Telkom (TLKM) Bocorkan Kisi Dividen Tahun Buku 2025, Seperti Apa Kinerja Usaha?
Emiten telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membeberkan kisi-kisi pembagian dividen kepada para pemegang saham di tengah lesunya laba perusahaan hingga semester pertama 2025.
Direktur Strategic Business Development & Portfolio, Seno Soemadji, menyampaikan bahwa pembagian dividen perusahaan selalu memperhitungkan kebutuhan investasi dan kondisi keuangan Telkom. Ia menyebut Telkom menetapkan kebijakan dividend payout ratio di kisaran 60% hingga 90%.
“Dan seperti biasa keputusan final akan dilakukan setelah penetapan di dalam group tahun depan dengan mempertimbangkan realisasi laba bersih sepanjang tahun 2025,” lata Seno dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Jumat (12/9).
Seno menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, Telkom optimistis dapat menjaga pembagian dividen pada level yang kompetitif. Ia juga optimistis pembagian dividen kepada pemegang saham didukung oleh kinerja operasional yang solid, arus kas yang sehat, serta disiplin dalam penggunaan belanja modal (capex).
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) telah membagikan dividen tunai Rp 21,04 triliun dari tahun buku 2024. Dengan jumlah ini selanjutnya masing-masing pemegang saham akan mendapatkan Rp 212,46 per saham.
Jumlah dividen tersebut merupakan 89% dari rasio pembagian laba dividend payout ratio dan menghasilkan potensi imbal hasil dividen (dividend yield) sebesar 7,5% mengacu pada harga saham intraday Selasa (27/5) di level Rp 2.830 per saham.
Kinerja Keuangan Semester I 2025
PT Telkom Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih pada semester pertama 2025 sebesar Rp 10,97 triliun, turun 6,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba seiring pendapatan emiten berkode saham TLKM yang turun 3,04% menjadi Rp 73 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, penurunan pendapatan terutama terjadi pada segmen data, internet, dan jasa teknologi informatika yang turun dari Rp 47,12 triliun menjadi Rp 44,25 triliun. Pendapatan kontrak dari pelanggan juga turun dari Rp 73,73 triliun menjadi Rp 71,53 triliun.
Sedangkan pendapatan dari bisnis jaringan naik dari Rp 1,54 triliun menjadi Rp 1,85 triliun. Pendapatan dari indihome juga naik dari Rp 12,79 triliun menjadi Rp 13,25 triliun. Meski pendapatan turun, perusahaan tak mencatatkan penurunan pada sejumlah komponen beban utama. Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi naik dari Rp 19,46 triliun menjadi Rp 19,76 triliun.
Kemudian beban penyusutan dan amortisasi naik dari Rp 16,19 triliun menjadi Rp 16,2 triliun, beban interkoneksi juga naik dari Rp 3,55 triliun menjadi Rp 4,19 triliun, sedangkan beban karyawan turun dari Rp 9,5 triliun menjadi Rp 8,07 triliun.
