Sederet Target UNTR, Ekspansi hingga Rencana Akuisisi Tambang Mineral Australia
Emiten kontraktor pertambangan PT United Tractors Tbk (UNTR) memberkan sejumlah target operasional 2025 dan 2026. Seiring dengan itu, perusahaan juga tengah menjajaki peluang akuisisi lain, terutama di Australia untuk komoditas emas, tembaga, dan mineral lainnya.
Berdasarkan Stockbit Sekuritas, manajemen United Tractors dalam earnings call kinerja kuartal ketiga 2025 Senin (17/11) menurunkan sejumlah target operasional untuk tahun 2025. Salah satunya yakni menurunkan target penjualan alat berat Komatsu 2025 dari 4.600 unit menjadi 4.500 unit.
Revisi ini dipicu melemahnya permintaan untuk alat berat berukuran besar akibat kondisi industri tambang batu bara yang masih tertekan.
“Manajemen pun memperkirakan kondisi pasar batu bara masih akan menantang pada 2026, sehingga target penjualan Komatsu selama 2026 ditetapkan di kisaran 4.300–4.500 unit,” demikian seperti dikutip Rabu (19/11).
Di samping itu, perusahaan juga menurunkan segmen kontraktor pertambangan dengan target volume overburden selama 2025 direvisi turun dari 1,18 miliar bcm menjadi 1,13 miliar bcm, sejalan dengan penyesuaian volume produksi klien. Target baru tersebut mengindikasikan kenaikan volume secara kuartalan pada kuartal keempat 2025 sebesar 2% QoQ seiring ekspektasi cuaca yang lebih baik.
Adapun untuk 2026, UNTR menargetkan volume overburden untuk stabil atau sedikit lebih tinggi dibandingkan 2025, didukung oleh realisasi kontrak jasa pertambangan dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Target Penjualan Batu Bara, Emas, dan Nikel
Dari segmen batu bara, manajemen UNTR menyebut penurunan volume penjualan batu bara pada kuartal ketiga 2025 sebesar 14% QoQ dipicu keterlambatan pengiriman sehingga sebagian volume akan dibukukan sebagai carry over ke kuartal keempat 2025.
Adapun hingga akhir tahun perseroan menargetkan penjualan 14,6 juta ton, meningkat menjadi 18,8 juta ton pada 2026. Hal itu seiring bertambahnya kapasitas produksi setelah penyelesaian konstruksi jetty dan pelabuhan tahun depan.
Kemudian dari segmen emas, UNTR menetapkan target volume penjualan emas 234 ribu troy ounce pada 2025, lalu turun ke 215–220 ribu troy ounce pada 2026 karena kapasitas fasilitas tailing mendekati batas maksimum. Ekspansi kapasitas fasilitas tailing diproyeksikan rampung pada 2027.
Kemudian dari Nikel, volume penjualan nikel dipatok sekitar 2 juta ton pada 2025 dan dipertahankan stabil pada 2026. UNTR juga tengah mengembangkan smelter RKEF di tambang Stargate, yang ditargetkan mulai uji coba (trial commissioning) pada kuartal keempat 2025 dan beroperasi penuh pada awal 2027.
Stockbit Sekuritas menilai prospek kinerja bisnis inti UNTR masih cukup menantang. “Dengan demikian, kami mempertahankan pandangan yang cenderung netral terhadap UNTR,” katanya. .
Stockbit Sekuritas juga menyebut investor perlu memantau perkembangan strategi diversifikasi UNTR ke segmen non–batu bara, yang menurut manajemen UNTR menjadi bagian dari fokus perseroan dalam meningkatkan total shareholder return (TSR). Tahun ini, UNTR juga dijadwalkan merampungkan akuisisi tambang emas Doup milik anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).
“Yang diharapkan dapat beroperasi pada 2028 dengan level produksi sekitar 140.000–155.000 troy ounce emas per tahun,” demikian tertulis dalam analisis Stockbit.
Berencana Multisourcing Emas ke ANTM dan HRTA Imbas Aturan Bea Ekspor 15%
PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana melakukan multisourcing dengan menggandeng pembeli emas domestik seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Langkah ini diambil usai Kementerian Keuangan merampungkan aturan mengenai bea keluar ekspor emas, yang akan mulai berlaku pada 2026 dengan tarif antara 7,5% hingga 15%.
“Terkait wacana implementasi bea ekspor emas oleh pemerintah, manajemen UNTR berencana melakukan multisourcing kepada pembeli domestik, seperti Aneka Tambang (ANTM) dan Hartadinata Abadi (HRTA),” kata Manajemen United Tractors dikutip dari Stockbit Snips, Rabu (18/11).
Manajemen anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) itu menyampaikan mayoritas pendapatan segmen emas perseroan saat ini masih bergantung pada ekspor. Kendati demikian, perseroan belum dapat merinci seberapa besar porsi penjualan yang nantinya bisa dialihkan ke pasar domestik.
Bidik Tambang Mineral Australia
Seiring dengan itu, perusahaan juga memperluas jangkauan bisnisnya dan kini tengah mengaji untuk melakukan aksi korporasi lagi, yakni mengakuisisi tambang mineral di Australia.
Investor Relations United Tractors, Ari Setiawan, sebelumnya menyampaikan di Australia banyak potensi tambang mineral. Menurut Ari, perusahaan menargetkan pada 2030 portofolio usaha UNTR bisa lebih seimbang antara coal dan non-coal.
Ia menyebut United Tractors terus berfokus menambah portofolio di sektor mineral dan beberapa sudah tahap kajian. Namun ia enggan menyampaikan detailnya karena masih dalam pipeline.
“Tidak menutup kemungkinan kami juga mengkaji untuk mencari potensi di luar Indonesia. Salah satu fokus area nya adalah yang menurut kami cukup potensial adalah di Australia,” kata Ari di media Gathering United Tractors di Jakarta, Kamis (25/9).
Tak hanya itu, ia juga menyebut United Tractors tengah mengkaji sejumlah komoditas mineral dengan prospek harga menjanjikan dan permintaan yang terus meningkat. Selain emas, perseroan juga mempertimbangkan nikel dan tembaga untuk diakuisisi apabila ada aset yang sesuai dengan kriteria perusahaan.
