Underwriter IPO Merdeka Gold (EMAS) Bertambah Jadi 7, Ada Broker yang Tak Aktif
Anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) bakal mencatatkan sahamnya atau initial public offering (IPO) dalam waktu dekat. Dalam aksi korporasi itu, Merdeka Gold Resources tercatat menambah jumlah penjamin emisi menjadi tujuh sekuritas.
Adapun tujuh sekuritas tersebut yakni PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (LG), PT UOB Kay Hian Sekuritas (AI), PT Sinarmas Sekuritas (DH), PT Indo Premier Sekuritas (PD), PT Aldiracita Sekuritas Indonesia (PP), PT OCBC Sekuritas Indonesia (TP), hingga PT Amantara Sekuritas Indonesia (YO).
Menariknya, dari daftar tersebut terselip sekuritas yang kerap disebut sebagai broker “zombie”. Broker zombie merupakan sekuritas yang berizin resmi tetapi nyaris tidak aktif bertransaksi di pasar.
Di samping itu, perusahaan yang mengelola tambang emas raksasa di Pohuwato, Gorontalo, ini menargetkan dana segar hingga Rp 4,88 triliun lewat penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Aksi korporasi ini menjadi salah satu yang paling ditunggu investor tahun ini, mengingat proyek emas Pani digadang-gadang sebagai salah satu tambang emas primer terbesar di Asia Pasifik.
Dalam IPO tersebut, EMAS menawarkan saham di kisaran harga Rp 1.800–Rp 3.020 per lembar. Mayoritas dana hasil penawaran umum akan digunakan untuk melunasi pinjaman kepada induk usaha, MDKA, yang hingga awal Agustus 2025 masih tercatat sebesar US$ 260 juta atau sekitar Rp 4,26 triliun.
Meski saat ini masih membukukan rugi, valuasi EMAS menarik perhatian analis karena prospek jangka panjangnya. Selain itu dari sisi bisnis, komposisi pemegang saham EMAS juga menyita perhatian. Sejumlah nama besar seperti Winato Kartono, Garibaldi Thohir, hingga grup Saratoga tercatat memiliki kepemilikan signifikan.
Prospek IPO Merdeka Gold (EMAS)
Stockbit Sekuritas menilai bahwa setelah IPO, EMAS akan memiliki valuasi Price to Book Value (P/BV) sekitar 4–5,3x berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama 2025. Stockbit menyebut price to earnings (P/E) tidak bisa dihitung karena EMAS mencatat rugi bersih selama tiga tahun terakhir.
Dari sisi perbandingan dengan perusahaan tambang emas murni lainnya, EMAS termasuk yang paling mahal jika dilihat dari EV/Reserves, tetapi tidak terlalu mahal bila dibandingkan berdasarkan EV/Resources.
“Kami menilai bahwa eksekusi dan pengembangan proyek emas Pani menjadi faktor yang perlu diperhatikan investor seiring fasilitas pengolahan perusahaan yang belum beroperasi,” tulis Stockbit Sekuritas seperti dikutip Kamis (11/9).
Sementara itu, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menjelaskan bahwa kondisi ini masih cukup wajar karena masih pada fase awal. Pasalnya, Proyek Emas Pani saat ini masih berada pada tahap konstruksi dan baru ditargetkan memulai produksi perdana pada 2026.
Ia menyebut valuasi saat ini lebih banyak bergantung pada prospek jangka panjang proyek tersebut yang memiliki cadangan hampir 7 juta ounces. “Dan berpotensi menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Asia Pasifik,” kata Mifta kepada Katadata.co.id seperti dikutip Kamis (11/9).
Lebih jauh, Menurut Mifta, IPO anak usaha MDKA ini masih menarik tetapi bergantung pada profil risiko masing-masing investor dan sudut pandang terhadap emiten. Dari sisi potensi, ia melihat prospek EMAS cukup menarik, apalagi dengan target produksi awal yang bisa mencapai sekitar 500 ribu ounces per tahun.
Meski begitu, ia menyebut risikonya masih cukup tinggi lantaran perusahaan belum memiliki arus kas yang stabil. Sementara sebagian besar dana hasil IPO dialokasikan untuk pelunasan utang. Ia melihat hal ini sebagai langkah strategis MDKA dalam memperkuat struktur permodalan sekaligus mempercepat pengembangan proyek-proyek strategis, bukan sekadar bailout individu.
“Jadi, prospeknya masih tetap menarik dengan horizon investasi jangka panjang,” ucap Mifta.
Sementara itu, Presiden Direktur Merdeka Gold Resources, Boyke Poerbaya Abidin, menyampaikan bahwa Proyek Emas Pani memiliki potensi sumber daya hingga 7 juta ounces emas dan direncanakan menjadi tambang berbiaya rendah dengan umur operasional panjang.
Dengan penerapan teknologi pertambangan berkelanjutan serta komitmen terhadap praktik ESG, pihaknya optimistis proyek ini mampu memberikan nilai tambah jangka panjang. Tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi pembangunan ekonomi masyarakat di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, dan Indonesia.
