Produksi PT Timah Turun 32% pada Semester 1 2025, Ini Penyebabnya
PT Timah Tbk mengungkapkan bahwa jumlah produksi bijih timah pada semester I 2025 mencapai 6.997 ton sn. Angka ini turun 32% dibandingkan periode yang sama pada 2024, sebesar 10.279 ton.
Direktur Operasi dan Produksi PT Timah, Nur Adi Kuncoro hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, terkait dari jumlah alat produksi. “(Menurun) cukup signifikan, terutama di sisi kapal isap produksi,” kata Adi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (22/9).
Faktor kedua yang turut memengaruhi penurunan ini adalah cuaca, dan yang ketiga adalah akses menuju area penambangan yang belum bisa dilakukan sepenuhnya. Mulai dari lokasi Oliver di Laut Belitung, Bringa di Bangka Tengah, dan Laut Rias di Bangka Selatan.
Mengutip laman resmi perusahaan, ada dua faktor lainnya yang menyebabkan penurunan produksi ini, yaitu kondisi cadangan tidak menerus (spotted), dan masih terjadinya aktivitas penambangan ilegal.
Tidak hanya produksi bijih, PT Timah mencatat pada periode yang sama juga terjadi penurunan produksi logam Timah sebanyak 29% menjadi 6.870 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9.675 metrik ton.
Sedangkan penjualan logam timah turun 28% menjadi 5.983 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8.299 metrik ton. Kendati demikian, harga jual rata-rata logam timah sebesar US$ 32.816 per metrik ton, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 30.397 per metrik ton.
Pada keterangan resminya, perusahaan mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 8% dan ekspor logam timah sebesar 92% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang (20%), Korea Selatan (19), Singapura (16%), Belanda (10%), Italia (5%), dan India (4%).
Kinerja Keuangan
Selain produksi, Adi juga menyebutkan kinerja keuangan perusahaan. Di paruh pertama 2025, PT Timah membukukan pendapatan sebesar Rp 4,22 triliun turun 19,0% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,21 triliun. Hal ini terjadi seiring dengan penurunan volume penjualan logam timah.
Beban pokok pendapatan Perseroan juga turun 15,6% dari Rp 4,00 triliun di semester I 2024 menjadi Rp 3,37 triliun di semester I 2025. Laba bersih PT Timah pun turun 30% menjadi Rp 300 miliar.
Perusahaan juga mencatat pencapaian EBITDA sebesar Rp 838 miliar atau lebih rendah 31% dari semester I 2024 sebesar Rp 1,21 triliun.
