IHSG Diramal Terus Cetak Rekor hingga Tahun Depan, Reli Baru Dikerek Saham Bank
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang terus melaju dan memecahkan rekor baru hingga tahun depan. Saham-saham bank jumbo yang mulai pulih dinilai dapat menjadi katalis yang dapat mendorong laju IHSG.
Optimisme terhadap proyeksi IHSG disampaikan oleh otoritas Bursa Efek Indonesia hingga para analis. Perkumpulan Analis Efek Indonesia (PAEI) memperkirakan IHSG dapat menembus level 8.500 sebelum akhir tahun ini. BEI bahkan lebih percaya diri dan meramal IHSG dapat menembus level 9.000.
Ketua Umum PAEI David Sutyanto menjelaskan, pasar saham Indonesia telah melalui turbulensi yang tajam pada sepanjang tahun ini. IHSG sempat anjlok lebih dari 9% ke level 6.000 pada April lalu, sebelum akhirnya melonjak lebih dari 40% hingga posisi saat ini.
“Kami melihat market berkembang sudah sangat luar biasa dari sebelumnya,” kata David dalam konferensi pers Market Outlook 2026 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Kamis (7/11).
Menurut David, dinamika seperti itu merupakan bagian dari siklus pasar. Namun, arah kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif diyakini akan menjadi pendorong utama bagi penguatan pasar ke depan. Dengan dukungan kondisi makro, dia menyebut pasar saham Indonesia dapat tumbuh sekitar 10% hingga akhir 2026.
Ia pun memperkirakan, IHSG berpotensi menembus level 8.500 pada tahun ini dan mencapai level 9.300 pada 2026. Namun, ia mengakui pergerakan IHSG masih akan voletile mengingat dominasi saham-saham non-fundamentalis tetapi memiliki harga saham yang tinggi, seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Saham Konglomerasi Bergerak Melambat, Saham Blue Chip kan Bangkit
Sejumlah saham konglomerasi diprediksi akan cenderung stagnan atau melambat hingga akhir tahun ini. Di sisi lain, saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip) seperti perbankan mulai bangkit.
Meski harga saham-saham perbankan jumbo telah menghijau kembali, PAEI melihatnya pemulihan belum benar-benar optimal. Jika aham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali ke posisi Rp 11.000 serta saham bank Himbara lainnya ke harga semula, menurut dia, kondisi ini akan menjadi pendorong IHSG.
Co Founder sekaligus pengamat Pasar Dana Yohanis Hans Kwee menyatakan, pergerakan harga saham-saham konglomerasi besar agar berhenti menjelang penutupan tahun ini.
“Kami berharap ada rotasi, [investor dapat] masuk ke [saham] big cap kita, karena valuasinya lebih murah,” ujar Hans.
Jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya pada periode November-Desember, menurut dia, pasar saham cenderung akan menguat ditopang sentimen dari santa reli. Sentimen positif penggerak pasar lainnya adalah penambahan emiten baru dari sektor perbankan, pertambangan dan energi baru terbarukan (EBT).
“Saya rasa potensi [kenaikan IHSG] itu masih sangat besar, dengan penambahan emiten bagus ke depan,” katanya.
BEI Optimis IHSG Tembus 9.000 Menutup 2025
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, optimisme IHSG mencapai level 9.000 muncul setelah berhasil menembus level 8.000 pada Oktober lalu.
“Ya optimis dong. [level] 8 ribu aja tercapai kan,” kata Irvan usai peresmian tiga indeks baru menggandeng S&P Dow Jones Indices (S&P DJI) di Main Hall Bursa, Senin (3/11).
BEI juga tengah menargetkan 50 perusahaan penawaran umum perdana saham (IPO) pada 2026. BEI telah memangkas target IPO tahun ini dari sebelumnya 66 perusahaan menjadi 45 perusahaan.
Direktur Utama BEI Iman Rachman membeberkan rencana besar di penghujung 2025 terkait rencana tiga perusahaan berskala jumbo atau lighthouse company akan melantai di bursa. Dia mengatakan lewat 3 IPO itu perusahaan berpotensi meraup dana jumbo.
BEI menyebutkan tiga calon emiten berasal dari sektor finansial, pertambangan, dan infrastruktur. Menurut Iman, IPO ditarget akan berlangsung pada akhir tahun ini.
