Menilik Jejak IPO Merdeka Copper (MDKA) hingga Antar 2 Anak Usaha Listing di BEI

Karunia Putri
8 September 2025, 09:20
PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA)
PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA)
PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten tambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) akan mengantarkan anak usahanya PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada September ini.

PT Merdeka Gold Rakan melaksanakan IPO pada 23 September ini dengan melepas saham dalam rentang harga Rp 1.800–Rp 3.020 per saham. Dengan begitu dari aksi korporasi ini perusahaan diperkirakan akan menghimpun dana hingga Rp 4,88 triliun.

Berdasarkan prospektus singkat yang diterbitkan di media hari ini,  Merdeka Gold Resources akan melepas sebanyak 1,61 miliar saham dengan nominal Rp 150 setiap saham. Jumlah ini setara dengan sebanyak-banyaknya 10% dari modal yang ditempatkan perusahaan.

Merdeka Gold Resources menunjuk tiga penjamin pelaksana emisi efek, yakni PT Indo Premier Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, dan PT Sinarmas Sekuritas. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat sebagai pemegang saham terbesar dengan 9,13 miliar saham senilai Rp 1,37 triliun atau 56,46%.

Setelah penawaran umum perdana saham (IPO), struktur pemegang saham Merdeka Gold Resources terdiri atas 16,18 miliar saham dengan nilai nominal Rp 150 per saham atau setara Rp 2,42 triliun. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat sebagai pemegang saham terbesar dengan 9,13 miliar saham senilai Rp 1,37 triliun atau 56,46%.

Merdeka Copper Gold sendiri telah resmi menjadi perusahaan terbuka dengan tanggal pencatatan saham perdana di BEI pada 19 Juni 2015 dengan harga IPO Rp 2.000. Lantas bagaimana riwayat IPO induk usaha Tambang Tujuh Bukit tersebut?

Riwayat IPO Merdeka Copper Gold (MDKA)

Merujuk prospektus IPO MDKA, induk Grup Merdeka ini melantai di BEI pada 19 Juni 2015 dengan harga IPO Rp 2.000. Perseroan melepas sebanyak 419.650.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. 

Dengan begitu, MDKA menghimpun dana segar sebanyak Rp 839,30 miliar dari aksi IPO. Saat itu, saham yang ditawarkan MDKA seluruhnya merupakan saham baru yang berasal dari portepel dan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

Dana yang diperoleh dari IPO tersebut, setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham, seluruhnya akan disalurkan ke BSI, entitas anak perseroan, dalam bentuk setoran modal yang kemudian akan digunakan oleh BSI sebagai pemegang IUP OP. Sekitar US$ 31.800.000 atau setara Rp 420.110 juta digunakan untuk pengembangan wilayah IUP BSI antara lain untuk pembangunan fasilitas pengelolaan dan fasilitas pendukung.

Kemudian sekitar US$ 25.000.000 atau setara Rp 330.275 juta digunakan untuk pembayaran kembali fasilitas pinjaman yang diperoleh BSI dari PT Bank DBS Indonesia (DBS) dan United Overseas Bank Ltd. (UOB) sementara sisanya digunakan untuk modal kerja seperti biaya gaji dan biaya administrasi dan umum.

Menjelang IPO, MDKA membukukan rugi sebesar US$ 5.082.674 sepanjang 2014. Sementara itu pendapatan perseroan minus sehingga menorehkan beban sebesar US$ 1.280.093 pada tahun yang sama.

Pasca IPO, saham MDKA naik menjadi Rp 2.570 dan melonjak ke harga rata-rata 6.000 per saham sebelum melakukan stock split pada 18 Oktober 2019. Adapun MDKA pernah melakukan stock split 1:5. Per hari ini, saham MDKA berada di posisi Rp 2.620 per saham atau telah melesat sebanyak 555% mengacu harga setelah stock split di Rp 400. Sejak awal tahun saham MDKA telah melesat 62,23% dan naik sebanyak 5,22% selama satu pekan terakhir.

Sebelum mengantarkan dua anaknya IPO pada September ini, MDKA sudah lebih dulu mengantarkan anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) debut di bursa pada 18 April 2023 lalu dengan harga penawaran Rp 795. Saat ini harga saham MBMA tergerus menjadi Rp 428 atau telah terkoreksi sebesar 46% sejak IPO.

Sementara itu, emiten terafiliasi Grup Thohir milik konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir ini belum melaporkan kinerja keuangan sepanjang semester pertama tahun ini.

Profil Pengendali MDKA

Berdasarkan laman resmi Merdeka Copper Gold, mayoritas saham perseroan dimiliki oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Provident Capital Indonesia Tbk (PALM) melalui PT Mitra Daya Mustika dan PT Suwarna Arta Mandiri.

Selain itu, konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir juga memiliki saham mayoritas di emiten tambang emas ini.

  • SRTG menggenggam 4,89 miliar saham MDKA atau 19,47% dari total saham.
  • Mitra Daya Mustika memiliki 11,88% saham.
  • Suwarta Arta Mandiri memiliki 5,50% saham MDKA.

Merujuk laman resmi Saratoga Investama, perusahaan ini bergerak di bidang investasi dan telah beroperasi sejak 1997. Sepanjang dua dekade terakhir, SRTG berinvestasi di tiga sektor utama yaitu logam mulia, energi, dan infrastruktur.

Selain MDKA, SRTG juga berinvestasi di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), serta dua emiten milik Boy Thohir, yaitu PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Alamtri Resources Tbk (ADRO).

Sepanjang 2024, portofolio SRTG tercatat memiliki kapitalisasi pasar gabungan lebih dari US$ 21 miliar. Saat ini, perusahaan fokus pada sektor dengan pertumbuhan tinggi seperti layanan kesehatan, energi terbarukan, infrastruktur digital, dan sektor konsumen.

Berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2025, SRTG mencatat laba bersih Rp 102,01 miliar, berbalik dari periode sama tahun sebelumnya yang membukukan rugi Rp 446,39 miliar.

Sementara itu, Provident Capital Indonesia (PALM) merupakan perusahaan investasi yang berdiri sejak 2006, dengan pemegang saham utama Grup Provident, Grup Saratoga, dan Grup Thohir. Awalnya bergerak di industri kelapa sawit, sejak 2022 PALM berfokus pada sektor investasi.

Hingga saat ini, PALM belum merilis laporan keuangan semester pertama 2025. Namun, laporan kuartal pertama 2025 mencatat rugi Rp 1,42 triliun, meningkat 20,33% dibandingkan rugi kuartal pertama 2024 sebesar Rp 1,18 triliun.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...