WIFI Siapkan Capex Rp 3,5 T untuk Bangun Jaringan Internet di Jalur Kereta Jawa
PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) bakal mengucurkan belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai Rp 3,5 triliun. Emiten afiliasi adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo ini akan menggunakan dana tersebut untuk membangun jaringan internet di sepanjang jalur kereta api (KA) di Pulau Jawa.
Direktur Solusi Sinergi Digital, Shannedy Ong, menyampaikan, belanja modal perseroan didukung oleh suntikan dana Rp 1 triliun dari perusahaan infrastruktur dan layanan telekomunikasi asal Jepang, NTT East. Sedangkan sisanya sebesar Rp 2,5 triliun, diperoleh melalui penerbitan obligasi atau bond issuance.
“Jadi totalnya sekitar Rp 3,5 triliun untuk 2025 dan capex di tahun ini sudah terpenuhi semuanya,” kata Shannedy Ong dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Rabu (10/9).
Direktur Utama Solusi Sinergi Digital, Yune Marketatmo menyampaikan komitmen WIFI untuk menghadirkan layanan internet hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Ia optimistis bahwa akses digital yang inklusif akan membuka peluang baru bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ia menjelaskan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, perusahaan fokus menggelar jaringan internet di sepanjang jalur perkeretaapian di Pulau Jawa. Setelah itu, ekspansi akan dilanjutkan ke luar Jawa sejalan dengan misi perusahaan sebagai penyedia internet nasional.
Tak hanya itu, perusahaan juga telah bekerja sama dengan sejumlah kontraktor, baik lokal maupun internasional.
“Kami punya misi bahwa kami akan menyediakan internet rakyat buat seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Kinerja WIFI Hingga Semester I 2025
WIFI mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 155% pada kuartal kedua tahun ini dari Rp 89,86 miliar pada kuartal kedua tahun lalu menjadi Rp 227,91 miliar.
Kinerja laba sejalan dengan pendapatan usaha perseroan yang naik 66% dari Rp 309 miliar menjadi Rp 513,46 miliar. Adapun beban pokok pendapatan justru berkurang menjadi Rp 121,10 miliar dari Rp 129,64 miliar.
