Kilau Tambang Emas Gorontalo: Incaran VOC, Kini Jadi Ladang Cuan MDKA dan BRMS
Sejumlah emiten tambang emas, seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kini tengah menggarap proyek tambang emas di wilayah Gorontalo. Tambang logam mulia di Gorontalo sudah menjadi incaran bahkan sejak era kongsi dagang Belanda, Vereenigde Oostindische (VOC).
Catatan histori menyebutkan bahwa Gorontalo menyetorkan emas kepada VOC. Tak hanya itu, pemerintah kolonial Belanda juga membuat pos pengawasan untuk memonitor produksi dan penyelundupan emas di sana.
Wilayah Gorontalo, khususnya di bagian barat seperti Pohuwato diketahui memiliki deposit emas dan mineral ikutan yang cukup besar. Contohnya, Proyek Emas Pani oleh MDKA di Pohuwato memiliki estimasi cadangan sumber daya sebagian juta ons emas hingga 7 juta ons dengan umur tambang panjang. Sementara itu, tambang emas BRMS di Kabupaten Bone Bolango, disebut memiliki estimasi sumber daya JORC sebesar 392 juta ton.
Namun, bagaimana prospek proyek tambang emas kedua emiten tersebut?
Prospek Tambang Emas MDKA dan BRMS
Proyek Emas Pani di Gunung Pani, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo yang digarap oleh MDKA digadang menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia maupun Asia Pasifik.
Cadangan emas di proyek ini diperkirakan lebih dari 7 juta ounces dengan umur tambang yang bisa bertahan selama beberapa dekade. Merdeka Group mengelola proyek ini melalui sejumlah anak usaha yang menangani operasi penambangan, pengolahan hingga pembangunan infrastruktur pendukung.
Pada tahap awal, perusahaan akan menerapkan metode heap leach dengan kapasitas pengolahan hingga 7 juta ton bijih per tahun dan target produksi sekitar 140 ribu ounces emas per tahun. Selanjutnya, MDKA akan membangun fasilitas carbon-in-leach (CIL) berkapasitas awal 7,5 juta ton per tahun, yang ditargetkan naik menjadi 12 juta ton per tahun pada 2030.
Jika kedua fasilitas beroperasi penuh, kapasitas gabungan diproyeksikan mencapai 19 juta ton per tahun dengan potensi produksi puncak hingga 500 ribu ounces emas per tahun.
Saat ini, persiapan proyek berjalan sesuai jadwal. Perusahaan telah menyelesaikan desain teknik detail, pengadaan peralatan utama dan uji coba metode heap leach. Sejumlah infrastruktur pendukung juga tengah dibangun, mulai dari fasilitas penyimpanan bahan bakar, pelabuhan hingga gardu induk listrik. PLN dijadwalkan memasok listrik pada 2025, sementara laboratorium metalurgi akan mulai beroperasi awal 2025.
Pengolahan emas pertama ditargetkan pada akhir 2025, dengan produksi komersial dimulai pada awal 2026.
Selain MDKA, emiten tambang milik Grup Bakrie, BRMS juga mengembangkan proyek emas di Gorontalo melalui anak usahanya, PT Gorontalo Minerals (GM). Perusahaan ini dimiliki 80% oleh BRMS dan 20% oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
GM memegang hak Kontrak Karya (KK) atas konsesi seluas 24.995 hektare di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Saat ini, GM tengah melakukan eksplorasi di lokasi Sungai Mak dan Cabang Kiri. Perusahaan telah melaporkan estimasi sumber daya JORC sebesar 392 juta ton dengan setiap tonnya rata-rata mengandung 0,43 gram emas dan 0,49% tembaga di beberapa lokasi, termasuk Sungai Mak, Cabang Kiri, Kayu Bulan, dan Motomboto.
Izin konstruksi dan produksi GM disetujui sejak Februari 2019 dengan masa konstruksi tiga tahun dan periode produksi 30 tahun hingga 2052.
Sebelumnya, BRMS telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman senilai Rp 2 triliun (sekitar US $121 juta) dari konsorsium bank yang dipimpin oleh Bank Mega. Salah satu tujuan fasilitas pinjaman tersebut digunakan untuk mendanai pembangunan proyek tambang emas bawah tanah di Palu serta pengeboran eksplorasi tambahan di Gorontalo.
Pinjaman berjangka 12 bulan dengan bunga 9,75% per tahun ini dialokasikan untuk dua hal utama, yakni melunasi utang sebelumnya sebesar US$ 75 juta kepada Bank BNI, Bank Permata, dan Bank Mega, sementara sisanya untuk mendanai pembangunan proyek tambang emas bawah tanah di Palu serta pengeboran eksplorasi tambahan di Gorontalo.
Dalam laman resmi BRMS disebutkan, bahwa aktivitas pengeboran eksplorasi di Gorontalo ditujukan untuk menambah cadangan dan sumber daya mineral perusahaan ke depan. Produksi emas di Gorontalo diperkirakan akan dimulai pada semester II tahun 2026 seiring dengan selesainya fasilitas pabril pengolahan emas di sana.
"Proyek ini diharapkan menjadi salah satu pendorong utama pengembangan sektor pertambangan di wilayah Indonesia bagian timur," tulis manajemen BRMS dalam keterangan resminya dikutip Kamis (18/9).
