Adu Cuan Emiten Dekapan Lo Kheng Hong ABMM, BMTR hingga SIMP, Masih Menarik?

Nur Hana Putri Nabila
5 November 2025, 06:11
Lo Kheng Hong
YouTube
Lo Kheng Hong
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Performa saham-saham dalam genggaman investor legendaris Lo Kheng Hong mengalami gejolak sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Dari sektor batu bara hingga properti, sebagian besar emiten yang dikoleksinya mencatatkan penurunan laba bersih cukup tajam, mencerminkan tekanan makroekonomi dan fluktuasi harga komoditas yang belum sepenuhnya pulih. 

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 3 November 2025, Lo masih memegang saham di atas 5% di sejumlah emiten seperti PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Dari lima saham andalannya itu, empat mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal III 2025. Penurunan paling tajam terjadi di ABMM yang labanya anjlok hingga 62% akibat harga batu bara yang tertekan dan gangguan cuaca ekstrem di paruh pertama tahun ini. 

DILD juga mencatat penurunan laba hingga 93% di tengah lesunya pasar properti. Hanya SIMP, emiten agribisnis milik Grup Salim, yang mampu membukukan pertumbuhan laba signifikan sebesar 76% berkat lonjakan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan pendapatan 32,8% secara tahunan.

Kinerja yang beragam tersebut mencerminkan strategi investasi Lo Kheng Hong yang dikenal berani menempatkan dananya pada saham undervalued lintas sektor. Namun, fluktuasi kinerja keuangan pada kuartal III 2025 menunjukkan bahwa sebagian portofolionya masih belum keluar dari tekanan pasar. 

Seperti apa performa emiten dekapan Lo Kheng Hong hingga kuartal ketiga 2025?

1. PT ABM Investama Tbk (ABMM)

Emiten kontraktor batu bara, PT ABM Investama Tbk (ABMM) membukukan laba US$ 42,38 atau Rp 708,97 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Angka itu anjlok 62% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari capaian laba periode yang berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ABMM pada kuartal III/2024 yang tercatat sebesar US$ 111,94 juta atau Rp 1,87 triliun.

Perseroan membukukan pendapatan konsolidasian sebesar US$ 781,64 juta atau Rp 13,06 triliun, turun sebesar 12,5% secara tahunan (YoY) dari US$ 893,52 juta atau Rp 14,94 triliun. 

Hal ini dampak dari turunnya harga batu bara dan tantangan operasional yang signifikan akibat cuaca ekstrem pada paruh pertama 2025 (1H25). Adjusted EBITDA tercatat sebesar US$ 280,7 juta, turun 39,8% dibandingkan periode 9M24, sementara laba bersih tercatat sebesar US$ 42,4 juta, lebih rendah dibandingkan realisasi 9M24.

NoEmitenLabaKuartal III 2025% yoyPendapatan% yoy
1PT ABM Investama Tbk (ABMM)Rp 708,97 Miliar-62%Rp 13,06 triliun-12,5%
2PT Global Mediacom Tbk (BMTR)Rp 379,88 miliar-3,2%Rp 7,37 triliun-3,3%
3PT Intiland Development Tbk (DILD)Rp 18,22 miliar-93%Rp 1,69 triliun-14,6%
4PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)Rp 789,69 miliar-20,12%Rp 13,12 triliun-2,38%
5PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)Rp 1,41 triliun76%Rp 14,92 triliun32,8%

Sumber: data diolah oleh penulis.

2. PT Global Mediacom Tbk (BMTR)

Kemudian emiten MNC Grup, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) membukukan laba sebesar Rp 379,88 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Angka itu juga turun 3,2% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 392,41 miliar.

Seiring dengan turunnya laba, pendapatan portofolio Lo Kheng Hong itu juga turun 3,3% yoy menjadi Rp 7,37 triliun dari sebelumnya pada periode yang sama 2024 sebesar Rp 7,62 triliun.

3. PT Intiland Development Tbk (DILD)

Selain itu, kinerja Intiland Development lesu hingga kuartal ketiga 2025 ini. Emiten properti ini membukukan laba bersih Rp 18,22 miliar, anjlok 93% yoy dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 285,13 miliar.

Seiring dengan rontoknya laba, pendapatan usaha Intiland turun 14,6% yoy menjadi Rp 1,69 triliun, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,98 triliun. 

4. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)

Emiten produsen ban yang masuk dalam portofolio investasi Lo Kheng Hong, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), juga tercatat lesu pada kuartal III 2025. Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2025, perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 789,69 miliar, turun 20,12% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp988,55 miliar.

Penurunan laba ini sejalan dengan merosot penjualan bersih perusahaan, yang tercatat turun 2,38% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 13,12 triliun dari sebelumnya Rp 13,44 triliun pada kuartal III 2024. 

5. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

Emiten agribisnis PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) tercatat membukukan laba sebesar Rp 1,41 triliun sepanjang Januari–September 2025. Angka itu naik 76% yoy dari periode yang sama sebelumnya Rp 806,19 miliar. 

Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan juga naik 32,8% yoy menjadi Rp 14,92 triliun. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,23 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...