7 Emiten Bersiap IPO di Semester II 2025, BEI: Ada 3 Perusahaan Beraset Jumbo
Bursa Efek Indonesia menyampaikan ada tujuh emiten yang bersiap melantai di BEI melalui aksi initial public offering (IPO) hingga akhir 2025. Tujuh emiten yang akan IPO itu memiliki jumlah aset yang beragam.
BEI mengungkapkan, dari ketujuh emiten tersebut, empat perusahaan memiliki aset skala menengah dengan jumlah aset sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Sementara tiga emiten lain dikategorikan sebagai perusahaan beraset jumbo dengan nilai aset di atas Rp 250 miliar.
“Sampai 8 Agustus 2025, tercatat 22 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp10,39 triliun, hingga saat ini terdapat 7 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” tulis otoritas BEI dalam keterangan resmi dikutip Jumat (8/8).
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.042017:
- 2 perusahaan dari sektor material dasar
- 1 perusahaan dari sektor keuangan
- 2 perusahaan dari sektor industri
- 1 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transformasi dan logistik
Sementara itu, BEI juga menyampaikan hingga hari ini, Jumat (8/8) terdapat 4 perusahaan yang akan melakukan penambahan modal melalui aksi right issue. Dalam data yang dihimpun BEI, hingga hari ini, telah tercatat 10 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp 16,62 triliun.
Berikut daftar pipeline emiten yang akan menggelar right issue berdasarkan sektornya:
- 2 perusahaan dari sektor material dasar
- 1 perusahaan dari sektor kesehatan
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Di sisi lain, sejumlah emiten terafiliasi konglomerat besar dikabarkan bakal mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama BEI, Iman Rachman menyebut ada tiga calon emiten beraset jumbo yang sudah antre masuk bursa.
Kendati demikian, Iman enggan mengungkap identitasnya. Sebelumnya, tiga perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Indonesia disebut bersiap IPO. Namun belum ada kabar pasti mengenai kapan ketiga calon emiten itu akan melantai di bursa.
Tiga Perusahaan Konglomerasi Bersiap IPO
Tiga perusahaan yang disebut-sebut akan IPO adalah PT Griya Idola dan PT Intam milik taipan nomor satu Indonesia, Prajogo Pangestu serta Summarecon Investment Property (SMIP), anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Prospek IPO PT Griya Idola
PT Griya Idola adalah entitas anak PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang bergerak di sektor real estate. Meski santer dikabarkan akan IPO, manajemen Barito telah membantah kabar tersebut.
“Kami belum memiliki rencana strategis terkait IPO Griya Idola,” ujar Head of Corporate Communication Barito Pacific, Angelin Sumendap.
Di sisi lain, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Barito Pacific, David Kosasih juga meminta regulator menyaring pemberitaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Rencana IPO lini bisnis properti Barito sebenarnya pernah disinggung Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu pada Agustus 2024. Namun, ia tidak menyebutkan unit usaha yang dimaksud.
Griya Idola mengelola berbagai portofolio, mulai dari gedung perkantoran, kawasan industri, properti ritel, hotel hingga perumahan di sejumlah kota. Proyeknya antara lain Wisma Barito Pacific, Wisma Barito Pacific II, Griya Idola Industrial Park, Mambruk Hotel & Convention, Griya Idola Residence dan Krakatau Industrial Estate Cilegon.
Perusahaan yang berdiri pada 1989 ini pertama kali merilis Wisma Barito Pacific pada 1991. Pada 2014, mereka mengembangkan Mambruk Hotel & Convention di Anyer, lalu Griya Idola Industrial Park pada 2017, Wisma Barito Pacific II pada 2018 dan Griya Idola Residence Tangerang pada 2024.
Per 31 Desember 2024, aset Griya Idola tercatat sebesar US$ 55,65 juta, naik dari US$ 50,45 juta setahun sebelumnya. Griya Idola dimiliki BRPT hampir penuh, 99,99%.
Kinerja PT Intam
PT Intam merupakan cucu usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang fokus pada eksplorasi tambang emas. Perusahaan ini mengantongi konsesi seluas 18.500 hektare di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sejak 2015.
Rencana IPO Intam mengemuka tak lama setelah Prajogo Pangestu membawa PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melantai di bursa pada 9 Juli lalu.
Pada 2024, aset eksplorasi dan evaluasi Intam mencapai US$ 3,60 juta atau Rp 58,77 miliar, naik dari US$ 3,43 juta pada tahun sebelumnya. Hasil eksplorasi terbaru di wilayah Ledang, Kecamatan Lenangguar menunjukkan potensi cadangan emas yang besar. Area ini berbatasan langsung dengan konsesi milik PT Amman Mineral International Tbk (AMMN), salah satu pemilik cadangan emas dan tembaga terbesar di dunia.
Manajemen CUAN menyatakan fokus Intam pada eksplorasi emas dan perak sejalan dengan meningkatnya permintaan global atas kedua komoditas itu.
Prospek Summarecon Investment Property (SMIP)
Anak usaha SMRA ini mengelola properti komersial seperti mal, perkantoran dan hotel di berbagai kota. Sinyal IPO menguat setelah manajemen mengumumkan rencana audit laporan keuangan konsolidasi per 30 Juni 2025, yang ditargetkan rampung 30 September 2025.
“Alasan dilakukannya audit atas laporan keuangan interim terkait dengan aksi korporasi yang direncanakan,” ujar Sekretaris Perusahaan Summarecon Agung, Lydia Tjio.
SMIP berdiri pada 2010 dan memiliki portofolio di Jakarta, Bekasi, Tangerang Selatan, Karawang, Bandung dan Bali. Sebagian besar propertinya berada di kawasan terpadu yang dikembangkan induknya, SMRA.
