Garuda (GIAA) Bakal Disuntik Danantara, Bagaimana Nasib Pemegang Saham Ritel?

Karunia Putri
8 Oktober 2025, 11:01
garuda indonesia, pemegang saham, GIAA
KATADATA/
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Danantara Asset Management (DAM) akan menyuntikkan modal kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melalui penambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai US$ 1,84 miliar atau setara Rp 30,31 triliun. Tambahan modal ini akan menyebabkan delusi terhadap kepemilikan saham publik hingga mencapai 81,7%. 

Danantara tercatat sebagai pemegang saham terbesar di GIAA dengan kepemilikan sebanyak 59,03 miliar saham atau setara dengan 64,54% dari total saham yang beredar. Sedangkan pemerintah, bertindak sebagai pengendali dengan dengan kepemilikan sebanyak 1 saham. 

Di sisi lain, saham Garuda Indonesia yang digenggam publik atau masyarakat mencapai 25,12 miliar atau sebesar 27,46% dari total saham yang beredar.

Dalam prospektus yang diterbitkan Garuda Indonesia di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Garuda Indonesia diperkirakan akan menerbitkan sebanyak 407.897.094.461 saham baru dengan harga pelaksana Rp 75 per saham.

Dalam aksi ini, seluruh saham baru akan diserap oleh Danantara Asset Management selaku investor sekaligus kreditur perseroan. Dengan tidak adanya hak memesan efek bagi pemegang saham lain, porsi kepemilikan publik akan terdilusi signifikan, dari sekitar 27,46% menjadi hanya sekitar 5,03%.

Di sisi lain, kepemilikan Danantara terhadap GIAA akan bertambah dari 64,54% menjadi 93,50%.

Rencana besar maskapai negara ini menjadi bagian dari upaya restrukturisasi lanjutan untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan yang masih mencatatkan ekuitas negatif. Hingga 30 Juni 2025, total aset maskapai milik negara ini mencapai US$ 6,51 miliar, sementara liabilitas tercatat sebesar US$ 8,01 miliar. Dengan demikian, posisi ekuitas Garuda masih negatif sekitar US$ 1,49 miliar.

“Untuk itu diperlukan strategi dalam memperbaiki posisi keuangan khususnya untuk membantu masalah likuiditas Perseroan melalui pelaksanaan Transaksi dalam rangka keberlangsungan usaha Perseroan yang lebih baik ke depan,” kata manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi.

Adapun aksi private placement ini akan dilakukan Danantara melalui dua skema. Pertama, setoran modal tunai sebanyak-banyaknya US$ 1,44 miliar atau Rp 23,66 triliun. Kedua, konversi pinjaman pemegang saham menjadi saham baru senilai US$405 juta atau Rp 6,65 triliun.

Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink sebelumnya telah menandatangani perjanjian pemegang saham dengan Danantara pada 24 Juni 2025. Dalam perjanjian itu, Danantara memberikan pinjaman kepada Garuda sebesar US$ 405 juta, yang kemudian akan dikonversi menjadi saham baru melalui skema PMTHMETD ini.

Pinjaman tersebut telah dicairkan dalam empat tahap dengan total sekitar Rp 6,65 triliun. Dana itu digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional, perawatan serta perbaikan pesawat milik Garuda Indonesia dan Citilink.

Garuda Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan berlangsung pada 12 November 2025. Persetujuan ini mencakup perubahan modal dasar, modal ditempatkan serta perubahan pasal dalam Anggaran Dasar Perseroan.

Alokasi Dana untuk Citilink dan Ekspansi Armada

Manajemen GIAA menjelaskan, seluruh dana hasil pelaksanaan private placement akan digunakan untuk memperbaiki posisi keuangan dan mendukung keberlangsungan usaha perusahaan, dengan perincian sebagai berikut:

Pertama, sebesar 29% dana private placement akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional Garuda Indonesia, termasuk perawatan dan perbaikan pesawat.

Kedua, sebesar 37% dana akan digunakan untuk membiayai modal kerja dan perawatan pesawat Citilink. Ketiga, sebesar 22% dana akan digunakan untuk ekspansi armada Garuda Indonesia dan Citilink. Keempat, sebesar 12% dipakai untuk peningkatan modal Citilink dalam rangka membayar utang pembelian bahan bakar kepada Pertamina untuk periode 2019–2021.

Manajemen berharap penggunaan dana hasil private placement ini dapat memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas, dan mendukung kelangsungan operasional Garuda dan entitas anaknya.

Garuda Indonesia sempat melakukan restrukturisasi pada 2022 dan sempat berhasil menurunkan nilai utang, serta memperbaiki ekuitasnya. Namun, perusahaan masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti belum terealisasinya rights issue tahap kedua untuk investor strategis hingga tekanan pada kinerja operasional akibat meningkatnya biaya perawatan pesawat.

Selain itu, restrukturisasi sebelumnya hanya berfokus pada induk usaha dan belum mencakup anak perusahaan seperti Citilink. Sementara itu, pemulihan trafik penerbangan berjalan lebih lambat dari proyeksi awal.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...