Wall Street Bergerak Variatif, Investor Pantau Akhir Shutdown Pemerintah AS

Nur Hana Putri Nabila
13 November 2025, 06:07
Bursa efek New York atau Wall Street
NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks Wall Street bergerak variatif pada perdagangan Rabu (12/11) karena pasar menunggu kepastian berakhirnya penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) yang sudah memecahkan rekor lamanya.

Dow Jones Industrial Average mencatat rekor penutupan pertama di atas 48.000, naik 326,86 poin atau 0,68% ke level 48.254,82. Kenaikan ini juga membawa Dow ke rekor intraday tertinggi baru.

Sementara itu, S&P 500 bergerak mendatar dengan kenaikan tipis 0,06% ke 6.850,92, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,26% ke 23.406,46.

Adapun investor menyoroti perkembangan politik di Washington. Pemerintah federal diperkirakan akan kembali beroperasi pada akhir pekan setelah Senat menyetujui rancangan undang-undang anggaran pada Senin (10/11) malam. RUU tersebut kini menunggu pemungutan suara di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pemimpin Mayoritas DPR Steve Scalise (R-La.) mengatakan bahwa pemungutan suara akan digelar sekitar pukul 7 malam waktu setempat (ET).

Manajer Portofolio Investasi Publik di GuideStone Funds, Josh Chastant mengatakan penutupan pemerintah yang berlangsung paling lama dalam sejarah ini membuat pasar menantikan rilis data ekonomi terbaru. Terutama di tengah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS.

Menurutnya, fokus utama saat ini adalah menyelesaikan penutupan tersebut. Namun setelah pemerintah kembali beroperasi, kata Chastant, pasar mungkin akan menghadapi kekhawatiran baru jika terjadi perpanjangan anggaran hingga Januari 2026 mendatang.

“Kemungkinan akan muncul kekhawatiran baru terkait pembahasan lanjutan di awal tahun depan,” kata Chastant, dikutip dari CNBC, Kamis (13/11).

Sejalan dengan itu, Chastant juga menilai pergerakan pasar pada Rabu mencerminkan “hari yang terbelah”, saat investor bersiap menyambut berakhirnya penutupan pemerintah yang telah berlangsung selama 43 hari.

Ia juga menyebut optimisme terhadap pembukaan kembali pemerintah AS tercermin dari kenaikan saham-saham keuangan utama, yang mendorong kinerja kuat Dow Jones. Saham Goldman Sachs, JPMorgan, dan American Express masing-masing mencatat rekor tertinggi baru. Sementara saham-saham lain yang terkait erat dengan kondisi ekonomi seperti Caterpillar juga turut menguat.

Di pasar yang lebih luas, Morgan Stanley, Wells Fargo, dan Bank of America ikut menorehkan rekor harga baru. Sedangkan Financial Select SPDR Fund (XLF), yang melacak sektor keuangan S&P 500, naik hampir 1%.

Namun di luar sektor keuangan, saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) masih menunjukkan volatilitas tinggi, seiring kekhawatiran bahwa tingginya valuasi usai reli tajam sebelumnya. Saham Advanced Micro Devices (AMD) melonjak 9%, tetapi Oracle dan Palantir Technologies justru terkoreksi.

Lebih jauh, Chastant menilai permintaan dan penerapan kecerdasan buatan (AI) saat ini benar-benar nyata, dengan kuatnya kinerja laba perusahaan teknologi. Menurutnya, kondisi bukanlah gelembung pasar, meski valuasi saham teknologi kini sudah cukup tinggi.

“Menurut kami, tidak ada yang salah untuk sedikit mengurangi posisi, mengambil keuntungan, dan mendiversifikasi portofolio ke sektor lain di pasar saham,” ujarnya.

Ia menambahkan, pasar saham menunjukkan dua arah pergerakan pada Selasa, ketika Dow Jones naik lebih dari 550 poin sementara Nasdaq justru melemah. Sektor kesehatan tampil sebagai ceria didorong kenaikan saham Eli Lilly dan Johnson & Johnson karena investor beralih ke saham-saham dengan valuasi lebih rendah.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...