Masa Suram IHSG Saat Krisis Moneter 1998, Pernah Anjlok 19,4% ke Level 276
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG sempat menyentuh posisi terdalam atau auto reject bawah (ARB) pada saat Indonesia mengalami krisis moneter 1998 silam.
Berdasarkan sumber Institute for Economic and Financial Research dalam buku bertajuk Indonesian Capital Market Directory 1998 Volume I, IHSG sempat anjlok hingga 19,4% ke level 276 pada September 1998. Kapitalisasi pasarnya hanya Rp 116,57 miliar atau US$ 10,99 juta pada saat itu.
Saat itu gejolak harga saham dipengaruhi oleh nilai tukar dan peristiwa besar di panggung politik, yang puncaknya pada pengunduran diri Presiden Soeharto setelah 32 tahun menjabat. Indeks IFCI Indonesia anjlok 64,4% dalam dolar AS antara Maret dan September, sementara rupiah melemah dari 8.650 menjadi 10.700.
Kondisi IHSG Saat Krisis 1998
| Bulan | IHSG | Perubahan (%) | Kapitalisasi Pasar (Rp Miliar) | Kapitalisasi Pasar (USD Juta) |
| Januari | 486 | -8,2 | Rp 199.859 | $ 19.034 |
| Februari | 482,4 | -0,7 | Rp 198.401 | $ 22.418 |
| Maret | 541,4 | 12,2 | Rp 223.309 | $ 25.816 |
| April | 460,1 | -15 | Rp 191.852 | $ 23.759 |
| Mei | 420,5 | -8,6 | Rp 175.319 | $ 15.515 |
| Juni | 445,9 | 6 | Rp 188.146 | $ 12.712 |
| Juli | 481,7 | 8 | Rp 203.232 | $ 15.462 |
| Agustus | 342,4 | -28,9 | Rp 144.547 | $ 12.906 |
| September | 276,1 | -19,4 | Rp 116.575 | $ 10.995 |
| Oktober | 300,8 | 8,9 | Rp 127.477 | $ 16.773 |
| November | 386,3 | 28,4 | Rp 163.813 | $ 22.062 |
| Desember | 398 | 3 | Rp 175.729 | $ 22.104 |
Sumber: Institute for Economic and Financial Research
Sebelumnya krisis moneter yang mengguncang Indonesia sejak pertengahan 1997 menghancurkan prospek pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat berada di level 740,83 pada awal Juli 1997 anjlok tajam. Kapitalisasi pasar terkoreksi hampir 35%, bahkan lebih dalam jika dihitung dalam dolar AS, seiring merosotnya nilai tukar rupiah.
Gejolak politik turut memperburuk kondisi minat investor dan kinerja Bursa Efek Jakarta (BEJ). Berdasarkan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 1998, dari 284 emiten yang merilis laporan keuangan per akhir 1997, sebanyak 140 perusahaan mencatat rugi bersih total Rp 22,06 triliun. Namun, laba dari sebagian emiten memangkas kerugian agregat menjadi Rp 13,98 triliun.
Sebelumnya, pada 1996 lalu emiten BEJ masih membukukan laba bersih agregat Rp 14 triliun. Tahun berikutnya, kinerja berbalik menjadi rugi, meski penjualan bersih justru naik 30,5%. Selama paruh pertama 1998, mayoritas emiten kembali merugi.
Depresiasi rupiah hingga 400% menjadi pemicu utama, hingga bikin kerugian kurs besar tercatat Rp 23 triliun untuk 178 emiten non-bank pada 1997. Jatuhnya rupiah juga mengerek kewajiban utang luar negeri, mendorong rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) ke level 5 kali pada akhir 1997, jauh di atas 3 kali pada tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, total ekuitas emiten BEJ tergerus menjadi Rp 120 triliun, dengan sekitar 20 perusahaan mencatat ekuitas negatif. Hal ini mengindikasikan ketidakmampuan membayar utang.
Sementara itu liabilitas total tembus Rp 560 triliun, di antaranya Rp 330 triliun merupakan liabilitas jangka pendek. Adapun solusinya yakni restrukturisasi utang, termasuk opsi konversi utang menjadi ekuitas demi menghindari bangkrut.
