Sahamnya Dimiliki Grup Djarum dan Astra, Begini Prospek RS Hermina (HEAL)
Emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) membeberkan rencana perusahaan ke depan, menyusul masuknya grup konglomerasi yakni grup Djarum dan grup PT Astra International Tbk (ASII).
Wakil Direktur Utama Hermina, Yulisar Khiat menjelaskan, perusahaan akan menjalin kemitraan strategis dengan Grup Astra dan Djarum seiring masuknya dua konglomerat tersebut sebagai pemegang saham. Ia berharap kolaborasi dapat menciptakan sinergi agar layanan kesehatan Hermina Hospital Group bisa semakin berkualitas dan efisien.
“Pelayanan kesehatan yang bisa diberikan oleh Hermina Hospital Group kepada partner-partner strategis akan kami prioritaskan dan kami bantu lebih berkualitas dan lebih efisien tentunya,” kata Yulisar dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Rabu (10/9).
Berdasarkan komposisi pemegang saham, Astra menggenggam saham HEAL sebanyak 1,11 miliar saham atau 7,23%. Sedangkan Grup Djarum menggenggam 3,6% saham HEAL usai melakukan transaksi pembelian saham pada Juni 2025 senilai Rp 1 triliun.
Kepemilikan Grup Djarum dilakukan melalui PT Dwimuria Investama Andalan yang membeli saham hasil buyback. Adapun total saham yang dialihkan mencapai 559.185.300 lembar dengan harga Rp 1.875 per saham.
Rencana Bisnis HEAL
Yulisar menyampaikan, Hermina berencana menambah sekitar tiga rumah sakit yakni dengan membangun dua rumah sakit baru dan mengakuisisi satu rumah sakit.
Perusahaan menargetkan dapat memiliki sebanyak 65–70 rumah sakit dengan kapasitas 12–15 ribu tempat tidur hingga 2030. Selain ekspansi jaringan, Hermina juga akan memperkuat intensitas layanan, melakukan riset di bidang teknologi kesehatan, serta mulai memenuhi standar hospital base pada 2030.
Ia juga menjelaskan, perkembangan pembangunan rumah sakit di Bali dan Salatiga saat ini berjalan sesuai rencana. Ia mengatakan investasi untuk proyek rumah sakit di Badung, Bali mencapai lebih dari Rp 200 miliar, sedangkan di Salatiga, Jawa Tengah mencapai hampir Rp 200 miliar.
Ia menjelaskan, nilai investasi tersebut mencakup pembelian lahan, konstruksi, hingga kelengkapan fasilitas sampai siap beroperasi. Adapun rumah sakit di Bali, targetnya soft opening pada November 2025, lalu grand opening pada Desember 2025 atau Januari 2026.
Sementara itu, pembangunan di Salatiga juga dipercepat dengan kemungkinan jadwal soft opening pada November 2025 dan grand opening yang bisa dilakukan lebih awal.
“Karena wali kotanya sangat mendukung untuk segera meresmikan, jadi dua-duanya bisa di tahun ini operasional,” kata dia.
