tahun depan. 

Menurut Arsal, sejauh ini perusahaan masih berkomitmen untuk membagikan dividen kepada pemegang saham. Ia mengatakan berapa jumlah yang akan dibagi untuk laba tahun buku 2025 belum bisa diperhitungkan. 

Arsal berharap dividen yang akan dibagi tidak kurang dari 50%. Meski begitu ia mengakui untuk semester pertama 2025 ini laba PTBA lebih rendah dibanding tahun sebelumnya namun masih dalam yang terkendali karena capex yang lebih besar. 

“Secara keseluruhan kondisi PTBA masih sangat sehat kok,” ujar Arsal dalam temu media, Kamis (8/6) malam. 

Arsal menjelaskan, pada semester pertama 2025 kinerja keuangan PTBA tengah tertekan akibat penurunan harga batu bara global. Saat ini, harga jual batu bara jika mengacu pada indeks ICI 1 di tahun lalu berada di sekitar US$ 140 per ton, kini berkurang drastis menjadi US$ 100 per ton. 

Menurut Arsal strategi yang ditempuh Bukit Asam adalah mengejar kenaikan volume penjualan. Target produksi tahun ini juga dinaikkan lebih dari 40 juta ton demi mengimbangi harga jual yang turun.

“Mungkin pendapatan kami bisa kejar dari volume, tapi labanya kemungkinan besar tidak,” ujarnya.

Meski demikian, Arsal menegaskan kebijakan pembagian dividen tetap akan ditentukan oleh pemegang saham. Selama lima tahun memimpin PTBA, ia meragukan dividen tahun ini akan setara atau melampaui 2024. 

“Kalau ditanya harapan, ya kami maunya di 50% saja, supaya PTBA punya dana untuk pengembangan,” kelakarnya.

Sementara itu, Direktur Komersial PTBA Verisca Hutanto menambahkan, perusahaan akan memperbesar pasokan ke Pembangkit Listrik Negara, khususnya yang berada di Palembang untuk menjaga margin agar tetap tipis karena menghemat biaya logistik. 

“Intinya kita cari cara dari sisi penjualan agar laba tetap optimal. Sampai akhir tahun ini semoga masih oke,” kata dia.

Riwayat Pembagian Dividen Bukit Asam

Bukit Asam dikenal sebagai emiten yang rajin membagikan dividen jumbo kepada pada investornya. Pada tahun buku 2024, PTBA memutuskan untuk membagikan dividen jumbo sebesar Rp 3,8 triliun atau Rp 332 per saham. Dengan harga penutupan saham hari ini Rp 2.980, yield dividen yang diterima investor mencapai 11%. 

Jumlah dividen tersebut setara dengan 75% dari laba bersih tahun buku 2024. Berdasarkan riset Mirae Asset Sekuritas, PTBA dalam lima tahun terakhir mencatatkan pertumbuhan dividen sebesar 3,19% per tahun. PTBA membagikan dividen sebesar Rp 326,46 per saham pada 2020 di tengah Covid-19, dengan imbal hasil (dividen yield) mencapai 13,33%.  

Memasuki 2021, perusahaan membagikan dividen yang lebih rendah sebesar Rp 74,69 per saham dengan imbal hasil 3,04%. Lalu pada 2022, PTBA membagikan dividen hingga Rp 688,52 per saham, menghasilkan imbal hasil sebesar 14,87%.  

Adapun pada 2023, PTBA mencatatkan pembagian dividen terbesar dalam sejarahnya, yaitu sebesar Rp 1.094,05 per saham, dengan imbal hasil mencapai 29,57%. 

Kinerja Keuangan Bukit Asam Selama Semester 1

Merujuk laporan keuangan Bukit Asam, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 59% selama semester pertama 2025. Laba bersih perseroan menyusut menjadi Rp 833,04 miliar dari Rp 2,03 triliun pada periode yang sama secara tahunan. Namun pendapatan perseroan tumbuh 4,12%. 

Pendapatan PTBA selama paruh pertama 2025 tercatat Rp 20,45 triliun dari Rp 19,64 triliun pada paruh pertama 2024. Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan, komposisi penjualan tersebut terdiri dari 54% dari pasar domestik dan 46% dari ekspor.

Meski PTBA mengalami penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti Cina, PTBA dapat menjaga kinerja penjualan dengan melakukan ekspansi bisnis berupa ekspor ke negara-negara seperti Bangladesh, India, Vietnam, Filipina dan Thailand. 

Sejalan dengan peningkatan produksi dan penjualan, volume angkutan batu bara turut meningkat sebesar 9% menjadi 19,27 juta ton dari sebelumnya 17,70 juta ton. Peningkatan ini didukung oleh optimalisasi rantai pasok dan efisiensi di sektor logistik.

Peningkatan aktivitas operasional tersebut berkontribusi terhadap pendapatan konsolidasi PTBA yang tercatat Rp 20,45 triliun, naik 4% dibandingkan Rp 19,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Total aset perusahaan juga mengalami pertumbuhan sebesar 2%, dari Rp 41,79 triliun per 31 Desember 2024 menjadi Rp 42,68 triliun per 30 Juni 2025.

"Dengan kinerja semester I yang positif, PTBA optimistis menghadapi paruh kedua 2025 melalui strategi berkelanjutan yang berfokus pada efisiensi, ekspansi pasar dan tata kelola unggul," kata Niko dalam keterangan resmi dikutip, Jumat (1/8).Kisi





Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...