ARCI Gandeng Macmahon Indonesia Garap Tambang Bawah Tanah Kopra
Emiten perusahaan pertambangan mineral emas dan perak, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) bekerja sama dengan PT Macmahon Indonesia untuk mengembangkan tambang bawah tanah kopra.
Direktur Archi Indonesia Hidayat Dwiputro Sulaksono menyampaikan, kerja sama dengan Machmahon diteken pada 25 Agustus 2025, melalui anak usahanya yaitu PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Dalam kerja sama ini, Machmahon menyediakan jasa pegembangan tambang, peledakan, pemuatan dan penimbunan material, penyangga batuan, instalasi dan pemeliharaan jasa tambang terowongan dan menyelesaikan pengembangan secara aman dengan jangka waktu 34 bulan.
"Kerja sama ini memberikan dampak positif terhadap kelangsungan usaha perseroan serta meningkatkan kinerja keuangan dan operasional perseroan,” tulis Hidayat dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (27/8).
Analis UOB Kay Hian Sekuritas, Benyamin Mikael menilai Archi Indonesia dapat memanfaatkan momentum lonjakan harga emas pada 2025. Peningkatan produksi dari tambang Marawuwung dan bijih emas berkadar tinggi di Araren Tahap 7 diperkirakan mendorong lonjakan produksi hingga 50% secara kuartal-ke-kuartal pada kuartal II/2025.
Menurut Benyamin, ekspansi yang tepat waktu ini membuat ARCI berada di jalur pertumbuhan penjualan dengan CAGR empat tahun sekitar 10,6% pada periode 2024–2028, dari 97.100 oz menjadi 145.100 oz. Perusahaan juga berpeluang mencapai target produksi 2025 di kisaran 115.000–120.000 oz, naik dari 97.000 oz pada 2024, dengan potensi peningkatan lebih lanjut pada semester II/2025.
Meski ekspansi dan penambangan yang lebih dalam bisa memicu kenaikan biaya tunai akibat inflasi dan kompleksitas operasional, Benyamin menilai tingginya harga emas dan kadar bijih di Araren bisa menjaga margin keuntungan ARCI tetap solid.
UOB Kay Hian merekomendasikan beli untuk saham ARCI dengan target harga Rp 1.280 per saham, menggunakan valuasi 10x EV/EBITDA 2025F atau setara rata-rata lima tahun terakhir. Benyamin menilai ARCI menarik karena prospek pertumbuhan laba positif dalam tiga tahun ke depan, potensi penambahan cadangan emas, dan monetisasi tambang bawah tanah.
“Rasio harga target kami lebih murah dibandingkan pemain emas domestik lainnya, tapi lebih tinggi dibandingkan rata-rata global di 6,0x EV/EBITDA, sejalan dengan potensi pertumbuhan ARCI yang signifikan,” tulis Benyamin dalam risetnya, Rabu (27/8).
