3 Emiten Jumbo Bersiap IPO Jelang Akhir Tahun, Kans Superbank Listing Menguat?
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan terdapat calon emiten berskala jumbo atau lighthouse company yang akan mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga akhir 2025.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan sektor yang berpotensi melantai di bursa mencakup infrastruktur, pertambangan, dan finansial. Meski begitu ia belum bisa menyebut apakah perusahaan itu akan melantai di BEI tahun ini atau 2026.
Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa untuk IPO setiap tahunnya. Perusahaan tersebut memiliki dua karakteristik yaitu minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%.
Nyoman mengatakan merujuk laporan keuangan beberapa perusahaan di finansial, tambang dan infrastruktur sudah memenuhi kriteria (eligible) untuk melantai tahun ini. Namun, soal prosesnya akan bergantung pada respons dan kesiapan perusahaan saat BEI melakukan permintaan atau inquiry informasi.
“Kalau dari si laporan keuangan eligible tahun ini, tapi tentunya pace-nya kecepatan tergantung mereka pada saat kita inquiry informasi,” kata Nyoman kepada wartawan seperti dikutip Selasa (4/11).
Di tengah kabar IPO emiten lighthouse itu, aksi PT Super Bank Indonesia atau Superbank untuk mencatatkan sahamnya lewat IPO pun makin menguat. Berdasarkan kabar yang diterima Katadata.co.id, Superbank disebut telah menunjuk Sucor Sekuritas yang akan menjadi underwriter atau penjamin emisi efek IPO Superbank.
Meski begitu belum ada informasi mengenai kapan listing akan dilakukan di BEI. Kabar terakhir, Superbank telah melakukan uji minat dan pengenalan kepada calon investor di pasar modal perihal rencana IPO.
Usai kabar tersebut mencuat, Katadata.co.id juga telah mengonfirmasi ke CEO PT Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya. Namun hingga berita ini diterbitkan, Bernadus belum memberikan tanggapan.
Uji Minat Sebelum Listing
Merujuk informasi yang dibagikan Stockbit Sekuritas pada pertengahan Oktober lalu. bank digital yang terafiliasi dengan Grup Emtek dan Grab itu disebut akan menggunakan mayoritas dana IPO untuk berbagai keperluan. Sebanyak 70% dari dana hasil IPO disebut akan digunakan oleh Superbank sebagai modal kerja untuk penyaluran kredit.
"Sementara sisanya untuk belanja modal termasuk untuk pengembangan sistem dan produk teknologi informasi,” tulis Stockbit mengutip pemberitaan Bloomberg.
Kabar IPO Superbank yang berada di bawah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) itu sebenarnya sejalan dengan pengumuman terbaru BEI yang menyebut akan ada sektor dari finansial yang akan IPO. Namun ketika ditanya ke BEI apakah perusahaan di sektor finansial itu adalah Superbank, Nyoman berkelit.
“Nggak boleh ngomongin nama dulu (calon IPO) sebelum waktunya, tapi saya sudah sampaikan sektornya,” tambah Nyoman lagi.
Sementara itu, Katadata.co.id sudah menghubungi manajemen Superbank beberapa waktu lalu untuk mengkonfirmasi kabar IPO. Juru Bicara Superbank menyatakan tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar.
"Fokus kami adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif, pertumbuhan jumlah nasabah, serta kolaborasi dengan ekosistem terpercaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia," ujar Juru Bicara Superbank kepada Katadata.co.id Selasa (7/10).
Kinerja Keuangan Superbank Semester III 2025
Namun apabila melihat laporan keuangan Superbank, Superbank mencatatkan kinerja solid di hingga kuartal ketiga 2025. Perusahaan yang juga di bawah Grab, Singtel dan Kakao Bank itu membukukan laba sebelum pajak (Profit Before Tax atau PBT) sebesar Rp 80,9 miliar.
Capaian laba diperoleh seiring dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 176% year-on-year (YoY) menjadi Rp1,1 triliun. Torehan positif merupakan buah dari strategi digital-first Superbank dalam membangun bisnis yang berkelanjutan dan efisien.
Presiden Direktur Superbank Tigor M Siahaan mengatakan seiring dengan kinerja, perusahaan mencatatkan 5 juta nasabah sejak peluncuran aplikasi digitalnya pada Juni 2024. Aktivitas transaksi harian juga meningkat dengan tumbuh lebih dari 40% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan nasabah yang pesat turut mendorong peningkatan di seluruh indikator utama keuangan. Hingga Kuartal III 2025, total penyaluran kredit mencapai Rp9,04 triliun, tumbuh 84% YoY, seiring perluasan akses pembiayaan di segmen ritel dan produktif.
Pertumbuhan ini mendorong total aset meningkat menjadi Rp16,5 triliun atau naik 70% YoY, menegaskan kemampuan Superbank memperluas pembiayaan secara sehat dan bertanggung jawab. Kinerja pendanaan juga mencatat tren positif dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 203% YoY menjadi Rp 9,8 triliun, mencerminkan peningkatan kepercayaan publik terhadap layanan digital Superbank.
Menurut Tigor, integrasi ekosistem yang kuat menjadi penggerak utama dalam memperluas akses dan mempercepat inklusi keuangan digital di masyarakat. Ia mengatakan, Superbank terus menjaga kinerja yang sehat dengan manajemen risiko yang disiplin dan efisiensi operasional yang meningkat. Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di tingkat 92%, mencerminkan keseimbangan yang baik antara ekspansi kredit dan pertumbuhan pendanaan.
Net Interest Margin (NIM) meningkat menjadi 10,64%, sementara Cost to Income Ratio (CIR) turun tajam menjadi 70,14% dari 149,65% tahun lalu. Sementara itu, kualitas aset tetap terjaga dengan NPL Gross di 2,83% dan NPL Net di 1,21%, menegaskan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan pengelolaan risiko.
