DBS: IHSG Berpotensi ke 8.700 hingga Akhir Tahun, Sektor Ini Jadi Penopang
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan dinilai berpeluang mencapai 8.700 pada akhir tahun, menurut DBS Group Research. Apa saham penopangnya?
Pekan lalu, IHSG sempat menembus level 8.257. Kenaikan IHSG belakangan ditopang oleh saham-saham konglomerat seperti Prajogo Pangestu, Grup Sinarmas, Grup Salim dan taipan lainnya.
Senior Investment Strategist DBS Bank Joanne Siew Chin GOH menilainprospek pasar saham Indonesia masih positif. Hal ini didukung oleh kebijakan stimulus fiskal pemerintah dan stabilnya pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% dalam beberapa tahun ke depan.
Dia menjelaskan, pada paruh pertama tahun ini, saham-saham dari kelompok pengusaha besar menjadi pendorong utama IHSG. Namun di paruh kedua, sektor komoditas diperkirakan kembali mengambil peran dominan setelah sempat tertinggal.
“Untuk Indonesia, kami terus positif pada pasar. Jadi, jika Anda melihat Indonesia, perkembangan besar yakni komoditas,” kata Joanne dalam agenda Media Briefing DBC Chief Investment Officer secara virtual pada Senin (13/10).
DBS melihat tren struktural global seperti elektrifikasi dan inflasi yang tinggi akan menjaga permintaan komoditas tetap kuat. Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah, dianggap berada pada posisi strategis untuk memanfaatkan momentum itu.
Arus investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) yang mengalir ke sektor manufaktur dan pengolahan juga menjadi bukti bahwa sektor ini masih diminati investor global.
“Jadi, ini salah satu kebijakan yang kami terus melihat bahwa pemerintah Indonesia harus terus berfokus pada komoditas,” ujar dia.
Selain komoditas, sektor perbankan dan konsumsi dinilai memiliki prospek menarik. Bank-bank besar diperkirakan masih mampu mencatat kinerja solid, meski DBS tetap mewaspadai potensi kenaikan kredit bermasalah. Margin bunga bersih (NIM) diperkirakan membaik seiring penyesuaian suku bunga deposito.
Sementara itu, sektor konsumer berpotensi tumbuh stabil berkat dukungan daya beli masyarakat dan stimulus ekonomi domestik. Emiten besar seperti Grup Astra diproyeksikan masih mencatat kinerja baik. Sektor telekomunikasi juga menjadi bagian penting dalam pola konsumsi masyarakat yang kian digital.
DBS memperkirakan IHSG mencapai level 8.700 pada akhir tahun, seiring dengan rotasi sektor dan pemulihan emiten unggulan di paruh kedua.
Di lain sisi, DBS menilai sektor kecerdasan buatan atau AI belum menjadi penggerak utama pasar modal Indonesia, tetapi memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. Ekosistem AI di kawasan ASEAN terus berkembang, terutama dalam pengembangan pusat data dan perangkat lunak pendukung.
Joanne menjelaskan pembangunan pusat data masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia karena kebutuhan energi yang tinggi. Namun, sektor ini berpotensi tumbuh seiring dengan meningkatnya kebutuhan keamanan data dan aplikasi berbasis AI di dalam negeri.
Pengalaman keberhasilan perusahaan teknologi lokal seperti Gojek dan Tokopedia menjadi contoh bahwa Indonesia memiliki fondasi kuat untuk mengembangkan aplikasi dan perangkat lunak berbasis AI. Penguatan di sisi keamanan data dan riset teknologi menjadi kunci untuk mempercepat adopsi AI di masa depan.
