Turun Kasta Emiten Boy Thohir (ADRO) dari MSCI Global Standard, Apa Dampaknya?

Nur Hana Putri Nabila
11 Agustus 2025, 09:19
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Boy Thohir
Website Alamtri
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADRO), perusahaan tambang milik konglomerat Garibaldi Thohir atau biasa disapa Boy Thohir mengalami perubahan signifikan di pasar global setelah didepak dari indeks MSCI Global Standard. Dalam rilis terbaru yang diumumkan Kamis (7/8) saham ADRO kini masuk dalam deretan indeks MSCI Small Cap. 

Berdasarkan hasil tinjauan MSCI per Agustus 2025, dua saham yang masuk ke dalam MSCI Global Standard, yakni emiten milik Grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan emiten milik konglomerat RI Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).

Pergeseran ini bukan semata akibat penurunan kinerja, melainkan imbas dari restrukturisasi besar melalui spin-off unit infrastruktur menjadi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pada 2024. Langkah tersebut memindahkan sebagian kapitalisasi dan likuiditas ADRO ke AADI, yang justru langsung masuk ke MSCI Small Cap kurang dari setahun setelah IPO. 

Meski status indeks berubah, analis menilai prospek ADRO tetap terbuka, didukung transformasi bisnis menuju logam rendah emisi, aluminium hijau, dan energi bersih, dengan potensi dividen menarik di tengah tren transisi energi.

Mengapa Alamtri Resources Indonesia (ADRO) turun kasta?

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menyebut turunnya kasta ADRO dari MSCI Global Standard ke Small Cap tidak semata-mata mencerminkan turunnya kapitalisasi atau likuiditas perusahaan. 

Menurut Liza, hal itu merupakan konsekuensi langsung dari restrukturisasi strategis grup Adaro melalui aksi korporasi besar yang dituntaskan pada 2024 lalu, yakni pemisahan unit usaha atau spin-off Adaro Infrastructure menjadi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Tak hanya itu, Liza menilai spin-off ini memisahkan unit bisnis infrastruktur ADRO, seperti pelabuhan, jalan hauling, dan energi non-batubara ke dalam AADI, yang kini berdiri sebagai entitas berdiri sendiri. Hasilnya, lanjut Liza, sebagian nilai kapitalisasi dan daya tarik likuiditas ADRO secara alami terdistribusi ke AADI. 

“Dan terbukti, AADI langsung berhasil masuk ke MSCI Small Cap Index pada Agustus 2025, hanya dalam waktu kurang dari setahun sejak IPO,” ucap Liza dalam risetnya dikutip Senin (10/8). 

Liza menjelaskan, keluarnya ADRO dari indeks utama tidak semata akibat “pelemahan,” tetapi juga karena adanya pergeseran nilai ke AADI yang kini membawa narasi pertumbuhan baru di sektor infrastruktur energi. 

Ia menambahkan, dana pasif yang mereplikasi MSCI Global Standard kemungkinan akan melakukan penyesuaian portofolio dengan memindahkan sebagian alokasi dari ADRO ke anak usahanya, AADI. Liza menyebut hal itu bergantung pada kebijakan masing-masing pengelola dana.

“Namun, total inflow tidak serta-merta hilang dari grup Adaro secara keseluruhan—hanya berpindah entitas,” tambah Liza. 

Kiwoom Sekuritas menilai, pergerakan harga saham ADRO akan sangat dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap value creation setelah spin-off. Liza menyebut apabila pasar melihat ADRO kini lebih fokus sebagai pure coal play, peluang untuk re-rating tetap ada, meskipun turunnya permintaan batu bara global dan volatilitas harga komoditas masih menjadi risiko utama. 

Di sisi lain, AADI berpotensi menarik minat dana tematik atau terkait Environmental, Social, and Governance (ESG) yang lebih mengutamakan profil infrastruktur dan energi bersih.

“Meskipun ukuran indeksnya masih small cap untuk saat ini,” ujar Liza. 

Prospek dan Kisi-Kisi Dividen ADRO

Analis Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Farras Farhan, menjelaskan usai menyelesaikan divestasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), ADRO kini mengarahkan strategi bisnisnya pada logam rendah emisi. 

Hal ini didukung oleh cadangan batu bara metalurgi ADMR sebesar 292 juta ton dan pembangunan pabrik peleburan aluminium berbasis energi air berkapasitas 500.000 ton per tahun.  

“Siap menyambut gelombang kendaraan listrik (EV) dan dekarbonisasi industri, ADRO tengah membentuk ulang dirinya sebagai platform energi industri generasi baru di Indonesia,” ujar Farras dalam risetnya, dikutip Rabu (7/8). 

Farras juga menyebut ADRO kini sedang bertransformasi dengan cepat menjadi platform terintegrasi untuk mendukung transisi menuju energi bersih. Ia menyebut ADMR unit bisnis yang fokus pada batu bara metalurgi dan logam hijau, menargetkan kenaikan produksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2025.  

Farras mengatakan pencapaian ini akan ditopang oleh cadangan sebesar 980 juta ton dan proyeksi kapasitas produksi sebesar 6 juta ton per tahun pada 2027.

Target Harga Saham ADRO

Mirae Asset Sekuritas kembali mengkaji saham ADRO dengan rekomendasi beli dan target harga Rp 2.300, mengacu pada valuasi berdasarkan metode sum-of-the-parts (SOTP), yang mencerminkan rasio P/E proyeksi 2025 sebesar 12,3x. 

Meski harga saham ADRO telah turun 21,8% sejak awal tahun (ytd), Mirae melihat peluang kenaikan seiring pergeseran fokus perusahaan ke sektor batu bara metalurgi (met coal), energi terbarukan, dan aluminium hijau. Proyeksi laba bersih tahun 2025 sebesar US$ 344 juta mendukung estimasi dividen per saham (DPS) sebesar Rp 129, dengan potensi imbal hasil 6,6%, ditopang oleh arus kas bebas sebesar US$ 887 juta. 

Risiko utama mencakup volatilitas harga, potensi keterlambatan proyek peleburan, serta dinamika kebijakan hilir. Namun, Farras menilai prospek revaluasi dinilai masih kuat.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...