INDY Dirikan Anak Usaha Baru di Sektor Kimia Organik, Seperti Apa Kinerjanya?
Emiten sektor energi, PT Indika Energy Tbk (INDY) mendirikan anak usaha bernama PT Tripatra Bioenergi Angkasa (TBA). Perusahaan tersebut bergerak di sektor industri kimia.
Merujuk keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia, TBA akan melakukan kegiatan usaha di bidang industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian.
Adapun INDY membentuk TBA melalui dua entitas anaknya, yakni PT Tripatra Engineering (TPE) dan PT Tripatra Multi Energi (TIME). Sebagai perusahaan induk, INDY memiliki 99% dari masing-masing saham kedua entitas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Dengan pembentukan anak perusahaan ini, perseroan akan memiliki anak usaha baru yang laporan keuangannya akan terkonsolidasi,” kata Sekretaris INDY Adi Pramono dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Senin (8/9).
Adi menjelaskan, pembentukan entitas anak ini tidak akan memberikan dampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha INDY. Ia melanjutkan, INDY berkeyakinan, pembentukan TBA dilakukan sesuai dengan strategi bisnis diversifikasi perseroan.
“Serta untuk memastikan agar perseroan fokus pada pelaksanaan kegiatan usaha yang berkelanjutan,” ujarnya.
Adapun mengenai struktur kepemilikan modal TBA, TPE memiliki 99,9% saham TBA atau sebanyak 2.999 saham. Sementara TIME memiliki 0,01% saham TBA atau sebanyak 1 saham TBA.
Usai mengumumkan pembentukan anak usaha baru tersebut, saham INDY naik 6.05% atau 95 poin ke level 1.665. Sejak awal tahun, saham INDY telah naik 11,04%.
Kinerja INDY Selama Semester I 2025
Indika Energy (INDY) membukukan laba bersih senilai US$ 2,24 juta atau setara dengan Rp 36,43 miliar (dengan kurs Rp 16.231 terhadap dolar Amerika Serikat) sepanjang paruh pertama 2025. Torehan tersebut turun 89,3% dibanding periode sama tahun lalu sebesar US$ 21,01 juta.
Pendapatan perseroan juga menyusut menjadi U$ 956,81 juta dari US$ 1,19 miliar secara year on year (yoy). Adapun beban pokok kontrak juga berkurang menjadi US$ 824,09 juta dari US$ 997,21 juta secara yoy.
Segmen usaha terbesar masih berasal dari segmen energi, khususnya batu bara mencapai yang mencapai US$ 788,51 juta, bisnis energi hijau menjadi US$ 24,79 juta serta logistik dan infrastruktur sebesar US$ 18,3 juta.
