Ramai Kabar Emiten Prajogo PTRO Bakal Akuisisi MBSS, Begini Penjelasan Manajemen
Emiten afiliasi orang terkaya nomor satu di Indonesia versi Forbes Billionaire, Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) menepis kabar ihwal rencananya untuk mencoba akuisisi emiten pengangkutan minyak PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Kabar itu berkembang seiring dengan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan Petrosea dalam memacu kinerja usaha.
“Engga, soal MBSS (akuisisi) tidak benar sama sekali,” kata Presiden Direktur Petrosea, Michael, ketika dihubungi Katadata.co.id, seperti dikutip Jumat (17/10).
Senada dengan Michael, Corporate Communication Grup Barito Pacific, Angelin Sumendap juga mengatakan hal serupa bahwa tidak ada rencana untuk akuisisi MBSS. Petrosea merupakan salah satu entitas di bawah PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang bergerak di bidang jasa pertambangan, gas dan minyak bumi serta kontruksi.
Sebelumnya beredar rumor di pasar bahwa Petrosea berencana menggabungkan layanan jasa tambang dengan logistik laut milik PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Aksi ini disebut dapat menurunkan biaya angkut, memperbaiki jadwal pengiriman, dan membuat arus kas lebih stabil.
Dalam rumor tersebut juga disebutkan rencana ini bakal menjadi kolaborasi antara Prajogo Pangestu dan Andrew Zhu. Prajogo, melalui PTRO, dinilai membawa kekuatan operasional serta akses pendanaan (terkait momentum masuknya ke indeks MSCI), sekaligus membuka peluang bagi grupnya untuk memperluas bisnis ke sektor pertambangan bauksit.
Terbaru, Petrosea sebelumnya telah menandatangani non-binding term sheet dengan para pemegang saham Scan-Bilt Pte. Ltd. (SBPL) untuk mengakuisisi mayoritas saham perusahaan tersebut. SBPL, yang berbasis di Singapura, merupakan perusahaan di bidang konstruksi teknik sipil pabrik serta pekerjaan pemeliharaan untuk industri kimia dan minyak & gas darat (onshore).
Presiden Direktur Petrosea, Michael, mengatakan bahwa langkah akuisisi ini menjadi bagian dari strategi Petrosea dalam memperkuat pertumbuhan dan diversifikasi bisnis, sekaligus memperluas ekspansi ke sektor kimia dan energi.
“Sebagai langkah strategis, Petrosea akan mengembangkan SBPL sebagai business hub bagi ekspansi bisnis ke kawasan Asia Pasifik yang mencakup Singapura, Papua Nugini dan Indonesia,” ujar Michael, dalam keterbukaan informasi BEI.
Rencana itu menjadi langkah strategis lantara SBPL punya pengalaman luas di Singapura, termasuk proyek Piling and Civil Engineering Construction di Pulau Bukom milik Shell Eastern Petroleum Pte Ltd. / Chiyoda Singapore (Pte) Ltd.. Kemudian ada proyek Effluent Treatment Recycling Plant–Design & Build (Civil & Structural) dan proyek Stolthaven Expansion Project untuk Stolthaven Singapore / Chiyoda Singapore (Pte) Ltd.
Selain itu, SBPL juga mengerjakan sejumlah kontrak untuk Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd., seperti Bukom Maintenance Contract, yaitu layanan pemeliharaan fasilitas di Pulau Bukom yang dikenal sebagai pusat industri petrokimia terpadu dan kilang minyak di Singapura.
Aster Chemicals and Energy sendiri merupakan perusahaan patungan antara PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan Glencore, yang baru saja menyelesaikan akuisisi fasilitas energi dan kimia milik Shell Singapore Pte. Ltd.
Target PTRO Akuisisi Grup Hafar
Sebelumnya emiten konglomerat Prajogo Pangestu itu menargetkan torehan pendapatan hingga US$ 991 juta atau sekitar Rp 16,76 triliun usai mengakuisisi Grup Hafar melalui PT Petrosea Engineering Procurement Construction.
Direktur Petrosea Ruddy Santoso mengatakan, pendapatan PTRO diproyeksikan naik 43% menjadi US$ 991 juta atau sekitar Rp 16,46 (kurs: 16.614 per dolar AS) pada 2025. Sedangkan pada tahun depan, pendapatan PTRO berpotensi meroket hingga 41% menjadi US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 23,24 miliar.
Menurut Ruddy, tren pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahunan (CAGR) yang mencapai 8% selama periode 2019–2024. EBITDA perseroan juga diperkirakan mencapai US$ 306 juta dengan margin 22% pada 2026.
“Hal ini mengalami peningkatan yang signifikan dari posisi EBITDA margin sebesar 15% pada tahun 2024,” kata Ruddy dalam paparan publik secara virtual, Senin (6/10).
Ia menjelaskan, proyeksi pendapatan dan EBITDA 2026 ini hanya memperhitungkan pekerjaan yang belum dirampungkan atau backlog kontrak. Proyeksi ini belum termasuk potensi tambahan dari kontrak baru maupun proyek ekspansi yang sedang dikembangkan.
Adapun setelah proses akuisisi Hafar dan HBS Group, pendapatan dari luar Indonesia diramal mencapai 2% pada 2025 dan meningkat menjadi 6% pada 2026. Selain itu, unit bisnis EPCI lepas pantai diperkirakan menyumbang 4% dari pendapatan pada 2025 dan naik menjadi 6% pada 2026.
Petrosea Garap Tambang Emas di Pakistan
Petrosea bersama anak usahanya, Petrosea Solutions Pakistan (Private) Limited sebelumnya telah menandatangani perjanjian pelaksanaan awal atau Limited Notice to Proceed dengan Reko Diq Mining Company (Private) Limited, perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di Pakistan.
Perjanjian tersebut mencakup layanan Engineering, Procurement & Construction (EPC) dengan nilai kontrak mencapai US$ 26,2 juta atau sekitar Rp432 miliar. Target penyelesaian proyek ini sekitar 10 bulan.
Petrosea Solutions Pakistan merupakan perusahaan baru hasil kolaborasi PTRO dan anak usahanya, Petrosea Services Solutions Pte. Ltd. Perusahaan ini berbasis di Karachi dan telah mendapatkan izin dari Securities & Exchange Commission of Pakistan. Mayoritas sahamnya, sebesar 99%, dimiliki oleh Petrosea Services Solutions Pte. Ltd., sedangkan PTRO menggenggam 1% sisanya.
“Penandatanganan perjanjian ini merepresentasikan ekspansi bisnis Petrosea di lini jasa EPC sekaligus perluasan basis klien ke luar Indonesia, guna memastikan pertumbuhan yang terdiversifikasi dan berkelanjutan,” kata Presiden Direktur Petrosea, Michael dalam keterbukaan informasi di BEI, Rabu (8/10).
