OJK: Rerata Transaksi Harian Saham Cetak Rekor pada Oktober, Tembus Rp 25 T
Otoritas Jasa Keuangan mencatat, rata-rata nilai transaksi harian (RTNH) saham pada Oktober mencatatkan rekor tertinggi sepanjang massa mencapai Rp 25,06 triliun. Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian saham secara kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2025 mencapai Rp 16,62 triliun, naik dari Rp 12,85 triliun dibandingkan tahun lalu.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menjelaskan, kenaikan ini ditopang oleh membaiknya sentimen global dan stabilnya perekonomian nasional. Hal ini juga ditandai oleh kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar yang menembus rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH).
Pada perdagangan hari ini secara intraday pukul 14.53 WIB, IHSG naik 0,50% atau 41,59 poin ke level 8.378, sedangkan kapitalisasi pasar menyentuh Rp 15.308 triliun.
OJK juga mencatat penambahan 520 ribu investor baru selama Oktober 2025. Secara kumulatif, jumlah investor di pasar modal meningkat 4,31 juta sepanjang tahun menjadi 19,18 juta investor, atau naik 29,01% secara ytd.
Penghimpunan dana di pasar modal pun tetap kuat. Hingga akhir Oktober, total nilai penawaran umum oleh korporasi mencapai Rp 204,56 triliun, termasuk 17 emiten baru dengan total dana Rp 13,15 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelumnya menargetkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham sebesar Rp 14,5 triliun selama 239 hari pada 2026.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan, target tersebut ditetapkan secara konservatif dengan mempertimbangkan keberlanjutan rata-rata transaksi dalam tiga bulan terakhir. Menurutnya, target ini naik cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 13,25 triliun, seiring dengan tren penurunan inflasi dan suku bunga yang diharapkan dapat mendorong aktivitas perdagangan saham.
“Kami melihat bahwa BI mempertahankan suku bunga dan The Fed targetnya di meeting terakhir akan turun juga suku bunga,” kata Iman dalam RUPSLB 2025 secara virtual, Rabu (29/10).
Iman juga menargetkan investor pasar modal baru sejumlah 2 juta investor untuk 2026. Adapun jumlah pencatatan efek pada tahun 2026 menjadi 555 efek yang terdiri dari pencatatan efek saham, emisi obligasi, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange-Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), dan Efek Beragun Aset (EBA), serta emisi waran terstruktur.
