Mengintip Target Baru Harga Saham BBRI di Tengah Momen Buyback hingga Rp 2,5 T
Analis menilai langkah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI melakukan pembelian kembali (buyback) saham menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham perseroan ke depan. BRI menyebut perseroan saat ini memiliki dana Rp 2,5 triliun untuk melaksanakan aksi buyback.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno K menjelaskan, rencana buyback tersebut telah memperoleh persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret lalu. Ia menuturkan, anggaran awal yang disiapkan untuk buyback mencapai sekitar Rp 3 triliun, namun saat ini BRI masih memiliki dana Rp 2,5 triliun untuk melanjutkan aksi tersebut.
“Kami telah memperoleh persetujuan untuk melakukan buyback dalam periode 12 bulan sejak persetujuan Maret tersebut,” kata Vivi dalam paparan publik kinerja keuangan kuartal III BRI yang digelar secara daring, Kamis (30/10).
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, aksi buyback ini sudah tercermin dalam penguatan harga saham BRI sebelumnya. Ia menilai, langkah ini akan membuat pergerakan saham BRI semakin likuid sekaligus mendorong peningkatan kapitalisasi pasar perseroan.
“Sebenarnya BRI itu kan sudah di undervalue, sehingga [aksi buyback ini] dapat menarik minat daripada pelaku investor untuk otomatis buy [beli],” ujar Nafan kepada *Katadata*, Senin (3/11).
Ia menambahkan, harga saham perbankan, terutama BRI, telah menunjukkan penguatan setelah pengumuman aksi buyback. “Harga saham sudah naik, berarti ada katalis positif dari dinamika aksi buyback tersebut,” katanya.
Terkait prospek saham BBRI ke depan, Nafan memperkirakan pertumbuhan kredit bank anggota Himbara ini dapat kembali mencatatkan pertumbuhan dua digit (double digit) dalam jangka panjang.
“Meski tahun ini BI masih harus menyesuaikan dengan dinamika kebijakan The Fed dan tekanan inflasi global, ruang pelonggaran moneter tetap terbuka, Likuiditas perbankan bisa meningkat sehingga memberikan katalis positif bagi peningkatan margin bunga bersih (net interest margin),” ujar Nafan.
Ia menilai, kondisi tersebut dapat mendorong kinerja saham BRI untuk kembali menguat dan membentuk pasar yang lebih solid. Nafan juga menyematkan target harga Rp 4.540 terhadap saham BBRI dan menyarankan investor untuk menambah saham ini.
Sementara itu, analis BinaArtha Sekuritas Ivan Rosanova menyebut, harga saham BBRI ditutup menguat ke level 3.980 pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (31/11). Menurut Ivan saham BBRI masih berada dalam tren naik jangka pendek yang akan berlanjut hingga resistance fibonacci di 4.140 selama support minor di level 3.780 tetap bertahan.
“Indokator MACD menunjukkan momentum bullish. Hold dengan target harga terdekat di 4.130,” katanya.
MACD atau Moving Average Convergence Divergence adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah tren harga saham. Garis MACD yang terus menanjak menunjukkan tren naik alias positive slope berlanjut dan momentum beli tetap kuat.
Kinerja Keuangan BBRI hingga Kuartal III 2025
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasi sebesar Rp 40,77 triliun pada Januari-September 2025, turun 9,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba BBRI tertekan biaya pencadangan atau impairment yang meningkat 13,99% menjadi Rp 33,58 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, penyaluran kredit BBRI hingga kuartal ketiga 2025 mencapai Rp 1.438 triliun, naik 6,3% secara tahunan. Pendapatan bunga bersih tercatat naik dari Rp 107,86 triliun menjadi Rp 110,98 triliun.
Di sisi lain beban bersih operasional lainnya naik dari Rp 51,8 triliun menjadi Rp 58,89 triliun. Kenaikan ini terutama didorong oleh naiknya beba pencadangan atau impairment. Kenaikan beban biaya pencadangan ini dilakukan seiring naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan gross dari 3,04% menjadi 3,29%. NPL nett BBRI juga naik dari 0,84% menjadi 1,04%.
Di sisi lain, BRI mencatatkan likuiditas pada kuartal III 2025 melonggar. Loan to deposit ratio BRI turun dari 89,6% menjadi 87,05%. Adapun total dana pihak ketiga naik 8,2% secara tahunan menjadi Rp 1.474 triliun.
