Bos BEI Ungkap Bocoran IPO 2 Emiten Lighthouse di Akhir 2025, Siap Susul CDIA?
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan ada dua calon emiten mercusuar atau lighthouse company yang akan mencatatkan perdana sahamnya atau initial public offering (IPO). Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan rencana IPO akan digelar sebelum 2025 berakhir.
Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa untuk IPO setiap tahunnya. Perusahaan tersebut memiliki dua karakteristik yaitu minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%.
“Sudah ada enam calon perusahaan tercatat yang ada di BEI, di mana dua itu adalah kategori lighthouse,” ucap Iman dalam Konferensi Pers HUT-48 Pasar Modal di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (11/8).
Mengenai jumlah IPO, Iman menjelaskan BEI sebelumnya menargetkan lima lighthouse. Hingga kini, sudah ada empat perusahaan yang resmi melantai, yakni PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
Menurut Iman saat ini jumlah keseluruhan perusahaan yang akan IPO dengan kemungkinan akan ada tambahan empat hingga enam perusahaan baru. Dengan begitu jumlahnya berpotensi melebihi target lima perusahaan. Namun, Iman belum mau menjelaskan 2 perusahaan lighthouse yang akan IPO.
Ia hanya mengatakan dari enam calon perusahaan tercatat itu, dua berasal dari sektor basic materials, satu dari sektor transportasi dan logistik. Selanjutnya dua perusahaan dari sektor industri, dan satu dari sektor keuangan.
“Itu enam calon perusahaan tercatat,” kata Iman.
Tiga Perusahaan Konglomerasi Bersiap IPO
Apabila dilihat dari rumor di pasar terdapat tiga perusahaan yang disebut-sebut akan IPO. Meski begitu belum ada penjelasan kapan aksi korporasi ini akan digelar.
Tiga perusahaan yang disebut-sebut tengah menyiapkan pencatatan saham perdana adalah PT Griya Idola dan PT Intam milik taipan nomor satu Indonesia, Prajogo Pangestu serta Summarecon Investment Property (SMIP), anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Prospek IPO PT Griya Idola
PT Griya Idola adalah entitas anak PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang bergerak di sektor real estate. Meski santer dikabarkan akan IPO, manajemen Barito telah membantah kabar tersebut. “Kami belum memiliki rencana strategis terkait IPO Griya Idola,” ujar Head of Corporate Communication Barito Pacific, Angelin Sumendap.
Di sisi lain, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Barito Pacific, David Kosasih juga meminta regulator menyaring pemberitaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Rencana IPO lini bisnis properti Barito sebenarnya pernah disinggung Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu pada Agustus 2024.
Namun, ia tidak menyebutkan unit usaha yang dimaksud. Griya Idola mengelola berbagai portofolio, mulai dari gedung perkantoran, kawasan industri, properti ritel, hotel hingga perumahan di sejumlah kota. Proyeknya antara lain Wisma Barito Pacific, Wisma Barito Pacific II, Griya Idola Industrial Park, Mambruk Hotel & Convention, Griya Idola Residence dan Krakatau Industrial Estate Cilegon.
Perusahaan yang berdiri pada 1989 ini pertama kali merilis Wisma Barito Pacific pada 1991. Pada 2014, mereka mengembangkan Mambruk Hotel & Convention di Anyer, lalu Griya Idola Industrial Park pada 2017, Wisma Barito Pacific II pada 2018 dan Griya Idola Residence Tangerang pada 2024. Per 31 Desember 2024, aset Griya Idola tercatat sebesar US$ 55,65 juta, naik dari US$ 50,45 juta setahun sebelumnya. Griya Idola dimiliki BRPT hampir penuh, 99,99%.
Kinerja PT Intam
PT Intam merupakan cucu usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang fokus pada eksplorasi tambang emas. Perusahaan ini mengantongi konsesi seluas 18.500 hektare di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sejak 2015. Rencana IPO Intam mengemuka tak lama setelah Prajogo Pangestu membawa PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melantai di bursa pada 9 Juli lalu.
Pada 2024, aset eksplorasi dan evaluasi Intam mencapai US$ 3,60 juta atau Rp 58,77 miliar, naik dari US$ 3,43 juta pada tahun sebelumnya. Hasil eksplorasi terbaru di wilayah Ledang, Kecamatan Lenangguar menunjukkan potensi cadangan emas yang besar. Area ini berbatasan langsung dengan konsesi milik PT Amman Mineral International Tbk (AMMN), salah satu pemilik cadangan emas dan tembaga terbesar di dunia. Manajemen CUAN menyatakan fokus Intam pada eksplorasi emas dan perak sejalan dengan meningkatnya permintaan global atas kedua komoditas itu.
Prospek Summarecon Investment Property (SMIP)
Anak usaha SMRA ini mengelola properti komersial seperti mal, perkantoran dan hotel di berbagai kota. Sinyal IPO menguat setelah manajemen mengumumkan rencana audit laporan keuangan konsolidasi per 30 Juni 2025, yang ditargetkan rampung 30 September 2025.
“Alasan dilakukannya audit atas laporan keuangan interim terkait dengan aksi korporasi yang direncanakan,” ujar Sekretaris Perusahaan Summarecon Agung, Lydia Tjio.
SMIP berdiri pada 2010 dan memiliki portofolio di Jakarta, Bekasi, Tangerang Selatan, Karawang, Bandung dan Bali. Sebagian besar propertinya berada di kawasan terpadu yang dikembangkan induknya, SMRA.
