Jejak Diversifikasi Bisnis UNTR: Kontraktor Batu Bara hingga Tambang Emas

Karunia Putri
15 September 2025, 16:07
UNTR, saham, united tractors
website UNTR
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR) memiliki bisnis utama kontraktor tambang batu bara melalui merek alat berat Komatsu. Namun sejak beberapa tahun terakhir, UNTR gencar melakukan diversifikasi usaha ke sektor tambang  mineral termasuk, emas dan nikel, hingga energi hijau.

United Tractors resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 19 September 1989 dengan harga perdana Rp 7.250 per saham. Harga sahamnya sempat menembus Rp 40 ribu secara intraday pada Januari 2018. Adapun pada perdagangan hari ini, harga saham UNTR ditutup turun 0,66% di level 26.300.

Berdasarkan pengumuman teranyar, perseroan kembali memperluas portofolio melalui rencana akuisisi saham anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Nilai transaksi mencapai US$ 540 juta atau sekitar Rp 8,85 triliun (kurs Rp 16.391 per dolar Amerika Serikat). Aksi in disebut akan memperkuat lini bisnis mineral UNTR.

Setelah pengumuman, harga saham UNTR naik tipis 0,57% ke level Rp 26.625 pada penutupan perdagangan Senin (15/9), sementara saham PSAB justru turun 0,97% ke posisi Rp 570.

Masuk ke Tambang Emas

Langkah diversifikasi UNTR ke sektor emas dimulai pada 14 Desember 2018. Melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara, UNTR mengakuisisi 95% saham PT Agincourt Resources, pengelola tambang emas Martabe di Sumatera Utara, dengan nilai sekitar US$ 1 miliar. Sisanya, 5% saham Agincourt dimiliki oleh pemerintah daerah melalui PT Artha Nugraha Agung.

Presiden Direktur UNTR saat itu Gidion Hasan menyebut, akuisisi Agincourt sebagai bagian dari ekspansi strategis perseroan.  “Diharapkan ke depan perseroan memiliki portofolio yang lebih berimbang dan dapat menghasilkan kontribusi berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar dikutip dari laman resmi UNTR, Senin (15/9).

Dalam akuisisi terbaru, Danusa Tambang Nusantara meneken perjanjian jual beli bersyarat dengan PT J Resources Nusantara (JRN), anak usaha PSAB untuk membeli 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA). 

Selain itu, anak usaha UNTR lain, PT Energia Prima Nusantara (EPN) juga menandatangani perjanjian dengan pemegang saham individu, Jimmy Budiarto untuk membeli 0,00004% saham ASA dan 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).

Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis menjelaskan, nilai transaksi yang mencapai nilai US$ 540 tersebut mencakup harga pembelian saham serta penyelesaian utang pemegang saham JRN kepada ASA. Transaksi ditargetkan rampung paling lambat pada 23 Desember 2025 setelah semua persyaratan pendahuluan terpenuhi.

Direktur UNTR Iwan Hadiantoro menyatakan, perusahaan menyiapkan ekspansi besar untuk memperluas portofolio bisnis, khususnya di emas, nikel, dan energi baru terbarukan (EBT).

“Kami terus mencari peluang akuisisi, baik untuk tambang emas maupun nikel, di dalam maupun luar negeri,” ujarnya dalam paparan publik 2025 BEI pekan lalu.

Secara total, emiten alat berat Grup Astra ini menyiapkan dana hingga US$ 1 miliar atau Rp 16,84 triliun untuk memperkuat portofolio bisnis di luar batu bara pada tahun ini.

Sepanjang semester I 2025, terjadi lonjakan pertumbuhan di bisnis pertambangan emas dan mineral lainnya. UNTR melalui anak usahanya, PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR). Pendapatan dari tambang emas dan mineral lainnya meningkat 60% menjadi Rp 7 triliun, terutama  ditopang penjualan emas yang lebih tinggi dan harga jual yang lebih kuat.

Kinerja UNTR Sepanjang Semester 1 2025

United Tractors (UNTR) mencatatkan laba bersih pada semester I 2025 sebesar Rp 8,13 triliun, anjlok 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 9,5 triliun. Kinerja laba lesu meski pendapatan bersih anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) ini tumbuh 6%.  

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan UNTR, penjualan bersih perseroan pada semester I 2025 mencapai Rp 68 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 64 triliun. Namun, beban pendapatan naik lebih tinggi mencapai 12% dari Rp 47,64 triliun menjadi Rp 53,7 triliun.  

UNTR mencatat, bisnis penjualan alat berat Komatsum meningkat 27% menjadi 2.728 unit karena peningkatan penjualan di berbagai sektor. Penjualan Scania dan UD Trucks masing-masing meningkat 55% dan 33%, masing-masing menjadi 282 unit dan 109 unit.

Pendapatan dari tambang emas dan mineral lainnya meningkat 60% menjadi Rp 7 triliun, terutama  ditopang penjualan emas yang lebih tinggi dan harga jual yang lebih kuat.

Adapun pendapatan bersih dari bisnis suku cadang dan jasa meningkat 2% menjadi Rp 5,5 triliun, sedangkan dari mesin konstruksi meningkat 34% menjadi Rp20,9 triliun. 

Di sisi lain, bisnis pertambangan batu bara UNTR, baik kontrak penambangan melalui  PT Pamapersada Nusantara (PAMA)  maupun aktivitas pertambangan batu bara termal dan metalurgi melalui  PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources) tercatat lesu. 

Pendapatan bersih dari kontraktor penambangan turun 7% menjadi Rp 26,1 triliun. Sedangkan pendapatan bersih dari prtambangan batu bara termal dan metalurgi anjlok 14% menjadi Rp 13,4 triliun akibat penurunan harga batu bara.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...