BSDE Bidik Pra Penjualan Tembus Rp 10 T Meski Pasar Tertekan, Apa Dasarnya?
Emiten terafiliasi Grup Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengakui sedang menghadapi tantangan ekonomi, khususnya di sektor properti sepanjang paruh pertama 2025. Direktur Bumi Serpong, Hermawan menyatakan, meskipun perseroan sedang menghadapi tantangan tersebut, Bumi Serpong tetap berani menargetkan total pra penjualan hingga akhir tahun sebesar Rp 10 triliun.
Menurut Hermawan, target tersebut terbilang sama dengan capaian pra penjualan tahun lalu dengan nominal yang hampir sama. Sepanjang paruh pertama 2025, perseroan telah mencatatkan pra penjualan sebesar Rp 5,08 triliun atau telah mencapai 51% dari target hingga akhir tahun.
“Dan ini memberikan sign [tanda] ya bahwa kita masih on track untuk mencapai ke Rp 10 triliun,” kata Hermawan dalam Public Expose Live 2025 secara virtual pada Senin (8/9).
Lebih lanjut, dia berharap di semester kedua target tersebut dapat tercapai melalui berbagai strategi yang akan dilakukan perusahaan.
“Meskipun dengan kondisi ekonomi makro maupun global yang sangat cepat berubahnya,” ujarnya.
Ia juga menyatakan terima kasih kepada kepada pemerintah karena telah memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100% hingga akhir tahun ini.
Adapun kebijakan ini disebut-sebut akan menguntungkan bagi pengembang, sahal satunya emiten-emiten properti.
“Itu sangat membantu bisnis properti secara umum. Kita harapkan di semester dua ini ada beberapa cluster atau beberapa proyek yang coba kita launching dengan melihat kondisi pasar yang ada,” kata dia.
Kinerja Bumi Serpong (BSDE) Selama Semester I 2025
Emiten yang tergabung dalam Grup Sinarmas Land, Bumi Serpong Damai (BSDE) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,28 triliun selama semester pertama 2025. Angka tersebut susut 45% dibandingkan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp 2,33 triliun.
Penyusutan laba bersih tersebut seiring dengan penurunan pendapatan usaha perseroan sebesar 12,94% menjadi Rp 6,39 triliun dari Rp 7,34 triliun secara tahunan atau year on year (yoy).
Pendapatan tersebut diperoleh dari lini bisnis penjualan tanah dan bangunan sebesar Rp 5,54 triliun, pendapatan dari pengelolaan gedung sebesar Rp 189,38 miliar, pendapatan jasa pengoperasioan jalan tol sebesar Rp 47,07 miliar dan pendapatan area kreasi sebesar Rp 47,89 miliar.
Kemudian dari hotel sebesar Rp 33,66 miliar, pelayanan air sebesar Rp 13,70 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 12,17 miliar. Pada semester ini, perseroan tidak mendapatkan pendapatan dari bisnis konstruksi.
Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan berhasil ditekan perseroan menjadi Rp 2,33 triliun dari Rp 2,48 triliun dalam periode yang sama tahun lalu.
